Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diburu Pria yang Mereka Penjarakan, Hakim Wanita Afghanistan Mencari Tempat Pelarian

Kompas.com - 04/09/2021, 17:02 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

DEN HAAG, KOMPAS.com - Aman di Eropa setelah melarikan diri dari Kabul, seorang hakim wanita Afghanistan menggambarkan bagaimana dia diburu oleh pria yang pernah dia penjarakan tapi dibebaskan oleh milisi Taliban, ketika mengambil alih negara itu.

"Empat atau lima anggota Taliban datang dan bertanya kepada orang-orang di rumah saya: 'Di mana hakim wanita ini?' Itu adalah orang-orang yang saya masukkan ke penjara," katanya kepada Reuters dalam sebuah wawancara dari lokasi yang dirahasiakan, meminta untuk tidak disebutkan namanya.

Baca juga: Tak Ingin Bermasalah dengan Taliban, Jaringan TV Afghanistan Hapus Siaran Sinetron Turki

Afghanistan memiliki sekitar 250 hakim wanita. Beberapa berhasil melarikan diri dalam beberapa pekan terakhir, tetapi sebagian besar tertinggal dan masih berusaha keluar dari Afghanistan, kata rekan dan aktivis internasional yang telah membentuk jaringan dan bekerja sepanjang waktu untuk membantu mereka melarikan diri.

Militan, yang meraih kekuasaan bulan lalu ketika Amerika Serikat (AS) menarik pasukannya, melarang perempuan dari sebagian besar pekerjaan seperti saat terakhir mereka memerintah negara itu 20 tahun lalu.

Pada konferensi pers tak lama setelah mereka merebut Kabul pada 15 Agustus, seorang juru bicara Taliban mengatakan hak-hak perempuan akan dilindungi sesuai dengan hukum Islam. Mereka juga akan diizinkan untuk bekerja di sektor-sektor penting masyarakat, katanya.

Kekuatan Barat mengatakan mereka siap untuk terlibat dengan Taliban, tetapi ingin melihat tindakan - bukan hanya janji - untuk melindungi hak asasi manusia (HAM) di Afghanistan.

Perempuan yang bekerja di bidang hukum telah menjadi target tingkat tinggi sebelumnya. Dua wanita hakim Mahkamah Agung ditembak mati oleh pria bersenjata tak dikenal pada Januari.

Seorang juru bicara Taliban mengatakan pada saat itu bahwa kelompoknys tidak terlibat.

Baca juga: Biden Ingin AS Berhenti Jadi Polisi Dunia setelah Keluar dari Afghanistan

Sekarang, Taliban membebaskan tahanan di seluruh negeri, yang "benar-benar membahayakan nyawa hakim perempuan," kata hakim Afghanistan itu melansir Reuters pada Jumat (3/9/2021).

Dia telah menghubungi rekan-rekannya di Afghanistan: "Pesan mereka adalah ketakutan dan teror total. Mereka memberitahu saya jika mereka tidak diselamatkan, hidup mereka dalam bahaya langsung."

Hakim wanita yang menjadi narasumber Reuters ini melarikan diri dengan bantuan sekelompok sukarelawan HAM dan rekan asing di International Association of Women Judges (IAWJ).

“Selain hakim, ada sekitar seribu perempuan pembela HAM yang juga bisa menjadi sasaran Taliban,” kata Horia Mosadiq, seorang aktivis HAM Afghanistan.

Tahanan yang dibebaskan "menelepon dengan ancaman pembunuhan kepada hakim wanita, jaksa wanita dan polisi wanita. Mereka mengatakan 'kami akan mengejar Anda'," katanya.

Baca juga: Taliban Segera Umumkan Pemerintahan Baru Afghanistan, Tanpa Perempuan

Menteri Kehakiman Inggris Robert Buckland mengatakan pekan lalu, London telah mengevakuasi sembilan hakim wanita dan bekerja untuk memberikan jalan yang aman bagi lebih banyak "orang-orang yang sangat rentan".

"Banyak dari hakim ini bertanggung jawab untuk menjalankan aturan hukum dan memang benar mereka takut akan konsekuensi yang sekarang dapat mereka hadapi dengan munculnya Taliban," katanya.

Beberapa aktivis HAM dan hukum yang terlibat dalam upaya untuk menyelamatkan hakim perempuan Afghanistan dan pembela HAM menyatakan negara-negara Barat tidak membuat evakuasi mereka cukup menjadi prioritas dalam kekacauan setelah Kabul jatuh.

"Pemerintah (asing) sama sekali tidak tertarik mengevakuasi orang-orang yang bukan warga negaranya sendiri," kata Sarah Kay, pengacara HAM yang berbasis di Belfast dan anggota jaringan pengacara internasional Atlas Women.

Baca juga: Veteran Militer AS Gelar Operasi “Dunkirk Digital”, Bantu Penerjemah Afghanistan Lolos dari Pos Pemeriksaan Taliban

Dia bekerja dengan sekelompok veteran sukarelawan online yang dikenal sebagai "Dunkirk digital", dinamai sesuai nama evakuasi pasukan Inggris dari Perang Dunia II dari Perancis yang diduduki Nazi.

Operasi Dunkirk digital ini telah membantu ratusan orang melarikan diri dengan bantuan grup chat dan kontak pribadi.

Di IAWJ, tim yang terdiri dari enam hakim asing juga mengoordinasikan informasi, melobi pemerintah, dan mengatur evakuasi.

"Tanggung jawab yang kami pikul hampir tak tertahankan saat ini karena kami adalah salah satu dari sedikit orang yang bertanggung jawab atas kelompok ini," ujar salah satu pemimpin upaya tersebut, Patricia Whalen, seorang hakim Amerika yang membantu melatih hakim perempuan Afghanistan dalam 10 tahun, kepada Reuters.

"Saya sangat marah tentang itu. Tak satu pun dari kita harus berada dalam posisi ini."

Baca juga: Taliban Cari Informasi Penting, Google Kunci Akun E-mail Pemerintah Afghanistan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Global
Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Global
Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Global
Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Global
Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Global
Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Global
Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Global
Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Global
Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

Global
Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com