WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) mencatatkan cukup banyak pasien virus corona dari warga Afrika-Amerika. Ada stigma dan mitos yang melekat ke mereka di balik fenomena tersebut.
Kota-kota seperti di Chicago, New Orleans, Las Vegas, dan negara bagian Maryland serta South Carolina misalnya, mulai melaporkan data virus corona berdasarkan ras.
Dari data tersebut terlihat banyak pasien virus corona yang berasal dari warga kulit gelap.
Baca juga: Jika Saja Lebih Cepat Tanggapi Virus Corona, AS Bisa Selamatkan Banyak Nyawa
BBC melaporkan, beberapa dari kasus tersebut bisa jadi karena ketimpangan yang sudah lama terjadi di AS. Alasan lainnya mungkin karena tidak berpotensi ditangani.
Pendeta Marshall Hatch dari Chicago menceritakan, empat orang terdekatnya di West Garfield Park tempat dia tinggal meninggal karena virus corona. Mereka adalah orang Afrika-Amerika.
"Kami sudah berusaha mencari pemakaman untuk saudara perempuan saya untuk Sabtu, tapi kini lebih sulit dari sebelumnya," ucap sang pendeta dikutip dari BBC.
Menurut data sensus, usia harapan hidup di West Garfield Park 16 tahun lebih rendah dibandingkan lingkungan yang didominasi kulit putih di Chicago, padahal hanya berjarak 5 kilometer.
Baca juga: Corona Belum Reda, tapi AS Bersiap Buka Kembali Negaranya pada Mei
Data yang dirilis sejauh ini menunjukkan 68 persen pasien meninggal akibat Covid-19 di kota itu berasal dari orang Afrika-Amerika, yang merupakan 30 persen dari populasi.
Orang-orang di daerah tempat tinggal Pendeta Hatch lebih kecil kemungkinannya memiliki asuransi kesehatan.
Mereka juga tinggal di lingkungan yang lebih padat dibandingkan populasi pada umumnya.
Beberapa pria kulit hitam juga bercerita di media sosial bahwa mereka telah dilecehkan oleh penjaga keamanan di toko-toko, bahkan diusir jika menutup mulut dan hidung mereka dengan kain.
Baca juga: AS Catatkan Negara dengan Angka Kematian Virus Corona Tertinggi di Dunia
Kemudian Clarionta Jones (24) dari New Orleans mengatakan kesaksiannya, bahwa ada anggapan orang kulit hitam tidak terpengaruh virus corona.
"Aku mendengar orang kulit hitam tidak terpengaruh virus corona. Maksudku, tidak ada (banyak) orang kulit hitam di China dan ketika (virus corona) mulai (menyebar) di sini banyak ras lain yang terpengaruh."
BBC mengabarkan, penilaian yang salah ini tidak hanya ditemukan di New Orleans tetapi juga tersebar luas di masyarakat seluruh Negeri "Uncle Sam".
Baca juga: China Waspada Kasus Impor Covid-19, Orang Afrika Jadi Sasaran Rasialisme
Terkait hal tersebut, Dr Jeanette Kowalik dalam pekerjaan sehari-harinya sebagai komisioner kesehatan di Milwaukee, Wisconsin, mengemukakan pandangannya. Wilayahnya bekerja memiliki 40 persen penduduk kulit hitam.