Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Asal Indonesia di Australia Khawatir soal Pembukaan Sekolah Kembali

Kompas.com - 06/05/2020, 11:53 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

KOMPAS.com - Rupanya, membuka kembali tempat publik lebih sulit daripada menutupnya. Begitu pun ketika sekolah di Australia harus dibuka kembali saat kasus infeksi virus corona di negara itu kian menurun.

Kebijakan datang dari pemerintah Federal Australia, namun tidak sama di tiap negara bagian sehingga menimbulkan berbagai kebingungan dan kontroversi.

Sebagai negara federal, pemerintah pusat di Canberra menerapkan kebijakan secara nasional, akan tetapi dalam penerapannya, tiap negara bagian bisa mengambil keputusan sendiri.

Sejak Australia menerapkan pembatasan pergerakan warganya, sekolah-sekolah di Australia diliburkan beriringan dengan liburan Paskah yang berlangsung selama dua minggu.

Baca juga: Suku Aborigin di Australia Masih Bebas Virus Corona, Apa Rahasianya?

Masing-masing negara bagian juga memiliki jadwal liburan Paskah yang berbeda dan sejak itu mereka mengeluarkan keputusan yang berbeda tentang kapan dan bagaimana sekolah akan menyelenggarakan kegiatan belajar.

Perdana Menteri Australia, Scott Morrison sudah berulang kali mengatakan kegiatan belajar di sekolah adalah kegiatan yang aman dilakukan, karena tingkat penyebaran virus corona di kalangan anak-anak sangat rendah.

Saat ini murid sekolah di Australia belajar pada Kwartal Kedua yang berlangsung sejak 13 April sampai sekitar 3 Juli 2020.

Lantas bagaimana reaksi dari sekolah, termasuk guru-guru asal Indonesia di Australia mengenai kebijakan tiap negara yang berbeda?

Pengalaman guru asal Indonesia di tengah pandemi di Australia

Rina Prestiana, misalnya, guru asal Indonesia yang mengajar bahasa Indonesia di Marist College, Bendigo sekitar 153 kilometer dari Melbourne.

Dia mengajar di Marist College sejak 2019, setelah sebelumnya mengajar di Wallan Secondary College yang terletak sekitar 62 kilometer dari Melbourne, sejak 2008.

Sejak adanya pendemi Covid-19, Rina hanya ke sekolah sehari dalam seminggu untuk mengawasi murid-murid yang belajar di Marist College.

"Kami sejauh ini mengikuti keputusan sekolah saja. Setelah kerja dari rumah, datang ke sekolah sehari menyenangkan juga karena ada perubahan suasana, saya bisa berinteraksi langsung dengan siswa," kata Rina dalam percakapan dengan wartawan ABC Indonesia.

Sebenarnya Rina lebih suka untuk mengajar dengan tatap muka, namun dalam keadaan sekarang dia mendukung kebijakan di Victoria untuk tetap membuat murid-murid belajar dari rumah.

"Saya lebih kawatir kalau sekolah dimulai kembali sebelum situasi ini pulih sempurna. Saya ingin sekolah mulai saat semua aman di semua daerah," kata Rina.

"Saat ini interaksi saya hanya dengan sejumlah siswa yang terpaksa harus berada di sekolah, interaksi saat berada di sekolah tetap mengedepankan social distancing … kami harus cuci tangan setiap masuk dan keluar ruang …di kantor staff juga begitu," katanya lagi.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

AS Hancurkan Sebagian Jembatan Baltimore yang Ambruk untuk Bebaskan Kapal Terjebak

AS Hancurkan Sebagian Jembatan Baltimore yang Ambruk untuk Bebaskan Kapal Terjebak

Global
Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Global
[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

Global
Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Global
Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Global
Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan 'Berkendaralah Seperti Perempuan'

Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan "Berkendaralah Seperti Perempuan"

Global
Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Global
Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Global
Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Global
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
Hezbollah Klaim Serangan yang Lukai 4 Tentara Israel

Hezbollah Klaim Serangan yang Lukai 4 Tentara Israel

Global
Momen Polisi New York Tak Sengaja Semprotkan Merica ke Muka Sendiri Saat Bubarkan Protes Pro-Palestina

Momen Polisi New York Tak Sengaja Semprotkan Merica ke Muka Sendiri Saat Bubarkan Protes Pro-Palestina

Global
Manusia Pertama Penerima Transplantasi Ginjal Babi, Meninggal

Manusia Pertama Penerima Transplantasi Ginjal Babi, Meninggal

Global
Saat Anak-anak Gaza Tetap Bersemangat Belajar di Tengah Perang yang Menghancurkan...

Saat Anak-anak Gaza Tetap Bersemangat Belajar di Tengah Perang yang Menghancurkan...

Global
9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com