Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korea Utara Bangun Fasilitas untuk Simpan Rudal Balistik

Kompas.com - 07/05/2020, 20:18 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Sky News

PYONGYANG, KOMPAS.com - Korea Utara disebut membangun fasilitas yang cukup besar untuk menyimpan rudal balistik, berdasarkan citra satelit yang dianalisa lembaga think tank AS.

Center for Strategic and International Studies (CSIS) menjelaskan, fasilitas itu dibangun di dekat Bandara Internasional Pyongyang.

Fasilitas itu disebut sudah hampir rampung, dan bisa dipastikan berhubungan dengan program pengembangan rudal balistik Korea Utara.

Baca juga: Rudal Korea Utara yang Baru Dikembangkan Bisa Menembus Pertahanan Jepang

"Bangunan tinggi itu cukup besar untuk menampung rudal balistik antar-benua Hwasong-15, dan karena itu, bisa jadi menyimpan keseluruhan misil mereka," ungkap CSIS.

Dilansir Sky News Kamis (7/5/2020), gudang tersebut dilaporkan dibangun tepat di samping fasilitas yang berada di bawah tanah.

Bangunan itu disebut juga cukup besar untuk menyimpan peluru kendali milik Korut, beserta berbagai kendaraan penunjangnya.

Berdasarkan analisa dari citra satelit, fasilitas itu disebut sudah dibangun sejak 2016, dengan berbagai kondisi yang menarik.

Di antaranya termasuk kereta api tertutup yang "luar biasa besar", dan bangunan yang dihubungkan oleh jaringan jalan lebar, yang membantu perpindahan kendaraan besar.

"Jika dilihat secara keseluruhan dan karakteristik yang ada, fasilitas ini kemungkinan untuk mendukung operasi rudal balistik," ulas CSIS.

Adapun dalam laporan yang dipublikasikan pada Selasa (5/5/2020) tersebut, bangunan itu diberi nama Fasilitas Penyokong Misil Balistik Sil-li.

Baca juga: Kim Jong Un Pakai Jam Tangan Rp 171 Juta saat Awasi Peluncuran Rudal Korea Utara

Jika pembangunan itu berjalan dengan kecepatan konstan dan tak ada penundaan berarti, fasilitas tersebut bakal siap pada akhir 2020 atau awal 2021.

Tentu, mendapatkan kepastian beroperasinya itu sangat sulit, mengingat akses informasi Korea Utara yang begitu ketat diawasi.

Saat dikonfirmasi mengenai temuan CSIS, Kementerian Unifikasi Korea Selatan melalui juru bicaranya menyebut mereka tidak berhak untuk berkomentar.

Diplomasi nuklir antara Pyongyang dengan AS mengalami kebuntuan, setelah pertemuan kedua antata Presiden Donald Trump dengan Kim Jong Un digelar pada Februari 2019 di Vietnam.

Setelah pertemuan di Hanoi yang tidak menghasilkan kesepakatan apa pun itu, Korut mulai menggelar serangkaian uji coba senjata.

Korut sudah menekankan, mereka baru bersedia melucuti senjata nuklir mereka jika Washington melunakkan aturan sanksi yang mereka terima.

Sementara Negeri "Uncle Sam" menegaskan mereka baru mencabut sanksi jika Pyongyang menyerahkan semua rudal balistik dan nuklir.

Baca juga: Trump Sebut Kim Jong Un Sudah Meminta Maaf untuk Uji Coba Rudal Korea Utara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com