Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Budaya "Hawker" Singapura Mendapat Pengakuan UNESCO

Kompas.com - 17/12/2020, 20:05 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber Reuters

SINGAPURA, KOMPAS.com - Tradisi makan komunal Singapura di pusat jajanan (hawker centres) telah diakui oleh Badan Kebudayaan PBB (UNESCO), karena signifikansi nilai budayanya.

Kawasan food court terbuka ini sempat dipopulerkan oleh koki selebriti dan film terkenal seperti Crazy Rich Asians.

Melansir Reuters, UNESCO mengumumkan pengakuan itu pada Rabu malam waktu setempat (16/12/2020).

Disebutkan bahwa mereka telah menambahkan budaya jajanan jalanan negara kota itu ke dalam Daftar Perwakilan Warisan Budaya Takbenda Manusia.

Sudah hampir dua tahun Singapura mengajukan tawaran untuk memasukan budaya Hawker ini dalam daftar UNESCO.

Baca juga: Lokasi Ledakan Nuklir di Chernobyl Diwacanakan Jadi Warisan Dunia UNESCO

Pusat jajanan Singapura didirikan untuk menampung mantan pedagang kaki lima, atau pedagang asongan.

Hal itu dilakukan dalam upaya untuk menjaga kebersihan negara pulau itu pada tahun 1970-an.

Lokasi itu menyajikan berbagai hidangan murah dan sederhana kepada penduduk setempat, serta menyediakan suasana sosial.

"Pusat-pusat ini berfungsi sebagai ruang makan komunitas. Tempat orang-orang dari berbagai latar belakang berkumpul dan berbagi pengalaman bersantap sambil sarapan, makan siang, dan makan malam," kata UNESCO.

Koki selebriti termasuk Anthony Bourdain dan Gordon Ramsay telah memanjakan diri dengan hidangan pusat jajanan favorit, seperti nasi ayam.

Film Crazy Rich Asians tahun 2018 menunjukkan bintang-bintangnya menyelipkan piring-piring bertumpuk di pasar malam yang terkenal itu.

Baca juga: Kebakaran Besar Lalap Hutan Situs UNESCO Australia

Beberapa kios bahkan memperoleh bintang Michelin untuk makanan yang harganya hanya beberapa dolar.

Namun, budaya jajanan Singapura menghadapi tantangannya. Usia rata-rata para pedagang asongan di negara kota ini adalah 60 tahun.

Sementara kaum muda Singapura semakin menghindari dapur sempit serta berkeringat, dan memilih bekerja kantoran.

Pandemi Covid-19 juga memberikan pukulan bagi sektor ini. Kereta turis yang biasa ke pusat-pusat itu dihentikan.

Sementara penduduk setempat bahkan dilarang makan di luar selama beberapa bulan selama penguncian wilayah dan pembatasan sosial awal tahun ini.

Singapura harus menyerahkan laporan setiap enam tahun ke UNESCO. Hal itu untuk menunjukkan upaya yang dilakukan dalam melindungi dan mempromosikan budaya jajanannya.

Baca juga: UNESCO Resmi Tetapkan 3 Cagar Biosfer Baru di Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com