Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korea Utara Dihantui Bencana Kelaparan Era 1990-an

Kompas.com - 09/04/2021, 16:44 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber REUTERS

PYONGYANG, KOMPAS.com - Media pemerintah Korea Utara melaporkan bahwa negara komunis itu sedang dihantui kekhawatiran bencana kelaparan pada 1990-an terulangnya lagi, karena krisis ekonomi saat ini.

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un mendesak para pejabat negara untuk meningkatkan usaha dan pengorbanannya lagi, seperti di masa "Arduous March", sebutan kala bencana kelaparan itu terjadi, seperti yang dilansir dari Reuters pada Jumat (9/4/2021).

"Arduous March" adalah istilah yang diadobsi oleh para pejabat untuk mengeluarkan seluruh upaya membantu warga selama musibah kelaparan membunuh sekitar 3 juta warga Korea Utara, setelah runtuhnya Uni Soviet yang menjadi pendukung utama berdirinya negara itu.

Baca juga: Kim Jong Un Akui Korea Utara Tengah Alami Situasi Terburuk

Periode tersebut sering dibicarakan sebagai peristiwa bersejarah, tetapi sepertinya krisis ini bisa jadi lebih buruk lagi.

Pada awal pekan ini, Kim mengatakan bahwa masalah yang dihadapi negaranya saat ini adalah "situasi terburuk yang pernah ada".

Ia menyampaikan pidato itu pada Kamis (8/4/2021) dalam penutupan konferensi untuk pejabat Partai Buruh Korea (WPK) tingkat rendah.

Penguasa Korea Utara generasi ketiga itu mendesak mereka untuk lebih proaktif dan bertanggung jawab dalam melaksanakan rencana ekonomi 5 tahun negaranya, yang diadopsi dari forum kongres pada Januari lalu.

Baca juga: Khawatir Covid-19, Korea Utara Mundur dari Olimpiade Tokyo

"Saya memutuskan untuk meminta WPK dari semua tingkat...untuk melakukan 'Arduous March' lebih sulit untuk meringankan rakyat dari kesulitan," ujar Kim menurut laporan KCNA.

Partai harus menghargai kesetiaan rakyat dan menjadi "pelayan" sejati bagi mereka, katanya seperti dikutip.

Ketika pandemi Covid-19 melanda hampir di seluruh dunia, Korea Utara menutup semua perjalanan lintas perbatasan, membatasi perdagangan, dan memberakukan pembatasan lain untuk mencegah penyebaran wabah.

Baca juga: AS, Jepang, dan Korea Selatan Bersatu Lawan Program Nuklir Korea Utara

Sejauh ini, Korea Utara belum melaporkan satu pun jumlah kasus terkonfirmasi.

Namun, para pejabat Amerika dan Korea Selatan meragukan anggapan bahwa negara komunis itu bebas dari infeksi Covid-19.

Sementara Korut melakukan pengetatan aktivitas yang berdampak negatif terhadap ekonomi, ia juga harus menanggung sanksi internasional terkait kepemilikan program senjata nuklir dan rudal balistik.

Alhasil, itu membuat negara Kim mengalami krisis ekonomi dan kemanusiaan.

Baca juga: AS Akan Duduk bareng Jepang dan Korsel untuk Bicarakan Korea Utara

Panel ahli independen yang memantau sanksi PBB baru-baru ini melaporkan bahwa kelompok bantuan internasional sedang berjuang untuk menjangkau wanita dan anak-anak yang rentan di Korea Utara.

Namun, mengalami kendala karena lockdown yang diterapkan Korut dalam menyikapi pandemi Covid-19, sehingga ratusan ribu orang terancam tanpa akses ke nutrisi yang dibutuhkan.

Seorang pejabat di Kementerian Kesehatan Masyarakat Korea Utara merilis pernyataan pada Selasa (6/4/2021), yang berisi penyangkalan bahwa ada anak yang menghadapi kekurangan gizi dan menilai laporan semacam itu bertujuan untuk menodai citra negara.

Baca juga: Korea Utara Uji Coba Rudal, Biden Lontarkan Ancaman

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com