Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Humaidi, WNI di Wuhan yang Tidak Terevakuasi: Kecewa terhadap Pemerintah RI

Kompas.com - 27/02/2020, 07:38 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

"Saya hanya tidak habis pikir, kenapa kok karena batuk saja tidak bisa dievakuasi, karena hanya suhu tubuh tinggi saja tidak bisa pulang."

Humaidi juga menjelaskan kalau dirinya saat itu sangat yakin bisa dievakuasi karena dia berpikir, "Yang jemput kan pemerintah, saya saat itu yakin sekali bisa pulang. Saya yakin mereka bisa evakuasi saya. Tapi nyatanya tidak. Sekelas negara lho, masa sih tidak ada power?" ujar Humaidi dengan intonasi bicara yang terdengar kecewa.

Sejak peristiwa gagal evakuasi itu Humaidi kembali ke asramanya begitu juga dua temannya yang lain. Bedanya, asrama Humaidi berada di Wuhan, sementara kedua temannya di kota Xianning, sekitar 1 jam perjalanan dari Wuhan.

Adapun sahabatnya yang bernama Kris masih berada di Jingzhou dan belum bisa kembali ke Wuhan karena transportasi di seluruh provinsi Hubei benar-benar tidak boleh beroperasi. Seluruh kota di Hubei mati akses.

"Jadi ya sebenarnya percuma juga (saat ini) dapat bantuan dana, tidak bisa beli keperluan karena tidak bisa keluar asrama," ujar Humaidi yang saat ini hanya menerima bantuan makanan dan masker dari kampusnya.

Tidak ada kurir online di provinsi Hubei. Humaidi menjelaskan hanya ada beberapa relawan dari kampusnya yang datang membawakan daftar produk yang dapat dibelinya di beberapa supermarket.

Barang-barang yang bisa dibeli hanya seputar alat mandi seperti sikat gigi, sabun, sampo dan juga bahan makanan instan seperti mie instan, biskuit dan susu.

"Telur dan daging tidak dijual. Saya tidak tahu kenapa tapi yang jelas barang-barang itu tidak ada di daftar. Tidak semua supermarket juga buka," paparnya.

Kini, mahasiswa pascasarjana itu kerap memberikan kabar di akun instagram terkait kegiatannya selama terisolasi di asrama. Otoritas China juga melakukan pemeriksaan terhadap warga asrama dengan mengecek suhu tubuh mereka secara berkala.

Humaidi juga mencurahkan perasaannya yang sedih jika mengingat Kris di Jingzhou, "saya pikir dia (karena perempuan) mungkin bakal stres di sana. Tapi alhamdulillah sekarang setelah saya bicara dengannya melalui video call, dia tampak tegar dan tersenyum. Dia yang perempuan ternyata lebih kuat dari pada saya."

Meski begitu, Humaidi merasa dirinya sudah mulai bisa mengambil hikmah dari kejadian ini. Dia tidak berharap banyak pemerintah RI mampu mengevakuasi dia dan teman-temannya lagi. Dia hanya berharap,

 

"Jika memang (pemerintah RI) mau evakuasi lagi, tolong dipikir baik-baik, bagaimana caranya bisa jemput teman saya Kris di Jingzhou itu. Kalau tidak bisa jemput dia, lebih baik tidak usah jemput kami semua. Saya ingin jika satu bisa dievakuasi, yang lain juga bisa," tegas Humaidi.

Dia juga mengaku perasaannya lebih tenang ketika dua hari selang gagal evakuasi, ibundanya menguatkan hati dan memberinya nasihat.

"Mamak saya menegur saya ketika gagal dievakuasi. Mamak saya bilang, Kamu itu jangan berharap kepada manusia. Lihat hasilnya, sebesar apapun pesawat yang jemput kamu, setinggi apapun jabatan yang mereka punya, kalau tidak ada izin dari Yang Maha Kuasa, lihat, bisa pulang ndak kamu?" tutur Humaidi menirukan ucapan sang ibu.

Humaidi pun tersentuh dan termotivasi sebab nasihat yang diberikan ibunya, "Memang kesalahan saya saat itu juga yang terlalu percaya pada manusia. Lupa pada kuasa Tuhan."

Kepada teman-temannya di Indonesia, Humaidi meminta doa agar situasi di Wuhan kembali normal. Dia juga mengungkapkan rasa optimis dengan adanya angka sembuh di Wuhan setiap hari cukup tinggi sekitar 1000-2000 orang.

"Saya hanya berdoa semoga pekan depan Wuhan bisa setidaknya jauh membaik, sehingga saya dan teman-teman bisa keluar dari asrama menghirup udara, jogging dan aktivitas lainnya. Saya juga minta doa untuk teman-teman semua yang ada di tanah air." Pungkas Humaidi.

Baca juga: Presenter TV di Rusia Lawan Virus Corona dengan Lagu

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com