Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Dekade Upaya Damai untuk Palestina yang Gagal, Ke Mana Para Pemimpinnya?

Kompas.com - 27/08/2020, 11:18 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

RAMALLAH, KOMPAS.com - Tiga dekade sudah upaya perdamaian untuk Palestina gagal. Selama itu, Palestina tidak pernah menghadapi sikap bermusuhan terhadap AS, melihat Israel yang lebih percaya diri atau pun komunitas internasional yang lebih ambivalen.

Meski harapan mereka menjadi negara berdaulat tidak pernah redup, tidak ada indikasi kepemimpinan mereka yang menua akan berubah arah.

Melansir Associated Press, Presiden Mahmoud Abbas tetap berkomitmen pada strategi yang sama yang dia lakukan selama beberapa dekade - mencari dukungan internasional untuk menekan Israel agar menyetujui negara Palestina di Tepi Barat, Gaza dan Yerusalem Timur, tanah yang direbut Israel dalam perang Timur Tengah pada 1967.

Baca juga: Berdamai dengan Israel, Apa Untungnya buat UEA?

Namun keputusan Uni Emirat Arab baru-baru ini membangun hubungan diplomatik dengan Israel, dianggap 'menusuk' Palestina dari belakang. 

Negara-negara Arab lain diharapkan mengikuti jejak UEA, memberi dukungan kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu bahwa Israel bisa berdamai dengan tetangga Arabnya tanpa ada konsesi apapun kepada Palestina. 

Kesepakatan UEA-Israel juga telah menghidupkan kembali rencana Timur Tengah yang dirancang Presiden Donald Trump.

Suatu rencana yang menguntungkan Israel dan ditolak mentah-mentah oleh Palestina. Kebijakan itu akan terus berjalan jika pada pilpres AS besok, Trump kembali menjabat.

Baca juga: Tanpa Perdamaian Palestina, Arab Saudi Tak Bakal Gelar Kesepakatan dengan Israel

Sementara menurut Dr Yoyo, M.A, akademisi dan peneliti aktif Kajian Timur Tengah dari Departemen Bahasa dan Sastra Arab, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, hubungan diplomatik sebenarnya adalah hal yang wajar.

"Israel sebelumnya juga sudah pernah menjalin (hubungan) diplomatik dengan Mesir, Yordan, Tunisia dan Maroko. Hubungan diplomasi itu wajar, ada profit ekonomi, sesuatu yang wajar. Indonesia sendiri pernah punya inisiasi ke sana, menurut Gus Dur kalau ada keuntungan ekonomi kenapa tidak. Tapi, karena mendukung Palestina sebagai negara berdaulat maka Indonesia memilih tidak menjalin hubungan diplomatik (dengan Israel)."

Para pemimpin Palestina mengatakan Israel masih membutuhkan tanda tangan mereka jika ingin menyelesaikan konflik, suatu hal yang membuat Jared Kushner, menantu sekaligus penasihat Trump, agak frustrasi dalam menyelesaikan arsitek rencana aneksasi.

"Ada asumsi yang salah bahwa Palestina (akan) dikalahkan, dan mereka harus menerima fakta kekalahan mereka," kata Hanan Ashrawi, seorang pejabat senior Palestina.

"Warga Palestina bersedia, generasi demi generasi, untuk melanjutkan perjuangan mereka sampai kami mendapatkan hak kami."

Baca juga: Dubes RI: Indonesia Terus Dukung Perjuangan Kemerdekaan Palestina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Global
Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Global
Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Global
Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

Global
Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Global
Rusia Masukkan Presiden Zelensky ke Dalam Daftar Orang yang Diburu

Rusia Masukkan Presiden Zelensky ke Dalam Daftar Orang yang Diburu

Global
[UNIK GLOBAL] Viral Pria India Nikahi Ibu Mertua | Galon Air Jadi Simbol Baru Protes Pro-Palestina

[UNIK GLOBAL] Viral Pria India Nikahi Ibu Mertua | Galon Air Jadi Simbol Baru Protes Pro-Palestina

Global
Rusia Jatuhkan 4 Rudal Jarak Jauh ATACMS Buatan AS yang Ditembakkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 4 Rudal Jarak Jauh ATACMS Buatan AS yang Ditembakkan Ukraina

Global
Kelompok Bersenjata di Gaza Rampok Bank Palestina Rp 1,12 Triliun

Kelompok Bersenjata di Gaza Rampok Bank Palestina Rp 1,12 Triliun

Global
Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Dilanjutkan di Mesir

Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Dilanjutkan di Mesir

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com