Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Misteri: Kematian Ganjil 9 Pendaki 'Dyatlov Pass'

Kompas.com - 24/09/2020, 19:00 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

“Ini adalah misteri Soviet kami yang ingin kami pecahkan,” kata Natalya Barsegova, yang telah menerbitkan artikel tentang kasus ini di surat kabar Komsomolskaya Pravda sejak 2012 kepada BBC.

Penyelidikan yang dilakukan pada musim semi 1959 meninggalkan banyak pertanyaan yang belum terselesaikan.

Mengapa para pemain ski itu melarikan diri dari tenda sampai mati kedinginan? Mengapa beberapa dari mereka menderita luka akibat tumbukan benda tumpul? Mengapa lidah mereka ada yang terpotong dan mata mereka tercungkil?

Melansir The Atlantic, para analisis juga bahkan menemukan peningkatan radioaktivitas pada 2 pakaian korban, sehingga ada yang menyimpulkan bahwa para pendaki itu dibunuh oleh sebuah "kekuatan unsur yang tidak dapat diatasi".

Kasus itu ditutup, temuan mereka diarsipkan sebagai 'rahasia' seperti rutinitas yang terjadi di era Soviet pada umumnya.

Seorang jurnalis lokal dilarang untuk melaporkan kejadian tersebut, dan selama beberapa dekade, satu-satunya publikasi yang terkait dengan misteri tersebut adalah sebuah novel yang diterbitkan oleh salah satu pencari.

Baca juga: Pria Ini Mendaki Dua Kali Tinggi Gunung Everest dengan Sepeda

 

Serangan UFO

Pada Januari 1990, mantan kepala Partai Komunis sebuah kota dekat Dyatlov Pass menulis tanggapannya terhadap artikel surat kabar tentang penampakan UFO di daerah tersebut.

Dia mengklaim apa yang terjadi pada para pemain ski itu dan lubang yang ada di tenda mereka adalah puing-puing yang jatuh dari roket.

Surat kabar itu kemudian menerbitkan sebuah cerita di mana Lev Ivanov, penyelidik utama pada penyelidikan Dyatlov 1959, dikutip mengatakan bahwa para mahasiswa itu dibunuh oleh UFO.

Artikel tersebut juga mengulangi desas-desus bahwa kelompok tersebut mungkin telah dibunuh oleh penduduk asli atau radiasi dari uji senjata.

Faktanya, "bola api" yang dirujuk dalam cerita telah terlihat berminggu-minggu setelah kematian para mahasiswa pemain ski itu dan dikaitkan dengan uji coba rudal yang terdokumentasi.

Beberapa bulan kemudian, Ivanov menulis artikelnya sendiri di surat kabar lain yang menyalahkan para mahasiswa.

Dengan menyalahkan UFO, dokumen rahasia, dan pemerintah yang menutup-nutupi, di mana tulisan artikel-artikel itu adalah awal mula teori konspirasi yang berkembang.

Pada akhir tahun 2000-an, “Dyatlophrenia” telah masuk ke surat kabar dan televisi nasional.

Jaringan teori yang terus berkembang sejak itu muncul, mengklaim bahwa alkohol beracun, keturunan "Arya" kuno, atau berbagai senjata fantastis seperti "bom vakum" adalah penyebabnya.

Fakta bahwa wakil insinyur pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl memiliki nama keluarga yang sama dengan Igor Dyatlov menimbulkan kecurigaan tentang beberapa hubungan dengan bencana itu.

Beberapa teori bahkan menyatakan bahwa kelompok Dyatlov termasuk agen KGB atau CIA.

Sebuah teori lain mempercayai adanya plot jahat yang terjadi pada Yuri Yudin, seorang mahasiswa yang sempat menemani kelompok tersebut sebelum akhirnya tidak jadi berangkat mendaki karena sakit.

Yuri Yudin mengatakan sebelum kematiannya bahwa dia percaya teman-temannya telah “melihat sesuatu yang seharusnya tidak mereka lihat” dan dipaksa dengan todongan senjata untuk membuat adegan agar membingungkan penyelidik, lalu dia dibiarkan mati.

Namun bagaimana pun teori konspirasi berbunyi, saudari Dyatlov sendiri, Tatyana Perminova, mengatakan bahwa dia telah mendengar banyak teori, tetapi hanya dapat mengulangi apa yang dikatakan orang tuanya pada saat saudara laki-lakinya itu menghilang dan meninggal.

“Mereka yakin,” katanya, “bahwa entah bagaimana militer terlibat.”

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Longsor Salju Everest, 16 Orang Pemandu Pendakian Tewas

Masih menjadi misteri

Menurut peneliti Amerika, Donnie Eichar serta beberapa ilmuwan Rusia, angin kencang yang bertiup dari atas kubah gunung menciptakan pusaran angin "Kármán vortex" dan menghasilkan suara frekuensi rendah yang tidak sepenuhnya terdengar tapi menggetarkan sel-sel rambut di telinga.

Hal itu menyebabkan rasa mual dan rasa tidak nyaman yang hebat secara psikis. Di bawah serangan gencar gelap gulita itu, para siswa bisa saja diliputi oleh perasaan takut dan panik.

Namun, ketika mengumumkan hasil penyelidikan tahun lalu, jaksa penuntut umum Rusia mengesampingkan kemungkinan tewas akibat tindak "kriminal" dan mengatakan bahwa penyebab kematian para mahasiswa pemain ski itu adalah longsoran salju, lempengan salju dan badai.

Beberapa kerabat dari kelompok Dyatlov marah atas penolakan jaksa yang enggan mempertimbangkan sebab non-alami dari kematian sehingga mengajukan pengaduan dan meminta penyelidik untuk membuka kasus pidana.

Sampai saat ini, penyebab kematian 9 mahasiswa pemain ski yang mendaki Gunung Kematian di pegunungan Ural masih menjadi misteri.

Suatu saat nanti misteri ini mungkin akan terpecahkan namun cerita simpang-siur tentang penyebab kematian mereka tidak akan pernah bisa benar-benar dihentikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Global
Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Global
Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan 'Berkendaralah Seperti Perempuan'

Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan "Berkendaralah Seperti Perempuan"

Global
Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Global
Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Global
Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Global
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
Hezbollah Klaim Serangan yang Lukai 4 Tentara Israel

Hezbollah Klaim Serangan yang Lukai 4 Tentara Israel

Global
Momen Polisi New York Tak Sengaja Semprotkan Merica ke Muka Sendiri Saat Bubarkan Protes Pro-Palestina

Momen Polisi New York Tak Sengaja Semprotkan Merica ke Muka Sendiri Saat Bubarkan Protes Pro-Palestina

Global
Manusia Pertama Penerima Transplantasi Ginjal Babi, Meninggal

Manusia Pertama Penerima Transplantasi Ginjal Babi, Meninggal

Global
Saat Anak-anak Gaza Tetap Bersemangat Belajar di Tengah Perang yang Menghancurkan...

Saat Anak-anak Gaza Tetap Bersemangat Belajar di Tengah Perang yang Menghancurkan...

Global
9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

Internasional
Israel Buka Penyeberangan Baru ke Gaza Utara untuk Jalur Bantuan

Israel Buka Penyeberangan Baru ke Gaza Utara untuk Jalur Bantuan

Global
Sebut China Bangun Pulau Buatan di Laut China Selatan, Filipina Kerahkan Kapal

Sebut China Bangun Pulau Buatan di Laut China Selatan, Filipina Kerahkan Kapal

Global
Menlu Inggris Punya Pandangan Lain Terkait Embargo Senjata ke Israel

Menlu Inggris Punya Pandangan Lain Terkait Embargo Senjata ke Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com