Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Tato Tubuh di Filipina, Tukang Tatonya Berusia 100 Tahun

Kompas.com - 01/06/2021, 15:15 WIB
Tito Hilmawan Reditya,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Memilih melestarikan budaya dengan tato. Inilah yang dilakukan Suku Kalinga yang tinggal di wilayah Pegunungan Cordillera di Provinsi Kalinga, Luzon, Filipina.

Di suku ini, tato bukan hanya jadi sekadar gambar yang dirajah di badan. Lebih dari itu, tato termasuk simbol kecantikan dan kejantanan. Tak heran, baik laki-laki maupun perempuan Suku Kalinga menghias tubuhnya dengan tato. Tanpa terkecuali.

Ini tentu bukan tato-tato di bagian badan tertentu yang sudah sering dijumpai. Lebih ekstrem lagi, masyarakat di sana diwajibkan menato hampir sekujur tubuhnya. Menutupi kulitnya dengan gambar-gambar khas.

Baca juga: Alat Tato Tertua Ditemukan, Terbuat dari Tulang Burung

Suku Kalinga biasanya menato tubuhnya ketika sudah beranjak dewasa sebagai tanda kematangan. Tapi, tak sembarang orang boleh melakukan tato. Hanya ada satu sosok yang dipercaya melakukannya.

Sosok itu bernama Apo Whang-Od, perempuan berusia lebih dari 100 tahun. Nantinya, saat Whang-Od sudah tiada, keponakannya yang bernama Grace Palicas digadang-gadang jadi menjadi penato selanjutnya, meneruskan keahlian turun-temurun.

Sudah 80 tahun Wang-Od menekuni profesi sebagai tattoo artist tradisional. Senjatanya dalam membuat tato tradisional Filipina hanya arang dan duri, memakai metode ketukan tangan.

Baca juga: Tulip Time, Tradisi Unik yang Berasal dari Belanda

Wang-Od membuat tato dengan cara mengetuk kulit memakai palu dari pohon kopi, ditambah duri dari kalamansi atau pomelo, yang merupakan jenis jeruk. Desain yang bisa dibentuk dari teknik ini macam-macam, mulai dari pola kulit ular sampai lipan.

Tradisi tato ini, menurut Wang-Od, pertama kali hanya diberikan pada pejuang Butbut sebagai tanda bahwa mereka sudah membunuh lawan. Tapi saat ini, tato bisa dilakukan siapa saja tanpa ada syarat khusus.

Sebagai tattoo artist, Whang-Od juga punya tato istimewa yang ada di lengannya. Dia menato lengannya sendiri, menghabiskan waktu seharian penuh.

Saat tato Wang-Od selesai, ayahnya, yang merupakan guru Wang-Od dalam mempelajari ilmu tato, sampai menyembelih seekor babi untuk perayaan.

Baca juga: Teknologi Membikin Tato dari Jarak Jauh, Bagaimana Caranya?

Setiap tato yang dibuat selalu punya arti tersendiri. Bagi perempuan, tato jadi serupa perhiasan. Karena itu biasanya mereka menato bagian lengannya dengan motif garis-garis seperti gelang. Untuk leher, biasanya berbentuk kalung.

Tato tak hanya untuk estetika semata. Perempuan Kalinga yang sudah ditato, berarti siap menikah. Tato dianggap menambah kecantikan mereka, dan bisa membuat laki-laki terpesona.

Bahkan, kalau sampai ada perempuan dewasa yang tidak mau menato tubuhnya, tidak ada laki-laki yang mau menikahinya.

Baca juga: Di Madagaskar, Ada Tradisi Menari dengan Mayat Nenek Moyang

Sementara bagi para laki-laki, tato selalu simbol kejantanan dan kebanggaan.
Dari dada, lengan, dan punggung, semuanya penuh oleh tato. Semakin banyak tato di tubuhnya, semakin tinggi pula statusnya di mata masyarakat.

Menurut sejarah, tato Suku Kalinga ini sudah ada sejak seabad lalu. Tradisi ini dijaga hingga hari ini. Banyak wisatawan yang tertarik datang untuk melihat keunikannya.

Bahkan, banyak pula yang datang untuk dirajah tubuhnya oleh sang maestro tato paling legendaris, Apo Whang-Od.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com