Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban Enggan Berdamai, Kalau 5.000 Tahanannya Tidak Dibebaskan

Kompas.com - 02/03/2020, 21:50 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber Reuters,AFP

 

KABUL, KOMPAS.com - Senin (2/3/2020) Taliban mengatakan pihaknya akan kembali melancarkan serangan ke pasukan keamanan Afghanistan.

Pernyataan tersebut disampaikan juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, pada kantor berita AFP.

"Pengurangan kekerasan... telah berakhir sekarang dan operasi kami akan berlanjut seperti biasa," ucapnya.

Pemicunya adalah keengganan Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, untuk melepas 5.000 tahanan Taliban sebagai bagian dari persyaratan perjanjian intra-Afghanistan.

"Pemerintah Afghanistan telah memutuskan untuk menolak pembebasan 5.000 tawanan Taliban," ucap Ghani pada wartawan di Kabul, Minggu (1/3/2020).

Baca juga: Presiden Afghanistan Tolak Bebaskan 5.000 Tahanan Sesuai Perjanjian Damai AS-Taliban

Ghani menolaknya dengan alasan pembebasan tawanan Taliban bukan wewenang AS.

"Bukan wewenang AS untuk memutuskan, mereka hanya fasilitator," kata presiden Afghanistan ke-13 itu.

Deklarasi penyerangan Taliban muncul hanya sehari setelah Ghani mengatakan akan melanjutkan gencatan senjata parsial, setidaknya sampai 10 Maret 2020 saat perundingan intra-Afghanistan dihelat.

"Kami sepenuhnya siap untuk pembicaraan intra-Afghanistan, tetapi kami menunggu pembebasan 5.000 tahanan kami," kata Mujahid dikutip dari Reuters.

"Jika 5.000 tahanan kami -lebih atau kurang 100-200 tidak masalah- tidak dibebaskan, tidak akan ada perundingan intra-Afghanistan," tegasnya.

Baca juga: Kalau Taliban Langgar Perjanjian Damai, AS Tidak Segan untuk Serang Afghanistan Lagi

Jika serangan benar-benar terjadi, keputusan Taliban ini menandai berakhirnya gencatan senjata, padahal baru saja ditandatangani di Doha, Qatar, pada Sabtu (29/2/2020) lalu dengan Amerika Serikat (AS).

Meski begitu, Taliban menekankan serangan ini bukan ditujukan ke AS melainkan ke pasukan Kabul.

"Sesuai perjanjian (AS-Taliban), prajurit kami tidak akan menyerang pasukan asing, tetapi operasi kami akan terus melawan pasukan pemerintah Kabul," lanjut Mujahid.

Sementara itu wakil juru bicara Kementerian Pertahanan Afghanistan, Fawad Aman, mengatakan pemerintah sedang "memeriksa untuk melihat apakah (gencatan senjata) telah berakhir."

"Kami belum mendapat laporan tentang serangan besar di negara ini," ungkapnya dikutip dari AFP.

Sejak perjanjian damai ditandatangani pada Sabtu kemarin, Taliban secara terbuka "merayakan kemenangan" atas AS.

Berdasarkan perjanjian itu, pasukan AS akan meninggalkan Afghanistan dalam waktu 14 bulan secara bertahap.

Gencatan senjata ini memberi warga Afghanistan angin segar, karena akhirnya mereka bisa menjalani kehidupan tanpa takut terjadi kekerasan.

Baca juga: Walau Sudah Berdamai dengan AS, Taliban Masih Jadi Momok Perempuan Afghanistan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com