Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Sebut Banyak Negara Tidak Siap Hadapi Pandemi

Kompas.com - 14/05/2020, 09:00 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber AFP

JENEWA, KOMPAS.com - Kepala manajemen bahaya infeksi Badan Kesehatan Dunia (WHO), Sylvie Briand mengatakan dirinya terkejut dengan kurangnya persiapan dari beberapa negara tertentu terkait wabah sebelum merebaknya pandemi virus corona.

Dilansir media Perancis AFP, ilmuwan asal Perancis itu mengatakan bahwa meski terkejut, dia tahu wabah akan cepat menjalar ke berbagai wilayah. "Kami tahu ini akan terjadi," ujarnya.

Dia juga menerangkan bahwa selama wabah influenza pada 2009 (H1N1 Flu Babi), virus itu merebak dengan sangat cepat. Setiap benua terdampak akan virus flu babi selama 9 pekan.

Baca juga: CIA Yakin China Halangi WHO Umumkan Virus Corona sebagai Wabah

Hal itu meyakinkan Briand bahwa di kehidupan modern kini, penularan akan semakin cepat.

"Yang lebih mengejutkan bagi kami adalah persiapan beberapa negara yang sangat tidak siap untuk mengatasi pandemi. Itu yang kami temukan beberapa waktu terakhir ini," ungkap Briand.

Briand juga menjelaskan bagaimana kekurangan persiapan beberapa negara bisa terjadi. Sebelum 2009, menurut Briand masih banyak beberapa negara yang mempersiapkan diri akibat wabah flu burung pada 2003-2005.

Jadi, ketika wabah flu babi mencuat pada 2009, rencananya sudah tepat: banyak negara punya stok masker dan dunia sudah siap.

Baca juga: WHO: Pasien Corona yang Sembuh dan Positif Lagi, Bukan karena Terinfeksi Ulang

"Setelah pandemi 2009, orang mendapati bahwa pada akhirnya, itu tidak terlalu buruk, ada istilah yang kami sebut sebagai kelelahan pandemi, dan negara tidak memperbarui rencana kesiapsiagaan mereka."

Menurut Briand, ketika bahaya berlalu, mereka mengira rencana siap siaga bukan sesuatu yang layak ditekankan.

"Jadi saya pikir banyak negara mendapati diri mereka benar-benar tidak siap dalam menghadapi pandemi virus corona.

Saya pikir pandemi 2009 ternyata tidak terlalu buruk karena kami sudah siap. Meskipun kami telah kehilangan banyak nyawa, sekitar 250.000 dan 400.000 kematian, jika kami tidak begitu siap, itu bisa saja jauh lebih buruk."

Baca juga: WHO Siapkan Aplikasi Pendeteksi Gejala Covid-19

Briand kemudian memaparkan hikmah apa yang bisa dipetik dari fenomena yang sudah dia bahas.

Dia membandingkan, misalnya ketika wabah terjadi di Eropa, Asia dan Amerika Serikat, menurutnya, orang-orang dari negara-negara di Asia akan lebih siap karena mereka telah mengalami SARS pada 2003 dan meninggalkan 'bekas luka' yang cukup signifikan.

"Krisis ekonomi tajam terjadi akibat wabah, mereka punya kenangan buruk terkait SARS dan merencanakan beberapa tindakan yang sesuai."

Baca juga: WHO Sebut Ada 7 hingga 8 Vaksin Potensial untuk Virus Corona

Dia juga menerangkan bahwa di Korea Selatan pada 2015 terdapat wabah MERS yang meski bukan wabah besar namun punya dampak besar bagi perekonomian mereka. Jadi, mereka belajar dari pengalaman itu dan kini telah siap.

"Saya pikir itu akan memiliki efek yang sama pada negara-negara yang sekarang mengalami krisis virus corona ini, setelah masuk ke dalamnya dan ternyata tidak siap.

Orang akan jauh lebih siap sekarang jika ada gelombang kedua (virus corona) yang saya harap tidak akan terjadi." Pungkas Briand.

Baca juga: Peringatan WHO, Gelombang Kedua Covid-19 dan Pelonggaran Pembatasan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com