KOMPAS.com - 5 September 1971. Dunia luar angkasa kembali dijelajahi. NASA meluncurkan Voyager 1, yang fenomenal sekaligus legendaris.
Wahana antariksa tersebut kini menjadi salah satu wahana antariksa tertua sekaligus obyek buatan manusia yang paling jauh dari Bumi.
Mengutip Popular Science, semenjak diluncurkan, wahana Voyager 1 juga belum pernah mendekati Bumi, tetapi justu makin menjauh dari matahari.
Meski begitu, seperti dilaporkan para ilmuwan di The Astrophysical Journal, Voyager 1 terus mengirimkan informasi ke Bumi hingga kini.
Bahkan, saat wahana ini telah memasuki dekade keempat dari misinya.
Baca juga: Kisah Voyager 1, Wahana Antariksa Tertua yang Masih Kirim Data Jelang Kematiannya
Selama beberapa dekade, Voyager 1 telah berlayar dengan kecepatan sekitar 17 kilometer setiap detik.
Setiap tahun, wahana menempuh jarak 3,5 AU (jarak antara Bumi dan matahari).
Salah satu misi Voyager 1 ketika meninggalkan Bumi adalah mencari ujung tata surya.
Wahana bertugas menemukan daerah perbatasan yang disebut heliopausa, perbatasan di mana angin matahari terlalu lemah untuk menahan medium antarbintang.
Menurut Bill Kurth, astrofisikawan di University of Iowa yang telah bekerja dengan Voyager 1 sejak awal, awalnya tak ada yang yakin di mana heliopause itu.
Beberapa ilmuwan bahkan mengira heliopause sedekat 10 atau bahkan 5 AU.
Namun, pada kenyataannya jarak heliopause sekitar 120 AU. Hal tersebut terungkap setelah Voyager 1 melintasi heliopause pada Agustus 2012, tiga setengah dekade setelah meninggalkan Bumi.
Baca juga: Voyager 1 Dipastikan Telah Meninggalkan Tata Surya
Selama perjalanannya mengarungi luar angkasa, wilayah yang dilintasi Voyager 1 sebagian besar sunyi.
Wahana itu pun berhasil mengumpulkan berbagai informasi di luar angkasa.
Setiap berapa tahun, saat Voyager 1 mencatat lebih banyak data tentang plasma dan debu, wahana menemukan sesuatu.