Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kudeta Guinea Dipicu Presiden Ubah UU untuk Menjabat 3 Periode

Kompas.com - 07/09/2021, 20:51 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

CONAKRY, KOMPAS.com - Satu unit tentara Guinea menguasai negara itu hari Minggu (5/9/2021) dan mengumumkan bahwa mereka telah menggulingkan Presiden Alpha Conde.

Para prajurit menyampaikan rasa frustrasi karena kemiskinan dan korupsi yang meluas di Guinea. Apa kemungkinan dampak kudeta ini di Afrika Barat?

Setelah Alpha Conde memenangi pemilu pertama tahun 2010, rakyat Guinea berharap ia akan menciptakan kestabilan di Guinea, di mana korupsi telah merajalela selama puluhan tahun.

Baca juga: Kudeta di Guinea, Tentara Culik Presiden dan Bubarkan Pemerintah

Pemilu tahun 2010 itu merupakan pemilu demokratis pertama di negara itu sejak merdeka dari Perancis tahun 1958.

Tetapi para kritikus mengatakan alih-alih pasokan kekayaan mineral yang sangat besar di negara itu, kepresidenan Conde justru memperburuk kemiskinan.

Ketegangan memuncak tahun lalu ketika presiden berusia 83 tahun itu mengubah konstitusi untuk memungkinkan dirinya mencalonkan diri lagi untuk masa jabatan ketiga.

Conde kembali memenangi pemilu, tetapi demonstrasi yang tak jarang berakhir dengan aksi kekerasan meluas di seluruh Guinea.

Alpha Conde (83 tahun) digulingkan dari kekuasaan dalam sebuah kudeta militer.REUTERS via VOA INDONESIA Alpha Conde (83 tahun) digulingkan dari kekuasaan dalam sebuah kudeta militer.
David Zoumenou, konsultan peneliti senior di Institute of Security Studies di Dakar dan Pretoria mengatakan, “Perubahan konstitusi itu benar-benar menciptakan ketegangan yang sangat buruk."

"Ada organisasi masyarakat madani, ada kekuatan politik lain yang menentang keputusannya dan menentang pemilu. Tetapi militer berada di belakang presiden dan mampu memadamkan tuntutan rakyat."

"Semua hal itu memicu terjadinya ketidakstabilan politik yang mengarah pada apa yang kita lihat di Guinea sekarang ini,” terangnya dikutip dari VOA Indonesia.

Baca juga: Pemimpin Kudeta Guinea Muncul di TV, Ini yang Dikatakannya

Pada hari Minggu (5/9/2021) para pembangkang di dalam militer yang semula mendukung Conde mengkritik tindakan presiden itu, dan mengatakan mereka akan mengambil tindakan sendiri. Mereka mengatakan akan memberlakukan jam malam dan menutup pintu perbatasan.

Meskipun banyak warga tampak merayakan kudeta itu, beberapa tokoh – termasuk pemimpin Amerika, Perancis dan Sekjen PBB Antonio Guterres – mengutuk perebutan kekuasan tersebut.

Analis politik khawatir peristiwa itu mewakili tren yang lebih besar, karena dalam beberapa tahun terakhir ini negara-negara di seluruh Afrika Barat melihat adanya lonjakan keinginan untuk melanjutkan kekuasaan hingga masa jabatan ketiga yang tidak konstitusional, dan meningkatnya kudeta.

Zoumenou mencatat bagaimana Mali, misalnya, telah dua kali diguncang kudeta tahun lalu.

“Semua ini karena kurangnya komitmen pemimpin terhadap prinsip-prinsip demokrasi. Jadi jika pemerintahan tidak cukup berakar pada kehendak rakyat, ironisnya kita harus terus berurusan dengan intrusi militer.”

Ditambahkannya, intervensi semacam itu tidak kondusif bagi demokrasi yang sehat.

Gilles Yabi, analis politik dan pendiri West Africa Citizen Think Tank mengatakan bahwa hal itu memberi kesan gejolak politik yang mengkhawatirkan dengan kemungkinan kembali terjadinya kudeta militer.”

Namun Gilles mengatakan penting untuk dicatat bahwa Mali dan Guinea sudah berada dalam krisis, sementara negara-negara Afrika Barat lain – terutama yang memiliki demokrasi yang stabil – belum tentu mengikuti jalan yang sama.

Baca juga: Ini Sosok Pemimpin Kudeta Guinea, Lulusan S2 Universitas di Paris

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com