CAPE TOWN, KOMPAS.com - Para peneliti dari Universitas Cape Town mengusulkan agar kota di Afrika Selatan itu meredupkan sinar matahari, dengan meluncurkan partikel reflektif ke atmosfer.
Usulan tersebut baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal di Environmental Research Letters, melansir Gizmodo, Sabtu (5/12/20).
Dalam rencana yang benar-benar radikal untuk menghentikan kekeringan parah ini, Afrika Selatan bahkan mencari cara untuk meredupkan matahari secara permanen.
Cape Town merasa harus melakukannya untuk bisa membantu mengurangi kekeringan di wilayah itu.
Rencana baru ini merupakan upaya untuk mencegah Day Zero, peristiwa kekeringan yang diperkirakan para ahli akan melanda Cape Town di Afrika Selatan selama beberapa waktu.
Kekeringan Day Zero akan membuat Cape Town secara ilmiah tidak memiliki cukup air untuk semua orang.
Baca juga: Hindari Bencana Kekeringan dengan Teknik Meredupkan Matahari? Ini Tanggapan BMKG...
Makalah tersebut menjelaskan bahwa Cape Town telah menghindari situasi ini sejauh ini melalui pembatasan penggunaan air yang drastis, tapi kekeringan masih mungkin terjadi akibat perubahan iklim.
Solusi ini mengusulkan geoengineering dengan menggunakan injeksi aerosol stratosfer, alias meluncurkan bahan kimia ke langit.
Rencana itu dilakukan dengan menyuntikkan partikel gas sulfur dioksida ke atmosfer di atas Cape Town. Gas tersebut kemudian akan membentuk awan untuk memantulkan sinar matahari dan menyaring lebih sedikit cahaya ke permukaan, dan secara efektif menghalangi sengatan sinar matahari.
Penelitian menunjukkan jika rencana ini berhasil, hal itu dapat mengurangi kemungkinan fenomena kekeringan Day Zero hingga 90 persen.
Baca juga: Antisipasi Kekeringan, Mentan Minta Petani Terapkan 2 Cara Ini
Tentu saja ada risiko yang harus dipertimbangkan sebelum hal ini bisa disetujui. Para peneliti menguraikan bahwa rencana ini tidak akan berfungsi di sembarang situasi.
Perubahan lokasi, model, atau metode penerapan dapat memberi hasil yang sangat berbeda. Mereka juga menekankan bahwa saran ini tidak boleh dilihat sebagai alternatif untuk mengurangi gas rumah kaca.
Rencana tersebut dinilai cukup kontroversial. Menurut New York Post, para ahli mengatakan bahwa menyuntikkan gas ke atmosfer untuk mengekang perubahan iklim justru dapat menyebabkan gangguan yang berpotensi berbahaya pada sistem iklim.
Science Times bahkan memperingatkan ide ini bisa memicu potensi perang. Keputusan untuk meluncurkan partikel geoengineer ke atmosfer adalah sesuatu yang perlu mendapat masukan dari semua negara.
Apalagi membuat semua orang setuju, kemungkinan bisa dibilang sangat kecil.
Baca juga: Zanziman Ellie, Mowgli Dunia Nyata yang Hidup di Hutan Afrika karena Di-bully
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.