Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marak "Penculikan Virtual" terhadap Pelajar China di Australia, Modus Penipu Mendapat Jutaan Dollar AS

Kompas.com - 02/08/2020, 17:34 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

SYDNEY, KOMPAS.com - Kepolisian New South Wales "bersama dengan otoritas China dan otoritas universitas" memperingatkan anggota komunitas pelajar China tentang adanya "penculikan virtual" yang dilakukan melalui penipuan telpon.

Melansir New York Post pada Selasa (28/7/2020), pihak otoritas Australia pada Senin (27/7/2020) mengatakan, target "penculikan virtual" adalah para pelajar China di Australia dan keluarga mereka yang ada di luar negeri, untuk mendapatkan jutaan dollar AS. 

Pada 2020 ini, otoritas mengidentifikasi ada 8 aksi "penculikan virtual" yang terjadi, di mana penipu berhasil memperoleh 3,2 juta dollar AS (Rp 46,9 miliar) dari keluarga korban, sebagai tebusan anaknya.

Dalam salah satu kasus, seorang ayah dari China telah membayar sampai lebih dari 2 juta dollar AS (Rp 29,3 miliar) kepada penipu, yang mana sebelumnya sang penipu meningirimkan foto putrinya tercekik dan terikat.

Baca juga: Misteri Dana Covid-19 PM India Senilai Rp 100 Triliun, Apakah Penipuan Terang-terangan?

Pada saat bersamaan, sang ayah juga menghubungi Kepolisian New South Wales, yang satu jam kemudian menemukan putrinya dalam kondisi tidak terluka di kamar hotel Sydney, menurut laporan BBC.

Menurut penyidik, modus operandi dari penipu ini biasanya menelpon siswa asal China dengan menggunakan bahasa Mandarin, menyamar sebagai seorang pejabat dari kedutaan besara atau konsulat China di Australia.

Partama-tama mereka menyakinkan siswa yang menjadi target bahwa ia tersandung kasus kejahatan di China atau mengatakan bahwa identitasnya dicuri untuk suatu tindakan kejatan, dan ia harus membayar biaya untuk menghindari tindakan hukum, berupa penangkapan atau deportasi.

Para penipu ini menggunakan teknologi yang dapat menutupi lokasi asli mereka. Kemudian, penipu ini mendorong siswa untuk melanjutkan komunikasi melalui berbagai aplikasi terenskripsi, seperti WeChat dan WhatsApp.

Baca juga: Tragedi Pemerkosaan Terhadap Lebih dari 50 Wanita, Mesir Mulai Anggap Kejahatan Seksual sebagai Kasus Penting

Korban kemudian diancam untuk mentransfer sejumlah besar uang ke rekening bank luar negeri yang tidak diketahui.

Dalam beberapa kasus, korban diyakinkan untuk memalsukan penculikan untuk mendapatkan sejumlah uang dari keluarganya di China.

Lalu, penipu menginstruksikan pelajar China itu untuk menghentikan kontak dengan keluarga dan teman-teman mereka, sementara mereka diminta untuk menyewa kamar hotel dan mengirimkan foto maupun video adegan mereka terikat dan tertutup matanya.

File-file tersebut kemudian digunakan oleh penipu untuk dikirimkan kepada kerabat korban di luar negeri.

Baca juga: Perusahaan Vaksin Covid-19, Moderna, Target Peretasan Antek China

Ketika orang tua korban tidak dapat melakukan kontak dengan anak mereka di Australia, mereka mengirim sejumlah uang sebagai tebusan atas "pembebasan mereka," kata Kepolisian New South Wales dalam sebuah pernyataan.

Penipu akan terus melakukan tuntutan ancaman dan sampai tebusan didapatnya. Seringkali akhirnya keluarga korban melakukan kontak untuk meminta bantuan kepada pihak polisi.

Direktur Komando Kejahatan Negara Kepolisian New South Wales, Kepala Detektif, Inspektur Darren Bennett mengatakan polisi telah melakukan kontak dengan Kedutaan Besar dan Konsulat China di Sydney tentang penipuan tersebut.

“Siswa internasional, yang telah memilih untuk belajar di Australia, berada di lingkungan yang tidak dikenal dan sering tinggal jauh dari keluarga dan teman untuk pertama kalinya,” kata
Sponsor Perusahaan Kepolisian NSW untuk Keselamatan dan Kesejahteraan Siswa Internasional, Asisten Komisaris Peter Thurtell.

Baca juga: Jepang Bersekutu dengan AS untuk Memprotes Pasukan Laut China di Kepulauan Senkaku

Para siswa yang menjadi korban penculikan virtual, diungkapkan Thurtell, mengalami trauma.

"Mereka meyakini bahwa mereka telah menempatkan diri mereka sendiri, dan orang-orang yang mereka cintai, dalam bahaya nyata," kata Thurtell.

Thurtell kemudian mengatakan siswa yang menerima panggilan dari seseorang yang mengaku sebagai pejabat China dan ingin memeriksa keabsahan penelepon dianjurkan untuk menghubungi Konsulat China di Sydney terlebih dahulu untuk berkonsultasi.

Siswa juga harus mencari masukan dari universitas atau sekolah mereka, dan melaporkan masalah tersebut ke departemen kepolisian.

Baca juga: Dituduh Sembunyikan Buron Skandal Korupsi 1MDB, Begini Penjelasan China

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com