Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Air Laut Berubah Warna Jadi Kuning di Kamchatka, Rusia, Ada Apa?

Kompas.com - 11/11/2020, 15:39 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

MOSKWA, KOMPAS.com - Air laut di Pantai Khalatyrsky, Kamchatka, Rusia tampak berwarna kuning dalam rekaman video yang diunggah peselancar Mayi Rudik melalui Instagramnya pada akhir September lalu.

Rudik mengatakan bahwa air laut di Pantai Khalatyr berubah menjadi kuning. Orang-orang yang tinggal di sekitar pantai ataupun memiliki kontak langsung dengan air laut mengalami beberapa gejala penyakit.

Penglihatan mereka bermasalah, banyak yang menderita mual, muntah dan suhu tubuh meningkat. 

Baca juga: Hewan Laut Banyak yang Mati di Kamchatka, Apa Penyebabnya?

Udara di lingkungan pantai juga terdampak, dengan mereka yang hanya berdiri di tepi pantai merasakan sakit tenggorokkan dan batuk yang terus menerus seakan-akan tabung gas merica telah disemprotkan ke udara.

Menyikapi hal itu, Federasi Selancar Saint Petersburg mengirimkan permintaan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin agar melihat lebih dekat ke pantai tersebut.

Permintaan itu dikirim pada 30 Oktober 2020, mengacu pada polusi bahan bakar roket yang ditemukan dalam sampel yang diklaim berasal dari daerah dan lingkungan yang tercemar itu.

Baca juga: Bahaya, Laut Dalam di Dunia Telah Tercemar Merkuri

Sebelumnya diwartakan Kompas.com, ilmuwan Rusia menyimpulkan bahwa racun itu berasal dari pertumbuhan ganggang beracun yang mengakibatkan kematian massal makhluk hidup laut di sepanjang pantai timur dan barat Semenanjung Kamchatka.

Racun yang dilepaskan ganggang itu dianggap sebagai penyebab sakitnya puluhan peselancar yang berlatih di Pantai Khalaktyr.

Anggota tim Olimpiade Selancar Rusia, sekaligus ekonom, presenter TV dan radio kelahiran Moskwa, Mayi Rudik masih berjuang sembuh dari sakit mata yang dideritanya akibat berenang di laut Pantai Khalaktyr.

Baca juga: Bahaya, Dasar Laut Tercemar 14 Juta Ton Sampah Plastik Mikro

Mayi diketahui terbang ke Kamchatka bersama anggota timnya, Dmitry Iliasov dari Saint Petersburg untuk berlatih dan berselancar demi olimpiade mendatang.

"Setelah 2 sampai 3 jam di dalam air, mata kami sakit begitu hebat sehingga kami tidak bisa melanjutkan lagi," kata Mayi (36) kepada The Siberian Times.

"Besoknya, Dmitry dan saya hampir buta. Kami sangat takut itu permanen. Kami juga mengalami sakit tenggorokkan dan sakit perut."

Baca juga: Aktivis Lingkungan Remaja Ini Konsisten Kampanyekan Perubahan Iklim Setelah Pandemi

Pihak mereka mencoba menghubungi pihak berwenang namun tidak ada informasi rinci apapun. 

Pengacara Dmitry Brisov dan Ekaterina Ippolotiva kemudian membantu kedua peselancar itu mengajukan surat kepada Presiden Putin. 

Sejauh ini, Komite Investigasi Rusia baru mengakui bahwa 2 peselancar itu adalah korban dalam kasus pencemaran di Semenanjung Kamchatka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskorsing... 

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskorsing... 

Global
ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

Global
[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

Global
Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Global
Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Global
Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Global
Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Global
Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Internasional
Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Global
3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur 'Facial Vampir' di New Mexico

3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur "Facial Vampir" di New Mexico

Global
Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Internasional
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com