WASHINGTON DC, KOMPAS.com - AS membenarkan, Korea Utara memerintahkan militer menembak mati siapa pun yang berada di perbatasan untuk mencegah Covid-19.
Sejak wabah virus corona muncul pada akhir Desember 2019 di China, negara penganut ideologi Juche itu mengklaim belum menerima satu kasus pun.
Pada Januari, mereka menutup perbatasan dari China yang notabene sekutu utama. Lalu di Juli, Pyongyang mengumumkan status darurat di level maksimum.
Baca juga: Kim Jong Un Terapkan Lockdown Pertama di Korea Utara
Komandan Pasukan AS di Korea Selatan (USFK) Robert Abrams berujar, keputusan menutup perbatasan itu memberi dampak bagi Korea Utara.
Dalam wawancara dengan Center for Strategic and International Studies (CSIS) via daring, Abrams menuturkan penyelundupan barang menjadi meningkat.
Karena itu, pemerintah Korea Utara menangkisnya dengan menciptakan zona penyangga sekitar 1-2 kilometer dari perbatasan China.
"Mereka menempatkan SOF (Pasukan Operasi Khusus) di sana, dengan perintah untuk menembak mati siapa pun yang ketahuan di zona tersebut," kata dia.
Dilansir AFP Jumat (11/9/2020), Abrams mengatakan penutupan itu memberikan efek besar bagi ekonomi Korut yang saat ini tengah disanksi.
Jenderal bintang empat itu menuturkan karena keputusan pencegahan Covid-19 itu, impor dari "Negeri Panda" anjlok hingga 85 persen.
Baca juga: Cegah Covid-19, Kim Jong Un Perintahkan Tembak Mati Orang yang Berada di Perbatasan China
Penderitaan mereka makin berat karena setidaknya sepanjang 2020 ini, mereka dihantam oleh bencana alan, salah satunya adalah Topan Maysak.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan