Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Protes Myanmar Berlanjut Setelah Inisiatif Perdamaian ASEAN

Kompas.com - 27/04/2021, 08:47 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AP

YANGON, KOMPAS.com - Para pengunjuk rasa di kota terbesar Myanmar melawan potensi kekerasan oleh pasukan keamanan pada Senin (26/4/2021), dan menentang kudeta militer Februari.

Mereka menunjukkan tekad untuk melanjutkan perlawanan, hanya dua hari setelah para pemimpin Asia Tenggara bertemu untuk mengatasi krisis negara anggotanya itu dalam KTT ASEAN di Jakarta pada Sabtu (24/4/2021).

Baca juga: Media Asing Sorot Hasil KTT ASEAN untuk Konflik Myanmar di Jakarta


Kelompok yang sebagian besar orang muda ini membanjiri jalan-jalan di lingkungan Yangon.

Mereka membawa spanduk dan mengacungkan salam tiga jari yang diadopsi oleh gerakan tersebut sebagai simbol perjuangannya.

Demonstrasi terus berlanjut di banyak bagian negara itu sejak KTT ASEAN akhir pekan lalu. Di saat yang sama, perlakuan keras seperti penangkapan dan pemukulan oleh pasukan keamanan masih ada.

Padahal ada kesepakatan yang jelas dari pemimpin junta Jenderal Senior Min Aung Hlaing untuk mengakhiri kekerasan, dalam pertemuan tersebut.

Ungkapan ketidakpuasan

Lebih dari 700 pengunjuk rasa dan pengamat telah dibunuh oleh pasukan keamanan sejak kudeta 1 Februari, menurut beberapa lembaga kemanusiaan. Angka junta sendiri kira-kira sepertiga dari itu.

Junta militer juga memgklaim tidak menggunakan kekuatan yang tidak proporsional, untuk meletakkan apa yang digambarkannya sebagai kerusuhan.

Setelah meneriakkan penolakan mereka terhadap junta dan mendengarkan pidato, para pengunjuk rasa dengan cepat berpencar untuk menghindari konfrontasi dengan polisi atau tentara.

Baca juga: Obama: Kekerasan di Myanmar Memilukan, Para Jenderal Harus “Bayar” Perbuatannya

Dalam protes Senin (26/4/2021) dan melalui media online, banyak yang menyatakan ketidakpuasan dengan hasil pertemuan ASEAN di Jakarta, terutama kurangnya permintaan untuk pembebasan tahanan politik.

Mantan pemimpin terpilih negara itu, Aung San Suu Kyi, ditangkap dalam kudeta tersebut dan diperkirakan ada di antara 3.400 orang yang masih ditahan.

ASEAN mengeluarkan pernyataan yang mengungkapkan "konsensus lima poin" tentang krisis Myanmar.

Hasilnya menyerukan penghentian segera kekerasan, dialog di antara semua pihak terkait, mediasi proses dialog oleh utusan khusus ASEAN, pemberian bantuan kemanusiaan melalui saluran ASEAN, dan kunjungan ke Myanmar oleh utusan khusus untuk bertemu dengan semua pihak terkait.

Berharap penuh

“Utusan khusus PBB Christine Schraner Burgener, yang berada di Jakarta selama akhir pekan, bertemu dengan Hlaing dan beberapa menteri luar negeri ASEAN,” kata wakil juru bicara PBB Farhan Haq, Senin (26/4/2021).

Burgener bermaksud untuk menjaga dialog dengan pihak-pihak penting termasuk militer.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com