Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Korea: Invasi, Jalan Buntu, dan Gencatan Senjata

Kompas.com - 23/06/2020, 16:27 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

KOMPAS.com - Berbicara tentang Perang Korea pada 195-1953 silam, berarti juga membicarakan sejumlah kekuatan yang mendukung Korea Utara dan Korea Selatan.

Komunis dan kekuatan Barat saling unjuk gigi, di mana Utara mendapat sokongan dari Uni Soviet dan China. Sementara Selatan didukung AS dan sekutunya.

Dilansir AFP Selasa (23/6/2020), berikut merupakan beberapa poin penting dari Perang Korea 1950-1953, yang sampai saat ini hanya berakhir dengan gencatan senjata.

Baca juga: Di Tengah Penyebaran Virus Corona, Kim Jong Un Awasi Latihan Perang Korea Utara

Dua Korea tercipta

Uni Soviet mendeklarasikan perang terhadap Jepang, penguasa kolonial Korea, ketika AS menjatuhkan bom atom ke Hiroshima dan Nagasaki pada Agustus 1945.

Washington dan Moskwa kemudian sepakat untuk membagi Semenanjung Korea di sepanjang garis paralel ke-38, garis lintang yang memisahkan dua wilayah.

Dua kutub yang saling bersaing itu bertemu di Seoul, ibu kota Korea Selatan nantinya. AS diwakili Syngman Rhee, yang nantinya jadi presiden pertama Korsel.

Kemudian Soviet menunjuk Kim Il Sung, yang memimpin orang Korea di tentara "Beruang Merah". Generasinya nantinya akan memimpin Korut.

Baik komunis Korut maupun Korsel yang mengikuti kapitalis Barat saling mengklaim sebagai penguasa sah di Semenanjung Korea.

Baca juga: Korsel Mulai Persiapan Gali Kerangka Korban Perang Korea Tanpa Korut

Invasi dan serangan balik

Pada 25 Juni 1950, pasukan Utara melakukan invasi ke Selatan, di mana Kim Il Sung menyatukan dua Korea menggunakan paksaan.

Dewan Keamanan PBB kemudian menyetujui intervensi militer untuk menyokong Seoul. Soviet tidak memveto karena sebelumnya melakukan boikot.

Namun, pasukan Selatan sudah kocar-kacir ketika Utara menyerbu, dengan Pyongyang berhasil merebut Seoul tiga hari setelah melewati garis paralel ke-38.

Pasukan multinasional PBB, yang berada di bawah pimpinan AS, kemudian mendarat untuk membantu Selatan. Tapi, mereka juga terdesak oleh Utara.

Sejarah mencatat, mereka sempat dipukul mundur hingga ke Perimeter Pusan, kantong yang terletak di tenggara semenanjung, kini dikenal sebagai Busan.

Baca juga: Ditanya soal Bakal Akhiri Perang Korea, Begini Jawaban Trump

Pendaratan Incheon, operasi skala besar yang dimulai di Incheon hingga ke barat Seoul, berhasil merebut lagi ibu kota, dan membalikkan keadaan untuk kemenangan PBB.

Pasukan PBB kemudian ganti menyerang Pyongyang, merebutnya pada 19 Oktober 1950, bahkan mereka terus bergerak ke perbatasan China.

Namun, Utara kembali membalikkan momentum setelah Beijing bergerak dengan mengerahkan ratusan ribu pasukannya untuk membendung Barat.

Seoul kembali "jatuh ke pelukan" komunis pada Januari 1951, sebelum PBB yang dikomandoi AS melancarkan serangan dan merebutnya dua bulan kemudian.

Baca juga: Trump dan Kim Bisa Sepakati Berakhirnya Perang Korea di Vietnam

Tentara Korea Selatan berjaga di desa Panmunjom, zona demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea. Secara teknis Korea Utara dan Selatan masih dalam kondisi perang karena Perang Korea 1950-1953 berhenti karena perjanjian gencatan senjata, bukan perjanjian damai.JUNG YEON-JE / AFP Tentara Korea Selatan berjaga di desa Panmunjom, zona demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea. Secara teknis Korea Utara dan Selatan masih dalam kondisi perang karena Perang Korea 1950-1953 berhenti karena perjanjian gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

Gencatan senjata

Hingga Juni 1951, garis depan terpaku pada kawasan yang kini disebut Zona Demiliterisasi, tak jauh dari divisi pra-perang sepanjang paralel ke-38.

Dua tahun konflik, di mana AS terus membombardir Korea Utara meski Soviet menyediakan bantuan udara, membuat pertempuran tersebut menuai jalan buntu.

Setelah dua tahun membangun kepercayaan, disertai 158 pertemuan, gencatan senjata tercipta pada Juli 1953 dan diteken Korut, China, dan Komando PBB.

Namun Rhee, yang masih ingin mengalahkan "saudaranya" tersebut, menolak untuk membubuhkan tandatangannya di kertas perjanjian.

Baca juga: Korut Tak Berharap Deklarasi Berakhirnya Perang Korea Jika ...

Korban jiwa

Berapa jumlah pastinya mereka yang gugur dalam konflik hampir mustahil diketahui, tidak hanya karena besarnya skala konflik itu.

Melainkan juga angka yang dipaparkan kedua pihak saling bertentangan. Meski begitu, diyakini tiga juta orang Korea tewas, dengan mayoritas adalah penduduk sipil.

Berdasarkan data dari Kementerian Pertahanan Korea Selatan, 520.000 serdadu Utara terbunuh, sementara 137.000 tentang mereka gugur.

Sementara tampilan dalam museum perang Korea di Pyongyang menyatakan, lebih dari 1,5 juta "musuh" tertawan atau tumbang dalam konflik.

Dari luar dua Korea, AS mengestimasi 400.000 orang jadi korban, dengan sumber internal Negeri "Panda" menuturkan ada 180.000.

Kemudian 37.000 personel AS gugur dalam perang, dengan jumlah korban lain dari PBB adalah sekitar 1.000 serdadu asal Inggris.

Baca juga: Meski Nantinya Perang Korea Berakhir, Pasukan AS Tetap Ada di Korsel

Gencatan senjata terlama

Perjanjian penahanan tembak menembak itu seharusnya diakhiri dengan perjanjian damai. Namun, hingga kini, hal itu urung terlaksana.

Washington masih menempatkan 28.500 serdadunya di Korsel, dengan Utara terus mengembangkan senjata nuklir dan rudal jarak jauh untuk membendung invasi AS.

Negara yang kini dipimpin cucu Kim Il Sung, Kim Jong Un tersebut masih menjadi subyek serangkaian sanksi dari Dewan Keamanan PBB.

Hingga 70 tahun sejak berakhirnya konflik, baik Utara dan Selatan masih mengklaim sebagai penguasa sah dari Semenanjung Korea.

Baca juga: Korut-Korsel Bisa Umumkan Akhir dari Perang Korea, tapi...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com