Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Parlemen Azerbaijan Minta Perancis Dikeluarkan dari Penengah Konflik Nagorno-Karabakh, Ini Sebabnya

Kompas.com - 27/11/2020, 07:35 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber AFP

KOMPAS.com - Anggota parlemen Azerbaijan pada hari Kamis menyerukan agar Perancis dikeluarkan dari kelompok yang menengahi sengketa Nagorno-Karabakh.

Itu karena Senat Perancis mendukung klaim kemerdekaan wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan antara Azerbaijan dan Armenia sebagaimana dilansir dari AFP, Kamis (26/11/2020).

Majelis tinggi Perancis pada Rabu (25/11/2020) mengadopsi resolusi tidak mengikat yang menyerukan agar Negeri “Anggur” mengakui kemerdekaan Nagorno-Karabakh.

Langkah tersebut diambil Parlemen Perancis setelah Armenia menyetujui kesepakatan damai dengan Azerbaijan pada awal November setelah kedua negara bertempur sengit sejak akhir September.

Baca juga: Perang Azerbaijan-Armenia Tengah Diselidiki Adanya Dugaan Kejahatan Perang

Etnik Armenia di Nagorno-Karabakh sempat memisahkan diri dari kendali Azerbaijan setelah meletus perang pada dekade 1990-an, setelah Uni Soviet runtuh.

Sementara itu, Perancis adalah rumah bagi diaspora Armenia yang cukup besar dan berpengaruh.

Bersama dengan Rusia dan Amerika Serikat (AS), Perancis menjadi ketua bersama Grup Minsk.

Grup Minsk memimpin pembicaraan untuk mencari solusi konflik antara Azerbaijan dan Armenia selama beberapa dekade tetapi gagal mencapai kesepakatan yang langgeng.

Baca juga: Sniper Iran Unggah Foto Provokasi Targetkan Presiden Azerbaijan

Dalam resolusi yang diadopsi pada Kamis, anggota parlemen Azerbaijan mendesak pemerintah untuk mengajukan banding kepada Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) untuk keluar dari Grup Minks.

OSCE sendiri merupakan badan yang mengawasi Grup Minsk.

Parlemen Azerbaijan juga mendesak Pemerintah Azerbaijan untuk merevisi hubungan politik dan ekonominya dengan Perancis.

Selain itu, Kementerian Luar Negeri Azerbaijan memanggil Duta Besar Perancis di Baku, Zacharie Gross, dan menyerahkan catatan protes kepadanya.

Baca juga: Kalah dari Azerbaijan di Nagorno-Karabakh, PM Armenia Akui Bertanggung Jawab

"Azerbaijan dengan tegas menolak resolusi Senat (Perancis), yang bertentangan dengan Piagam PBB," tulis Kementerian Luar Negeri Azerbaijan dalam sebuah pernyataan.

Ketua Parlemen Azerbaijan Sahiba Gafarova mengatakan kampanye politik melawan Azerbaijan telah diselenggarakan di Senat Perancis dan anggota parlemen Azerbaijan harus menanggapinya.

Di sisi lain, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan memuji resolusi Prancis itu sebagai sebuah langkah yang bersejarah.

Sementara itu, perjanjian damai terbaru antara Azerbaijan dan Armenia tersebut ditengai oleh Rusia.

Baca juga: Pasukan Azerbaijan Masuki Distrik Pertama yang Dimenangkan dalam Perang dengan Armenia

Di bawah perjanjian tersebut, Armenia harus rela kehilangan kendali atas sebagian wilayah Nagorno-Karabakh dan tujuh distrik sekitarnya di Azerbaijan yang dikuasainya sejak 1990-an.

Separatis Armenia mempertahankan kendali atas sebagian besar wilayah Nagorno-Karabakh.

Di sisi lain, 2.000 personel peacekeepers alias pasukan penjaga perdamaian dari Rusia telah diterjunkan di sepanjang garis depan dan untuk melindungi jalur darat yang menghubungkan Karabakh dengan Armenia.

Deklarasi kemerdekaan Nagorno-Karabakh dari Azerbaijan belum diakui oleh negara mana pun, termasuk Armenia.

Baca juga: Armenia Ganti Menteri Pertahanan Usai Kalah Perang dari Azerbaijan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

Global
[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

Global
Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Global
Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Global
TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

Global
Suhu Panas Tinggi, Murid-murid di Filipina Kembali Belajar di Rumah

Suhu Panas Tinggi, Murid-murid di Filipina Kembali Belajar di Rumah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com