Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Jadi Episentrum Covid-19 Dunia, Hoaks dan Misinformasi Perparah Penanganan Pandemi

Kompas.com - 18/07/2021, 14:46 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Pada Sabtu, surat kabar asal AS The New York Times menyatakan bahwa Indonesia menjadi episentrum baru Covid-19 di dunia.

Di Indonesia, kasus dan kematian akibat Covid-19 meroket tajam dalam sebulan terakhir karena virus corona varian Delta yang sangat menular.

Di beberapa daerah, lonjakan kasus Covid-19 membuat fasilitas layanan kesehatan melampaui batasnya.

Baca juga: Media Asing Sebut Indonesia Jadi Episentrum Covid-19 Dunia

Beberapa rumah sakit mau tak mau mengambil langkah darurat untuk menambah kapasitasnya seperti dengan cara mendirikan tenda darurat.

Pada Kamis (15/7/2021), kasus baru Covid-19 bertambah sebanyak 56.757. Angka itu merupakan yang tertinggi sejak kasus pertama Covid-19 diumumkan pada 2 Maret 2020.

Dan pada Sabtu (17/7/2021) pukul 12.00 WIB, ada penambahan 51.952 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir.

Ketika kasus Covid-19 dan kematian akibat virus corona semakin meroket, informasi yang salah alias misinformasi dan hoaks alias berita palsu justru semakin membanjiri di Indonesia.

Baca juga: Indonesia Jadi Episentrum Baru Pandemi Covid-19, Bagaimana Strategi Penanganannya?

CNN mewartawakan, aplikasi perpesanan WhatsApp menjadi platform utama penyebaran berita palsu mengenai Covid-19 di Indonesia.

Selain itu, hoaks mengenai vaksin juga tak kalah kencangnya beredar di media sosial di Indonesia.

Menjamurkan misinformasi dan hoaks mengenai vaksin Covid-19 ini berhasil memengaruhi beberapa orang untuk enggan divaksinasi.

Dan karena misinformasi dan hoaks, banyak orang di Indonesia masih tidak menganggap serius Covid-19, bahkan ketika kasus dan kematian muncul di sekitarnya.

Di tengah semua kebisingan-kebisingan meisinformasi dan hoaks tersebut, peringatan tentang tingkat keparahan Covid-19 justru tenggelam.

Baca juga: Menengok Cara India Redakan Tsunami Covid-19, Bisakah Indonesia Tiru?

Dikira hanya demam

Beberapa pekan lalu, Karunia Sekar Kinanti (32) melihat putranya yang berusia dua bulan, Zhafran, mengalami demam. Tetapi dia mengira itu hanya flu biasa.

Ibu Kinanti sedang flu dan batuk, tetapi dia tidak mengira itu Covid-19 karena indera penciuman ibunya masih berfungsi.

"Gejalanya sepertinya bukan Covid-19, jadi saya tenang menanggapinya. Lalu Zhafran, aku, dan anakku yang lain juga sakit,” kata Kinanti sebagaimana dilansir CNN.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com