Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Haji Sulong, Pemimpin Muslim Thailand yang Hilang Misterius 66 Tahun Silam

Kompas.com - 31/08/2020, 12:18 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

PATTANI, KOMPAS.com - "Aku pamit, istriku tersayang, pertama kali untuk sekolah ke luar negeri demi melestarikan agama dan bangsa yang kita cintai."

"Sekarang aku lanjut belajar di Bang Kwang, dan karena aku belum lulus, para guru tidak mengizinkan kami untuk putuskan pendidikan kami. Setelah kami lulus, kami dapat kembali dan mengajar anak-anak untuk mempersiapkan masa depan".

Demikian pesan-pesan dalam surat Haji Sulong bin Abdul Kadir yang juga dikenal sebagai Haji Sulong Tomina atau Haji Sulong, seorang pemimpin spiritual dan politik yang berpengaruh di Pattani, Thailand selatan.

Baca juga: Seorang Aktivis Wanita Robek Al Quran, Demo Anti-Islam Berujung Ricuh di Oslo

Surat itu dituliskan pada 25 Agustus 1950 saat ia berada di Lapas Pusat Bang Kwang di Nonthaburi Utara Bangkok, Thailand.

Lembaran surat tua berwarna kecoklatan itu adalah salah satu dari puluhan surat yang dia tulis untuk keluarganya selama di penjara, setelah dituduh menghasut pemberontakan separatis, antara tahun 1948-1952, menyusul pengajuan proposal berisi tujuh poin kepada pemerintah Thailand untuk mengupayakan otonomi terbatas dan identitas budaya Muslim Melayu Pattani.

Seorang cucu dari Haji Sulong menunjukkan kepada BBC Thai surat-surat berbahasa Thai kuno ini.

Dia meminta sesama tahanan politik untuk menuliskannya untuknya karena dia tidak berbicara atau menulis dalam bahasa Thailand. Setiap surat yang keluar dibaca dan disaring oleh petugas penjara sebelum dikirim.

Setelah berjalan beberapa langkah dari Jalan Ramkomut di tengah kota tua Pattani yang ramai, kami mencapai sebuah rumah tua yang terletak di tengah ketenangan. Ini adalah kediaman Haji Sulong yang beberapa tahun lalu direnovasi dan kembali ke kondisi semula.

Rumah itu memiliki tempat khusus dalam sejarah karena di sanalah ia menulis proposal berisi tujuh poin, yang menurut seorang akademisi sejarah lokal, berfungsi sebagai landasan gerakan yang menyerukan kebebasan budaya bagi umat Islam di empat provinsi di bagian paling selatan Thailand.

Sebuah masjid yang berdiri tidak jauh dari sana, yang dia bantu bangun, sebelumnya adalah sekolah agama Islam pertama di negara itu.

Baca juga: Turki Tunjuk 3 Imam untuk Masjid Agung Hagia Sophia, Salah Satunya Profesor Hukum Islam

Rumah Haji Sulong direnovasi pada tahun 2015 dan sekarang berfungsi sebagai pusat pembelajaran untuk mengedukasi masyarakat tentang kehidupan dan karya almarhum pemimpin spiritual.BBC THAI/RACHAPHON RIANSIRI via BBC INDONESIA Rumah Haji Sulong direnovasi pada tahun 2015 dan sekarang berfungsi sebagai pusat pembelajaran untuk mengedukasi masyarakat tentang kehidupan dan karya almarhum pemimpin spiritual.
Gerakan sosial Haji Sulong yang bertujuan untuk mengangkat kehidupan sesama Muslim, berlangsung selama dua dekade yakni antara 1927-1954, sebelum berujung pada bab akhir yang kejam pada 13 Agustus 1954.

Pada hari itu, dia dan putra tertuanya serta sejumlah rekannya diduga diculik dan kemudian dibunuh oleh petugas keamanan di dekat Danau Songkhla.

Warisan politik dan sosial Haji Sulong terlihat jelas bahkan hingga 66 tahun sejak hari penghilangan paksanya.

Perjuangan dan pengorbanannya yang penuh semangat tertuang kembali di spanduk-spanduk yang menghiasi berbagai jalanan setempat dan di lembaga-lembaga pendidikan, ketika generasi muda Muslim bersatu menyerukan kepada pihak berwenang, untuk bertindak melawan penghilangan paksa dan pembunuhan di luar hukum terhadap aktivis politik yang diduga dilakukan oleh aparat negara.

BBC Thai berbicara dengan anak dan cucu dari keluarga Tomina untuk memahami kehidupan dan pemikiran almarhum pemimpin spiritual Muslim.

Bagaimana Haji Sulong tetap relevan dengan populasi Muslim? Apa saja warisan yang dia tinggalkan?

Baca juga: Tak Terima Seruan Reformasi, Loyalis Monarki Thailand Gelar Aksi Tandingan

Mengumpulkan kepercayaan publik

"Sebenarnya, dia sama sekali tidak memimpin gerakan (separatis). Satu-satunya fokusnya adalah mendidik masyarakat. Dia prihatin ketika melihat orang-orang tidak secara serius memahami esensi Islam."

Den Tomina, putra ketiganya yang berusia 86 tahun, seorang politisi Muslim senior utama dari Thailand Selatan, menceritakan karya ayahnya dari ingatan dan kisah-kisah yang diceritakan oleh orang-orang yang dekat dengannya.

Pada tahun 1927, Haji Sulong kembali ke Thailand setelah ziarah ke Mekkah. Dia mendapati Muslim di Pattani berada di bawah pengaruh spiritualisme dan menyimpang dari ajaran Islam sehingga dia memulai berdakwah.

Dia mengundang masyarakat lokal untuk memahami dan menerima Islam melalui dialog dan teknik-teknik lainnya di Pattani dan provinsi-propinsi terdekat lainnya, yaitu Yala dan Narathiwat.

Den berkata bahwa satu-satunya impian ayahnya saat itu adalah "membantu Muslim lokal untuk memahami Islam dan berhenti mempraktikkan spiritualisme."

Baca juga: Demo Besar di Thailand Libatkan Anak Muda, Apa Pemicunya?

Pada tahun 1929, Haji Sulong mempertimbangkan sebuah gagasan untuk mendirikan sekolah agama Islam pertama di Thailand.

Dia memutuskan untuk tidak membangun sebuah madrasah karena dia lebih memilih sekolah yang tidak hanya fokus pada pendidikan Islam, tetapi juga yang menawarkan pendidikan normal yang mencakup sosial ekonomi.

Membangun sekolah itu diperkirakan menelan biaya sekitar 7.000 Baht. Sebanyak 3.000 Baht di antaranya akan berasal dari Phraya Phahon Pholphayuhasena, pemimpin revolusi tahun 1932 yang menggulingkan Raja Rama VII dan merupakan perdana menteri kedua Thailand di bawah pemerintahan sipil setelah kudeta.

Sekolah agama Haji Sulong dibangun dari kontribusi dari pemimpin revolusi Phraya Phahon Pholphayuhasena. Menteri Dalam Negeri Pridi Panomyong saat itu juga mengunjungi sekolah tersebut secara terpisah.HAJI SULONG ABDUL KADIR TOMINA FOUNDATION via BBC INDONESIA Sekolah agama Haji Sulong dibangun dari kontribusi dari pemimpin revolusi Phraya Phahon Pholphayuhasena. Menteri Dalam Negeri Pridi Panomyong saat itu juga mengunjungi sekolah tersebut secara terpisah.
Tidak lama setelah revolusi berakhir, dia pergi menggunakan kereta api ke Bangkok untuk menerima sumbangan itu. Perdana Menteri itu berbaik hati dan mengikuti acara pembukaan sekolah saat kunjungannya ke Pattani.

"Sekolah Madarasah Al Maarif Al Wataniah Fatani" menerapkan sistem yang relatif modern dan segera menjadi tempat berkumpul yang memainkan peran penting dalam membangun rasa hormat dan keyakinan seputar Haji Sulong di antara Muslim Melayu setempat.

Ketidakpercayaan yang mengakar dan bagaimana kebijakan nasionalis mencekik Muslim Melayu

"Saat itu, seseorang yang sangat dihormati di antara umat Muslim setempat akan dilihat oleh pihak berwenang sebagai ancaman."

Baca juga: Sudan Cabut Syariat Islam, Non-Muslim Boleh Minum Miras, Hukum Cambuk Ditiadakan

Penjelasan ringkas Den Tomina menggambarkan kondisi politik yang genting pada saat ayahnya menjadi suara terdepan pada komunitas Muslim.

Ketika Panglima Tertinggi Plaek Pibulsongkhram menjadi Perdana Menteri (masa jabatan pertama 1938-1944), pemerintahnya memperjuangkan kebijakan Pembangunan Bangsa yang kontroversial dengan menyebarluaskan belasan pengumuman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com