"Ini juga sekaligus melindungi sumber kami dan metode mengenai informasi paling sensitif dari penyalahgunaan metode," kata Ratcliffe.
Kepala Staf Gedung Putih Mark Meadows menyatakan, terakhir kali mereka memberi informasi rahasia, para politisi itu akan keluar dan membocorkannya kepada media.
Wakil Ketua Komite Intelijen Senat Mark Warner menyatakan, pemberian informasi in-person merupakan upaya melindungi demokrasi AS dari politisasi dan intervensi asing, serta non-partisan.
Baca juga: Akurat sejak 1984, Profesor Sejarah Ini Prediksi Trump Bakal Kalah di Pilpres AS
Baik komunitas telik sandi AS hingga mantan Ketua Badan Penyelidik Federal (FBI) Robert Mueller berujar, Kremlin mengintervensi Pilpres AS 2016 agar Trump terpilih.
William Evanina, Direktur Pusat Keamanan dan Kontraintelijen, memperingatkan Rusia, Iran, hingga China berusaha merusak pesta demokrasi AS tersebut.
Kemudian pada Agustus, komite intelijen yang dikomandoi Partai Republik merilis laporan paling detil mengenai Pilpres empat tahun lalu.
Dikatakan bahwa tim kampanye Trump menerima tawaran Rusia, di mana Moskwa melakukan komunikasi dengan pihak dari tim kampanyenya.
Baca juga: Kepala Intelijen AS: China, Rusia, dan Iran Berusaha Pengaruhi Pilpres AS Tahun Ini
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.