Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Narapidana India Pilih Tetap di Penjara, Takut Kena Covid-19 Jika Bebas

Kompas.com - 01/06/2021, 15:04 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

NEW DELHI, KOMPAS.com - Narapidana India menolak pembebasan bersyarat akibat pandemi dari penjara di negara berpenduduk 1,3 miliar jiwa itu. Mereka menyatakan merasa lebih terlindungi dari pandemi Covid-19 di balik jeruji besi.

Negara terpadat kedua di dunia itu telah terpukul virus corona pada Mei, dengan jumlah kematian harian mencapai ribuan.

Baca juga: Hina Tentara China yang Tewas Saat Bentrok Lawan India di Himalaya, Blogger Ini Dipenjara

Kenyataan suram di luar jeruji telah membuat beberapa narapidana bergantung pada sel mereka yang dinilai relatif aman.

New York Post mewartakan pada Senin (31/5/2021), pandangan itu membuat 21 penghuni penjara baru-baru ini menolak pembebasan sementara yang diberikan untuk mengurangi kepadatan di sel.

Salah satu narapidana tersebut, menurut Indian Express, adalah Ashish Kumar. Dia adalah mantan guru yang menjalani hukuman enam tahun di penjara Meerut, karena mendorong istrinya untuk bunuh diri.

“Kami telah mengirimkan permintaannya (untuk tetap tinggal) kepada pemerintah untuk disetujui. Kami telah menerima persetujuan. Artinya Ashish Kumar akan tetap berada di penjara sampai menyelesaikan hukumannya,” kata pengawas senior fasilitas itu, BP Pandey, kepada outlet tersebut.

Dari 43 narapidana di penjara Meerut yang ditawarkan pembebasan bersyarat sementara selama delapan minggu, Kumar adalah satu-satunya yang menolak.

Tetapi 20 narapidana lainnya, yang tersebar di delapan fasilitas lain di negara bagian Uttar Pradesh, India, juga memilih untuk tetap tinggal di sel, menurut laporan Press Trust of India.

“Narapidana yang memilih itu harus menebus waktu di balik jeruji besi di akhir hukuman mereka,” kata Anand Kumar, Direktur Jenderal Administrasi Penjara India, menjelaskan mengapa beberapa orang melewatkan kesempatan pembebasan bersyarat.

Baca juga: Profil Pasukan Khusus Dunia: Marcos India

Tetapi menurutnya, pengambilan keputusan mereka juga dipicu oleh perasaan bahwa mereka akan lebih baik di dalam fasilitas pemasyarakatan itu.

Alasan utama lain yang diberikan adalah, mereka khawatir jika keluar tidak akan mendapatkan makanan, dan fasilitas perawatan kesehatan lainnya. Fasilitas itu mereka dapatkan di penjara.

Lebih lanjut kata dia, para narapidana mengatakan pemeriksaan kesehatan dilakukan secara teratur di penjara. Mereka mendapatkan makanan tepat waktu, mereka aman dan sehat di penjara.

“Para narapidana mengatakan bahwa begitu mereka keluar dari penjara, mereka harus berjuang untuk mencari nafkah," kata Direktur Jenderal Administrasi Penjara India itu.

Awal bulan ini, Mahkamah Agung India memerintahkan petugas penjara mengambil langkah-langkah untuk mengurangi kepadatan di fasilitas pemasyarakatan, ketika pandemi menghancurkan negara “Anak Benua”.

Menurut Universitas Johns Hopkins hingga Senin pagi (31/5/2021), Covid-19 India telah mencatat lebih dari 329.000 kematian.

Baca juga: Unggah Video Makan Ular untuk Obati Covid-19, Pria India Ditangkap

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Global
OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

Global
Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com