Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Dituduh Pengaruhi Barbados agar Copot Ratu Inggris sebagai Kepala Negara

Kompas.com - 23/09/2020, 19:50 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Daily Mail

LONDON, KOMPAS.com - Seorang anggota parlemen Inggris menuding China di balik rencana Barbados mencopot Ratu Elizabeth II sebagai kepala negara pada tahun depan.

Tom Tugendhat yang merupakan ketua komite luar negeri mengatakan, Beijing memainkan peran besar agar negara di Karibia itu menjadi republik.

Dia menuturkan Barbados dan China sudah menandatangani inisiatif "Sabuk dan Jalan" pada 2019, sehingga membuka gerbang perdagangan.

Baca juga: Tahun Depan, Barbados Hapus Ratu Elizabeth II sebagai Kepala Negara

Kepada The Times, Tugendhat menyatakan Beijing menggunakan investasi di infrastruktur dan diplomasi utang untuk mengontrol sebuah wilayah.

Politisi dari Partai Konservatif itu menjelaskan, sejak lama Inggris sudah mendapatkan tantangan yang bertujuan meruntuhkan aliansi mereka.

"Kini, kita sudah melihatnya di Karibia. Sejumlah pulau kini sudah bersiap mengganti Ratu dengan kaisar dari Beijing,' sindirnya.

Selama beberapa tahun terakhir dikutip Daily Mail Rabu (23/9/2020), "Negeri Panda" disebut sudah menggelontorkan miliaran dollar AS ke kawasan tersebut.

Tujuannya adalah supaya negara-negara Karibia bisa lepas dari pengaruh Barat, sementara mendekatkan mereka ke dekapan Beijing.

Data dari American Enterprise Institute menunjukkan, sejak 2005 mereka sudah mencairkan 7 miliar dollar AS (Rp 103,8 triliun) kepada enam negara Karibia.

Baca juga: Barbados Tawarkan Kemudahan Wisatawan Asing Menetap Selama Setahun

Dari jumlah tersebut, mereka sudah membangun jalan, pelabuhan, hingga kasino serta resor berrbintang lima yang berlokasi di Bahama.

Sementara enam negara sudah menjalin kesepakatan dengan Inisiatif Sabuk dan Jalan China. Termasuk di antaranya Jamaika, Barbados, serta Trinidad dan Tobago.

"Negeri Panda" dilaporkan bersikap baik dengan negara yang memutuskan mengakhiri hubungan diplomatik dengan Taiwan, dan mengakui partai komunis.

Pada 2005, mereka disebut menghadiahi Grenada sebuah stadion kriket senilai 55 juta dollar AS (Rp 814,9 miliar) karena berpindah dari Taiwan.

Adapun Barbados dilaporkan menerima 490 juta dollar AS (Rp 7,2 triliun) dari sektor pariwisata. Tapi, mereka diyakini juga mereguk untung dari sektor swasta lainnya.

Mereka kemudian menandatangani nota kesepahaman mengenai inisiatif tersebut, yang isinya komitmen pengembangan penerbangan hingga pertanian.

Baca juga: Trump Mengecam China saat PBB Memperingatkan Perang Dingin

Setelah merdeka pada 1966, Bridgetown terus menjalin hubungan harmonis dengan Inggris hingga pada pekan lalu, mereka berencana menjadi republik di 2021.

Perdana Menteri Mia Mottey dalam pidatonya mengutip PM pertama Errol Barrow, berisi peringatan akan "bayang-bayang kolonial".

"Waktunya sudah tiba untuk meninggalkan warisan kolonial kita. Yang akan menjadi Kepala Negara Barbados adalah orang Barbados sendiri," ujar Gubernur Jenderal Dame Sandra Mason.

Saat membacakan pidato PM Mottey, Mason menekankan bahwa mereka akan beralih fungsi sebagai republik pada 55 tahun peringatan kemerdekaan pada 2021.

Istana Buckingham melalui juru bicaranya menekankan, keputusan mencopot Ratu Elizabeth II merupakan urusan internal negara tersebut.

Begitu pula dengan kantor PM Boris Johnson, di mana mereka menegaskan akan tetap "menikmati kemitraan" dengan kawasan Karibia.

Baca juga: Trump dalam Sidang Umum PBB: China Harus Dimintai Pertanggungjawaban soal Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Senator AS Apresiasi Sikap Biden Tak Jadi Kirim Bom Seberat 907 Kg untuk Israel

Senator AS Apresiasi Sikap Biden Tak Jadi Kirim Bom Seberat 907 Kg untuk Israel

Global
Untuk Pertama Kalinya, Pejabat Militer Pentagon Mundur karena Perang Gaza

Untuk Pertama Kalinya, Pejabat Militer Pentagon Mundur karena Perang Gaza

Global
Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Internasional
Pesawat Tempur Israel Mengebom Kamp Pengungsi Nuseirat, 14 Tewas Termasuk Anak-anak

Pesawat Tempur Israel Mengebom Kamp Pengungsi Nuseirat, 14 Tewas Termasuk Anak-anak

Global
AS Tak Percaya Terjadi Genosida di Gaza

AS Tak Percaya Terjadi Genosida di Gaza

Global
AS Hancurkan Sebagian Jembatan Baltimore yang Ambruk untuk Bebaskan Kapal Terjebak

AS Hancurkan Sebagian Jembatan Baltimore yang Ambruk untuk Bebaskan Kapal Terjebak

Global
Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Global
[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

Global
Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Global
Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Global
Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan 'Berkendaralah Seperti Perempuan'

Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan "Berkendaralah Seperti Perempuan"

Global
Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Global
Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Global
Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Global
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com