BEIRUT, KOMPAS.com - Seorang perawat yang menjadi pahlawan karena menyelamatkan tiga bayi di tengah ledakan Lebanon menceritakan pengalamannya memastikan mereka aman.
Pamela Zeinoun dengan sigap langsung merengkuh bayi kembar laki-laki dan perempuan, dan satu bayi lainnya dari inkubator ketika ibu kota Beirut diguncang ledakan pekan lalu.
Sempat terkena tekanan angin dari ledakan, Pamela dengan cepat menuruni empat anak tangga sekaligus sembari mendekap mereka di dada.
Baca juga: Ledakan Lebanon, di Mana Negara Lain Menyimpan Amonium Nitrat?
Bayi-bayi itu, yang ajaibnya tidak mengalami luka gores, bisa dipertemukan lagi dengan ibunya yang khawatir ketika menengok lokasi reruntuhan.
Kepada program ITV Good Morning Britain, Pamela mengatakan rumah sakit mengalami kerusakan parah dalam ledakan yang terjadi Selasa pekan lalu (4/8/2020).
"Atap berjatuhan, besi berjatuhkan, bahkan inkubator juga terjatuh. Tak ada yang bisa menjelaskan kejadiannya. Kami tak tahu apakah itu bom," terangnya.
Pamela mengungkapkan, dia berjalan sejauh lima km ke rumah sakit lain untuk melihat apakah mereka bisa membantu bayi yang dibawanya.
Tetapi seperti dilaporkan Daily Mail Rabu (12/9/2020), pihak rumah sakit juga menerangkan mereka mengalami kerusakan karena insiden tersebut.
Dia lalu berusaha terus mencari bantuan di mana dia menemukan mobil, yang pengemudinya bersedia mengantarkannya ke fasilitas medis lain.
Baca juga: Sepekan Setelah Ledakan Dahsyat di Lebanon, Menyisakan Trauma pada Anak-anak
Di saat mencari pertolongan itu, si perawat mengatakan dia mendapatkan banyak sekali bantuan di mana orang-orang melepas bajunya sebagai mantel bagi tiga bayi yang diselamatkannya.
Dia menceritakan bagaimana dia berjalan selama satu jam berputar-putar mencari bantuan. "Prioritas saya supaya anak-anak itu hangat dan selamat," kata dia.
Pada akhirnya, Pamela menuturkan bayi-bayi itu bisa diserahkan lagi kepada ibunya, yang sempat ke rumah sakit dan mengira anak mereka sudah tewas.
Dia melanjutkan ajaibnya, bayi itu tidak terluka sedikit pun. Pamela pun menjelaskan bagaimana rasa terima kasih para ibu menguatkannya.
"Dukungan mereka sangat membantu saya. Secara psikologi saya tidak apa-apa berkat dukungan mereka. Saya sempat takut, namun saya harus tetap kuat," paparnya.
Dia melanjutkan keesokan harinya, mereka kembali ke rumah sakit untuk membersihkan puing-puing selepas ledakan dan berusaha memulihkan kondisi seperti sedia kala.
Baca juga: Kronologi 10 Bulan Krisis Lebanon: Ekonomi Kolaps, Demo Besar, dan Mundurnya Para Menteri
Ledakan hebat yang terjadi di ibu kota Lebanon itu dilaporkan disebabkan 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan di gudang pelabuhan Beirut.
Sebanyak 170 orang tewas dengan 6.000 lainnya terluka dalam insiden yang kekuatannya setara dengan gempa bumi bermagnitudo 3,3.
UNICEF menerangkan, tiga anak termasuk dalam korban tewas, dengan 31 lainnya mengalami luka yang harus segera ditangani rumah sakit.
Berdasarkan laporan Save the Children, sebanyak 100.000 anak-anak kehilangan tempat tinggal, dengan banyak yang mengalami trauma.
Joy Abi Habibi, pakar kesehatan mental di Save the Children menyatakan, anak-anak yang mengalami rasa trauma bisa menunjukkan perilaku tertentu.
"Sakit kepala, muntah, mengompol, mengalami masalah pencernaan adalah gejala yang biasanya diabaikan orangtua. Mereka bisa jadi sangat gelisah," terangnya.
Baca juga: Demo juga Pecah di AS, Tuntut Konjen dan Pemerintah Lebanon Mundur
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.