Shota Asada, salah satu pemilik restoran, mengatakan, kamar tempat geisha menghibur telah diatur seluas mungkin agar geisha dan tamu bisa menjaga jarak.
Tokyo memiliki enam distrik geisha. Akan tetapi, karena dihalangi oleh kerasnya kehidupan geisha dengan jam praktik yang ketat, jumlah wanita yang berminat menjadi geisha semakin sedikit.
30 tahun lalu, terdapat 120 geisha di Akasaka. Kini, di seluruh Tokyo hanya terdapat sekitar 230 geisha.
Ikuko kini berusia 80 tahun. Ketika dia datang ke Akasaka pada 1964, ada lebih dari 400 geisha di wilayah tersebut.
Baca juga: Ribut dengan China dan Taiwan, Jepang Ubah Nama Daerah di Kepulauan Senkaku
“Tetapi, waktu telah berubah. Kini hanya tersisa 20 geisha,” kata Ikuko.
Pelajaran sulit, harga kimono mahal, dan gaji yang tidak pasti tergantung pada popularitas membuat peminat geisha menurun drastis.
Geisha yang memiliki bayaran mahal biasanya memiliki jam terbang yang tinggi dan populer seperti contohnya Ikuko.
Ikuko khawatir jika pandemi Covid-19 terus berlangsung berlarut-larut akan banyak geisha yang memilih untuk berhenti.
“Sekarang adalah waktu yang buruk dari yang terburuk. Bagaimana cara kami melewatinya? Seluruh jiwa dan raga kami akan tercerabut,” pungkas Ikuko.
Baca juga: Hujan Lebat di Jepang, 1,2 Juta Orang Diminta Evakuasi Mandiri
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.