Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perawat Pahlawan Ini Kisahkan Momen Selamatkan 3 Bayi dari Ledakan Lebanon

Kompas.com - 12/08/2020, 22:04 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Daily Mail

BEIRUT, KOMPAS.com - Seorang perawat yang menjadi pahlawan karena menyelamatkan tiga bayi di tengah ledakan Lebanon menceritakan pengalamannya memastikan mereka aman.

Pamela Zeinoun dengan sigap langsung merengkuh bayi kembar laki-laki dan perempuan, dan satu bayi lainnya dari inkubator ketika ibu kota Beirut diguncang ledakan pekan lalu.

Sempat terkena tekanan angin dari ledakan, Pamela dengan cepat menuruni empat anak tangga sekaligus sembari mendekap mereka di dada.

Baca juga: Ledakan Lebanon, di Mana Negara Lain Menyimpan Amonium Nitrat?

Bayi-bayi itu, yang ajaibnya tidak mengalami luka gores, bisa dipertemukan lagi dengan ibunya yang khawatir ketika menengok lokasi reruntuhan.

Kepada program ITV Good Morning Britain, Pamela mengatakan rumah sakit mengalami kerusakan parah dalam ledakan yang terjadi Selasa pekan lalu (4/8/2020).

"Atap berjatuhan, besi berjatuhkan, bahkan inkubator juga terjatuh. Tak ada yang bisa menjelaskan kejadiannya. Kami tak tahu apakah itu bom," terangnya.

Pamela mengungkapkan, dia berjalan sejauh lima km ke rumah sakit lain untuk melihat apakah mereka bisa membantu bayi yang dibawanya.

Tetapi seperti dilaporkan Daily Mail Rabu (12/9/2020), pihak rumah sakit juga menerangkan mereka mengalami kerusakan karena insiden tersebut.

Dia lalu berusaha terus mencari bantuan di mana dia menemukan mobil, yang pengemudinya bersedia mengantarkannya ke fasilitas medis lain.

Baca juga: Sepekan Setelah Ledakan Dahsyat di Lebanon, Menyisakan Trauma pada Anak-anak

Di saat mencari pertolongan itu, si perawat mengatakan dia mendapatkan banyak sekali bantuan di mana orang-orang melepas bajunya sebagai mantel bagi tiga bayi yang diselamatkannya.

Dia menceritakan bagaimana dia berjalan selama satu jam berputar-putar mencari bantuan. "Prioritas saya supaya anak-anak itu hangat dan selamat," kata dia.

Pada akhirnya, Pamela menuturkan bayi-bayi itu bisa diserahkan lagi kepada ibunya, yang sempat ke rumah sakit dan mengira anak mereka sudah tewas.

Dia melanjutkan ajaibnya, bayi itu tidak terluka sedikit pun. Pamela pun menjelaskan bagaimana rasa terima kasih para ibu menguatkannya.

"Dukungan mereka sangat membantu saya. Secara psikologi saya tidak apa-apa berkat dukungan mereka. Saya sempat takut, namun saya harus tetap kuat," paparnya.

Dia melanjutkan keesokan harinya, mereka kembali ke rumah sakit untuk membersihkan puing-puing selepas ledakan dan berusaha memulihkan kondisi seperti sedia kala.

Baca juga: Kronologi 10 Bulan Krisis Lebanon: Ekonomi Kolaps, Demo Besar, dan Mundurnya Para Menteri

Ledakan hebat yang terjadi di ibu kota Lebanon itu dilaporkan disebabkan 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan di gudang pelabuhan Beirut.

Sebanyak 170 orang tewas dengan 6.000 lainnya terluka dalam insiden yang kekuatannya setara dengan gempa bumi bermagnitudo 3,3.

UNICEF menerangkan, tiga anak termasuk dalam korban tewas, dengan 31 lainnya mengalami luka yang harus segera ditangani rumah sakit.

Berdasarkan laporan Save the Children, sebanyak 100.000 anak-anak kehilangan tempat tinggal, dengan banyak yang mengalami trauma.

Joy Abi Habibi, pakar kesehatan mental di Save the Children menyatakan, anak-anak yang mengalami rasa trauma bisa menunjukkan perilaku tertentu.

"Sakit kepala, muntah, mengompol, mengalami masalah pencernaan adalah gejala yang biasanya diabaikan orangtua. Mereka bisa jadi sangat gelisah," terangnya.

Baca juga: Demo juga Pecah di AS, Tuntut Konjen dan Pemerintah Lebanon Mundur

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com