WASHINGTON DC, KOMPAS.com- Terpidana mati Brandon Bernard telah dieksekusi mati di negara bagian Indiana setelah permohonan grasinya pada menit-menit terakhir ditolak Mahkamah Agung Amerika Serikat (AS).
Bernard dihukum karena kasus pembunuhan pada 1999 ketika dia masih remaja. Dia juga narapidana termuda yang dieksekusi oleh pemerintah federal dalam hampir 70 tahun terakhir.
Pria berusia 40 tahun ini telah meminta maaf kepada keluarga korban yang dia bunuh, sebelum menjalani ekseksusi melalui suntikan mematikan pada Kamis (10/12/2020).
Baca juga: Trump Perintahkan Serangkaian Hukuman Mati Jelang Akhir Jabatannya
Empat hukuman mati lainnya direncanakan akan digelar sebelum masa kepresidenan Donald Trump berakhir.
Langkah ini mendobrak preseden yang telah berlaku selama 130 tahun bahwa tidak ada pelaksanaan hukuman mati di masa transisi presiden. Joe Biden akan resmi menjabat presiden pada 20 Januari 2021.
Ketika hari-hari Presiden Donald Trump di Gedung Putih semakin mendekati akhir, pemerintahannya mengebut sejumlah pelaksanaan hukuman mati yang ditangani pemerintah federal.
Selain Bernard yang sudah dieksekusi, Alfred Bourgeois (56) dijadwalkan akan dihukum mati pada Jumat (11/12/2020) di sebuah penjara di Terre Haute, Indiana.
Jaksa Agung William Barr telah mengatakan, Departemen Kehakiman hanyalah menerapkan hukum yang berlaku.
Namun para penentang hukuman mati mengatakan, langkah ini mengkhawatirkan karena diterapkan beberapa minggu sebelum pelantikan Biden, yang telah mengungkapkan akan mengakhiri hukuman mati, resmi menjabat.
Baca juga: Menakar Kemungkinan Menjerat Mensos Juliari dengan Hukuman Mati
Sejak hukuman mati di tingkat federal dihidupkan lagi oleh Mahkamah Agung Amerika Serikat (AS) pada 1988, eksekusi yang ditangani pemerintah pusat jarang terjadi.
Sebelum Trump menjabat, hanya tiga hukuman mati tingkat federal yang benar-benar dilaksanakan selama periode tersebut.
Semuanya dilakukan di bawah pemerintahan presiden dari Partai Republik, George W Bush, termasuk Timothy McVeigh, terpidana pengeboman gedung federal Oklahoma City. Sejak 2003 tidak ada eksekusi tingkat federal sama sekali.
Total terdapat 22 terpidana yang dieksekusi tahun lalu oleh negara-negara bagian, tapi hukuman mati di tingkat negara bagian mengalami tren penurunan.
Semakin banyak negara bagian yang kini menghapuskan hukuman mati, dan sebagian besar negara bagian secara resmi melarang pratik itu atau belum pernah melaksanakan hukuman mati selama lebih dari satu dekade.
Opini publik juga telah berubah mengenai hukuman mati ini.
Baca juga: Simpan 19 Kilogram Sabu, Bapak dan Anak di Palu Terancam Hukuman Mati
Jajak pendapat Gallup pada November 2019 menunjukkan bahwa 60 persen warga AS lebih mendukung hukuman penjara seumur hidup, dibandingkan hukuman mati untuk pertama kalinya sejak survei diadakan lebih dari 30 tahun lalu.
"Dukungan masyarakat untuk hukuman mati mencapai titik terendah pada dekade ini," jelas Ndulue.
Pada Juli 2019, Barr mengumumkan rencana eksekusi lima terpidana mati, meskipun muncul penentangan masyarakat dan praktik yang berlaku.
"Kongres sudah jelas menyetujui hukuman mati," katanya ketika itu.
"Departemen Kehakiman menegakkan hukum - dan demi para korban dan keluarga mereka, kita menerapkan vonis yang dijatuhkan oleh sistem kehakiman kita."
Dikatakannya, para narapidana tersebut dinyatakan bersalah membunuh atau memerkosa anak-anak dan warga usia lanjut.
Baca juga: Senat AS Gagal Hentikan Trump Jual Jet Tempur F-35 ke Uni Emirat Arab
"Kami memandang hukuman mati ini adalah hukuman sewenang-wenang yang melanggar konsitusi yang seharusnya sudah dihapus puluhan tahun lalu," kata Lisa Cylar Barrett, direktur kebijakan di NCAAP Legal Defense Fund.
Dan pemilihan terpidana mati tertentu memperburuk tudingan bahwa keputusan itu dilandasi kepentingan politik.
Eksekusi kelompok pertama pertengahan tahun ini - bertepatan dengan gelombang unjuk rasa antirasisme - terdiri dari orang-orang kulit putih seluruhnya. Untuk gelombang sekarang, empat dari lima yang direncanakan akan dieksekusi adalah warga Amerika keturunan Afrika.
Menurut Ndulue, hal itu bukan karena "kebetulan" jika tak ada terpidana kulit hitam yang dihukum mati selama periode "kesadaran meningkat tentang kesenjangan rasial terkait dengan hukuman mati tingkat federal".
Jika hukuman mati Brandon Bernard dan Alfred Bourgeois dilaksanakan, 10 terpidana yang dieksekusi selama tahun 2020 ini akan menjadi jumlah terbanyak setahun yang tidak ada tandingannya.
"Kita harus kembali ke tahun 1896 ketika terjadi 10 eksekusi atau lebih," jelas Ngozi Ndulue dari lembaga independen Death Penalty Information Center.
Pemerintahan Trump juga menetapkan pelaksanaan hukuman mati federal di tengah masa peralihan politik, setelah kalah dalam pemilihan presiden.
Eksekusi di masa transisi ini terjadi untuk kali pertama selama lebih dari satu abad.
Baca juga: Agen Real Estate Jual Rumah Masa Kecil Donald Trump Rp 42 Miliar kepada Para Penggemarnya
Presiden yang sedang berkuasa biasanya menunda eksekusi untuk ditangani oleh penerusnya, sehingga presiden terpilh dapat menentukan arah kebijakan.
Dalam wawancara dengan kantor berita Associated Press, Jaksa Agung William Barr membela pelaksanaan eksekusi sesudah pemilihan presiden, dan mengatakan ia kemungkinan besar akan menjadwalkan eksekusi lebih banyak lagi sebelum ia meninggalkan Departemen Kehakiman AS.
"Saya pikir cara menghentikan hukuman mati adalah menghapus hukuman mati," katanya.
"Tetapi jika kita meminta juri menjatuhkannya, maka eksekusi itu harus diterapkan."
Namun ini adalah pilihan kontroversial, khususnya karena tim presiden terpilih Joe Biden telah mengatakan akan mengupayakan penghapusan hukuman mati.
Eksekusi pertama yang direncanakan terhadap Bernard, menarik perhatian khusus.
Dinyatakan bersalah melakukan pembunuhan dan penculikan pada tahun 1999, Bernard berusia 18 tahun ketika melakukan tindak pidana, dan akan tercatat sebagai terpidana paling muda yang dieksekusi pemerintah federal selama hampir 70 tahun terakhir.
Lima dari sembilan juri yang menangani kasusnya dan sekarang masih hidup serta pengacara AS yang membela vonis hukuman mati di tingkat banding, secara terbuka telah menyerukan agar eksekusi terhadap Bernard dibatalkan.
Kim Kardashian juga turut menyuarakan itu, memohon langsung kepada Presiden Trump lewat Twitter.
Baca juga: Jared Kushner dan Ivanka Trump Beli Properti Mewah Rp437 Miliar di Miami
Baca juga: Trump Puji Vaksin Keajaiban yang Akan Datang Segera dalam 100 Juta Dosis
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.