TOKYO, KOMPAS.com - Seekor badak putih bernama Emma melakukan perjalanan dari Taiwan ke Jepang, semuanya sebagai bagian dari pencarian untuk menemukan cinta.
Emma yang berusia lima tahun mulai tinggal di Kebun Binatang Tobu Jepang, dengan badak berusia 10 tahun Moran menjadi pelamar pertamanya menurut laporan BBC pada Jumat (11/3/2021).
Baca juga: Kerja Sama dengan Rusia, Afrika Selatan Akan Suntik Cula Badak dengan Radioaktif
Dia dipilih dari sekelompok 23 badak untuk dikirim ke Jepang, karena "kepribadiannya yang lembut." Staf mengatakan dia "jarang berkelahi".
Pemindahannya ke kebun binatang “Negeri Sakura” adalah bagian dari upaya untuk meningkatkan jumlah badak putih penangkaran di Asia.
Badak putih diklasifikasikan sebagai "Hampir Terancam Punah", menurut laporan organisasi World Wide Fund for Nature (WWF) dengan sekitar 18.000 tersisa di alam liar.
Emma tiba pada Selasa (8/6/2021) setelah melakukan perjalanan sekitar 16 jam dari Taman Safari Leofoo di Taiwan, tempat asalnya.
"Setelah beberapa penundaan karena virus corona, Emma, badak putih selatan, tiba di kebun binatang kami pada malam 8 Juni," kata kebun binatang Saitama Tobu dalam sebuah pernyataan.
"Kami perlahan membuka peti kemas yang diletakkan di depan kamar tidur barunya. Emma, tanpa menunjukkan tanda-tanda malu, langsung masuk ke tempat itu," tambahnya.
Badak putih betina itu awalnya direncanakan bepergian pada Maret, tetapi seperti jutaan orang di seluruh dunia, rencananya digagalkan oleh virus corona.
Baca juga: Badak Berbulu Zaman Es Ditemukan Nyaris Utuh, Bisa Ungkap Kehidupan pada Masanya?
Meski begitu, Emma menggunakan penundaan itu untuk mempersiapkan kepindahannya. Penjaga membiasakannya dengan kata-kata Jepang seperti "datang" dan "tidak".
Staf di Taman Safari Leofoo sebelumnya mengatakan ukuran Emma yang kecil juga membuatnya lebih mudah untuk dikirim ke luar negeri.
Perusahaan pengembangbiakan kebun binatang telah berperan penting dalam meningkatkan jumlah kawanan badak putih selatan.
Namun, sepupu utara mereka tidak seberuntung itu. Hanya dua dari badak putih utara yang tersisa. Keduanya betina, yang berarti spesies tersebut kemungkinan akan segera punah, sampai para ilmuwan membuat rencana lain.
Perburuan liar adalah ancaman utama yang dihadapi semua spesies badak.
Penyelundup memasarkan tanduk badak, yang seperti rambut dan kuku terbuat dari keratin, sebagai afrodisiak atau obat kanker. Padahal khasiatnya tidak terbukti secara ilmiah.