Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Borong Remdesivir, Jerman Katakan Punya Stok Cukup

Kompas.com - 06/07/2020, 07:00 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

KOMPAS.com - Menanggapi aksi Amerika Serikat (AS) yang borong obat, Pemerintah Jerman pada Rabu (1/7/2020) menyatakan kalau negaranya punya cukup stok obat Covid-19, Remdesivir.

Jerman mengatakan bahwa pihaknya sudah menyiapkan dari jauh-jauh hari.

Kementerian Kesehatan Jerman mengatakan sudah jauh-jauh hari menyiapkan stok Remdesivir yang memadai untuk pengobatan pasien Covid-19 di Jerman.

Seorang juru bicara Kementerian Kesehatan mengatakan kepada kantor berita Jerman DPA pada Rabu (1/7/2020), bahwa Jerman "punya persediaan cukup”.

Pemerintah Amerika Serikat mengumumkan pada awal minggu ini, mereka telah memiliki perjanjian dengan perusahaan Gilead yang berkedudukan di California untuk menyiapkan sebagian besar produksi Remdesivir bagi warga AS untuk tiga bulan ke depan.

"Sedapat mungkin, kami ingin memastikan bahwa setiap pasien Amerika yang membutuhkan Remdesivir bisa mendapatkannya," kata Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Alex Azar dalam sebuah pernyataan.

Kementerian Kesehatan AS mengatakan mereka telah membeli lebih 90 persen Remdesivir yang akan diproduksi Gilead pada Juli, dan sudah "mengamankan 500.000 unit Remdesivir” sampai September mendatang.

Baca juga: AS Borong Hampir Semua Persediaan Obat Covid-19 Remdesivir

Harganya sampai 3.100 dolar untuk sekali perawatan

Sementara Gilead sampai akhir Juni kemarin telah menyumbangkan obat remdesivir ini kepada yang membutuhkan.

Namun, mulai 1 Juli, obat itu dijual dengan harga berkisar 2.300 sampai 3.100 dollar AS per perawatan yang membutuhkan 5 sampai 6 unit.

1 unit remdesivir dijual antar 390 sampai 520 dollar AS.

Dalam sebuah pernyataan pada Rabu kemarin, Gilead mengatakan bahwa setiap pasokan yang tidak dibutuhkan oleh AS akan dikirim ke negara lain.

Perusahaan itu juga mengatakan akan "bekerja secepat mungkin" untuk memungkinkan 'akses di seluruh dunia.'

Gilead mengembangkan remdesivir selama bertahun-tahun sebagai pengobatan anti-virus, terutama pengobatan penyakit ebola, dengan bantuan jutaan dollar dana dari pemerintah AS.

Gilead mengatakan, pasokan remdesivir akan meningkat pada akhir September untuk memenuhi permintaan global setelah itu.

Kelompok konsumen Public Citizen memperkirakan bahwa setidaknya terdapat 70 juta dollar AS (sekitar Rp 1,08 triliun) dana publik AS digunakan untuk mengembangkan remdesivir.

Gilead mengatakan pihaknya memperkirakan akan menghabiskan lebih dari 1 miliar dollar AS (sekitar Rp 14,5 triliun) pada akhir tahun untuk pengujian dan pembuatan remdesivir.

Baca juga: AS Borong 500.000 Paket Remdesivir, Sepaket Harganya Rp 45 Juta

Belum ada izin penjualan di Uni Eropa

Ada pun penjualan remdesivir di Eropa masih menunggu izin resmi dari Komisi Eropa dan rencananya akan dipasarkan dengan merek Veklury.

Keputusan Uni Eropa diharapkan keluar minggu ini. Uni Eropa juga sedang merundingkan pembelian obat itu dari perusahaan Gilead untuk 27 negara anggotanya.

Pekan lalu, otoritas obat-obatan Eropa EMA mengizinkan penggunaan obat tersebut di Eropa hanya dalam kasus-kasus tertentu. Di AS dan Jepang obat ini sudah digunakan untuk pengobatan Covid-19.

Gilead mengatakan mereka nanti akan memberi izin kepada negara-negara miskin untuk memproduksi obat generik yang harganya lebih murah.

Baca juga: Diklaim Efektif Obati Pasien Covid-19, Berapa Harga Obat Remdesivir?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com