HANOI, KOMPAS.com - Vietnam mendapat pujian karena mampu menekan rendah jumlah kasus Covid-19, meskipun negara itu berbatasan langsung dengan China - pusat awal pandemi berasal.
Namun di balik keberhasilan ini, ternyata warga Vietnam yang diduga membawa virus corona dipaksa untuk menjalani karantina di fasilitas pemerintah.
Ketika Lan Anh (bukan nama sebenarnya) kembali ke rumahnya pada 22 Maret usai mengunjungi kerabat di Australia selama dua minggu, ia dibawa ke fasilitas karantina milik pemerintah yang didirikan di Universitas Nasional di Kota Ho Chi Minh.
Baca juga: UPDATE 25 MARET: 790 Pasien Positif Covid-19 dan Ajakan Tiru Vietnam
Perempuan itu mengatakan ke BBC Vietnam tentang kondisi yang dia temui dan jalani di sana.
"Toiletnya hitam dengan kotoran dan wastafelnya penuh dengan genangan air," kata Lan Anh.
"Untungnya, tidak ada bau busuk, tapi sangat kotor. Lalu, tempat tidur berkarat - semuanya berdebu. Ada jaring laba-laba di mana-mana," lanjutnya.
Pada malam pertama, kebanyakan orang hanya diberi satu tikar, tanpa bantal dan selimut.
"Hanya ada satu kipas angin di langit-langit kamar. Karena cuaca yang begitu panas dan lembab, seorang di kamar saya suhu badannya tinggi, mereka hampir harus dipantau."
Perlengkapan di tempat karantina itu sudah disuplai kembali, kata Lan Anh.
Tapi dia prihatin dengan fasilitas yang buruk yang bisa memperkeruh ketakutan orang bahwa mereka - atau orang di sekitar mereka - dapat terinfeksi Covid-19 karena di tempat karantina lain telah ada kasus virus corona.
"Kami tidak butuh kenyamanan, tapi kebersihan itu perlu. Toilet, wastafel, dan kamar mandi kotor itu menampung virus dan penyakit-penyakit lain. Jika ada wabah di sini, kondisi sanitasi akan memperburuk keadaan."
Baca juga: Tambah Amunisi Lawan Corona, Vietnam Panggil Mahasiswa Kedokteran dan Dokter Pensiunan
Pemerintah Vietnam telah menyatakan 'perang' terhadap virus corona dengan cara memobilisasi tenaga medis, pasukan keamanan, dan masyarakat untuk mengendalikan penyebaran Covid-19.
Tetapi, strategi yang diterapkan pemerintah Vietnam berbeda jauh dengan cara pengujian massal yang berhasil dilakukan oleh negara-negara kaya di Asia, seperti Korea Selatan.
Di Vietnam, negara padat berpenduduk 96 juta jiwa, Partai Komunis memutuskan untuk melacak virus corona secara agresif.
Menyadari bahwa hampir semua kasus - sebesar 141 kasus pada 25 Maret dan tidak ada korban jiwa - berasal dari orang yang tiba dari luar negeri, pemerintah mensyaratkan para pelancong untuk harus dikarantina selama 14 hari setelah kedatangan mereka.