PYONGYANG, KOMPAS.com - Korea Utara tidak pernah memublikasikan siapa yang akan menggantikan Kim Jong Un jika ia tak mampu memimpin.
Namun, para analis mengatakan, adik perempuannya dan para loyalis dapat mengambil alih tampuk kepemimpinan sampai ada penerus yang cukup tua untuk mengambil alih.
Setiap perubahan kepemimpinan di Korea Utara telah meningkatkan prospek kekosongan kepemimpinan atau runtuhnya dinasti Kim, yang telah memerintah negara itu sejak 1948.
Sejauh ini, masing-masing dari tiga Kim yang memerintah Korea Utara telah memupus harapan, dengan berpegang pada kekuasaan tangan besi.
Baca juga: Simpang Siur, Kondisi Kritis hingga Prediksi Pengganti Jika Kim Jong Un Meninggal
Namun, di bawah komando Kim Jong Un, gudang senjata nuklir dan rudal balistik Korea Utara telah tumbuh secara substansial, meningkatkan kekhawatiran siapa yang akan mengendalikan senjata-senjata itu.
Dilansir dari Reuters, berikut adalah tokoh-tokoh kunci dalam lingkaran kepemimpinan Korea Utara, dan peran apa yang dapat mereka mainkan dalam setiap transisi pada masa depan.
Adik perempuan Kim Jong Un ini menjadi yang paling terlihat di sekitar Sang Pemimpin Tertinggi dalam 2 tahun terakhir.
Ia sendiri secara resmi menjabat Direktur Komite Sentral Partai Buruh yang berkuasa tetapi secara tidak resmi juga menjadi kepala staf kakaknya.
Dia diangkat sebagai anggota pengganti dari Komite Sentral Politbiro kuat Partai Buruh yang berkuasa awal bulan ini, melanjutkan peningkatan kariernya dalam hierarki kepemimpinan.
Kim Yo Jong (31) memiliki kontrol kuat terhadap fungsi-fungsi partai kunci, menetapkan dirinya sebagai sumber kekuatan utama di balik kepemimpinan kolektif.
Baca juga: Kim Jong Un Dikabarkan Sakit, Adik Perempuannya Disebut Calon Pengganti Terkuat
"Kim Yo Jong untuk sementara waktu akan menjadi basis kekuatan utama dengan kontrol organisasi dan departemen bimbingan, peradilan, dan keamanan publik," kata Cho Han-bum dari Institut Korea untuk Unifikasi Nasional.
Choe Ryong Hae naik menjadi kepala negara nominal Korut tahun lalu, dan menjadi Presiden Presidium Majelis Rakyat Tertinggi.
Ini mengakhiri puluhan tahun pelayanan dengan partai keluarga Kim yang berkuasa, dan sebelumnya menjabat sebagai kepala politik berpengaruh militer Korea Utara di bawah pemimpin muda.
Dia dan Pak Pong Ju, sesama anggota politbiro dan mantan perdana menteri negara, dikabarkan Reuters kemungkinan akan menjadi tokoh yang membentuk kepemimpinan kolektif.
Kim Yong Chol wakil ketua partai dan mantan utusan nuklir utama, serta Menteri Luar Negeri Ri Son Gwon dapat ditugaskan menangani masalah-masalah diplomatik termasuk pembicaraan denuklirisasi yang terhenti.