Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Militer Myanmar Disebut Tahan Aung San Suu Kyi karena Takut kepadanya

Kompas.com - 04/02/2021, 16:12 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Sky News

NAYPYIDAW, KOMPAS.com - Pengamat menyebutkan, penangkapan Aung San Suu Kyi yang dilakukan militer Myanmar menunjukkan bahwa mereka takut kepadanya.

Suu Kyi, Presiden Win Myint, dan sejumlah pemimpin Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) ditangkap pada Senin (1/2/2021).

Penangkapan itu merupakan buntut kemenangan besar NLD dalam pemilu November 2020, di mana oposisi yang disokong militer menyebut adanya kecurangan.

Baca juga: Militer Myanmar Tuntut Aung San Suu Kyi atas Kepemilikan Walkie Talkie

Setelah mengumumkan adanya kudeta, angkatan bersenjata menyatakan keadaan darurat selama satu tahun ke depan.

Pemerintahan, baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif diserahkan ke panglima militer, Jenderal Senior Min Aung Hlaing.

Berdasarkan dokumen kepolisian yang diajukan ke pengadilan, Aung San Suu Kyi didakwa atas kepemilikan walkie talkie ilegal.

Alat komunikasi itu ditemukan dalam penggeledahan pada Senin pagi waktu setempat di kediaman Suu Kyi di Naypyidaw.

Pemimpin sipil berusia 75 tahun itu ditahan hingga 15 Februari untuk keperluan mencari bukti, menanyai saksi mata, dan mendapatkan tim pembela terdakwa.

Mark Farmaner, Direktur Burma Campaign UK, menuturkan dakwaan terhadap Suu Kyi konyol dan menunjukkan militer Myanmar takut padanya.

Baca juga: Polisi Myanmar Jadikan Aung San Suu Kyi Tahanan Hingga Setengah Bulan ke Depan

Dalam surel kepada Sky News, Farmaner menjelaskan selama bertahun-tahun, Suu Kyi ditahan atas berbagai tuduhan.

Mulai dari subversi, insiden penerobosan warga AS bernama John Yettaw pada 2009, dan kini kepemilikan walkie talkie di rumahnya.

"Kenyataannya adalah militer memenjarakannya karena mereka masih takut kepadanya," jelas Farmaner dilansir pada Rabu (3/2/2021).

Parlemen untuk HAM ASEAN (APHR) menyatakan, kudeta Tatmadaw, sebutan militer Myanmar, sangat melukai perasaan warga yang berpartisipasi dalam pemilu November 2020.

Ketua APHR Charles Santiago memperingatkan, negara yang dulunya bernama Burma itu bisa saja jatuh ke kediktatoran militer kembali.

Baca juga: Kudeta Myanmar, Aung San Suu Kyi Dituduh Punya Alat Komunikasi Terlarang

"Dakwaannya menggelikan dan absurd. Junta berusaha melegitimasi cara ilegal mereka saat menggulingkan pemerintahan yang sah," kecamnya.

Langkah pembangkangan dilakukan oleh tenaga kesehatan dari 70 rumah sakit dan fasilitas medis di 30 kota seantero Myanmar.

Mereka melakukan aksi protes karena Tatmadaw mengedepankan kepentingan pribadi mereka saat virus corona melanda.

"Kami menolak untuk mematuhi segala perintah dari rezim militer yang tak sah, yang tidak menghargai pasien kami," ujar mereka.

Baca juga: Perempuan Berdaya: Reputasi Aung San Suu Kyi dari Ikon Perdamaian, Jatuh Akibat Krisis Etnis Rohingya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com