Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenapa Perundingan Gencatan Senjata di Gaza Selalu Menemui Jalan Buntu?

GAZA, KOMPAS.com - Meski ada tekanan dari mediator internasional, kenapa perundingan gencatan senjata di Gaza selalu menemui jalan buntu?

Hal itu bisa dilihat dalam perundingan ditetapkan batas waktu 48 jam awal pekan ini, namun pada Kamis (11/4/2024) hari ini, Hamas maupun Israel tidak tidak menunjukkan tanda-tanda menyetujui gencatan senjata.

Sebelumnya, Amerika Serikat, Mesir dan Qatar menyusun kerangka kesepakatan yang mencakup penghentian pertempuran selama enam minggu dan pertukaran sekitar 40 sandera dengan ratusan tahanan Palestina.

Hal ini juga akan meningkatkan bantuan kemanusiaan ke Gaza dan banyak pengungsi yang kembali ke rumah mereka.

Proposal tersebut pada akhirnya bertujuan untuk menjamin pembebasan 129 sandera yang diyakini masih hidup di Gaza, bersamaan dengan keluarnya seluruh pasukan Israel.

"Tetapi, saat ini negosiasi menemui jalan buntu," kata Hasni Abidi dari Pusat Studi dan Penelitian Dunia Arab dan Mediterania yang berbasis di Jenewa.

Dikatakan bahwa belum ada pihak yang menyerah.

"Hamas sedang mempelajari tawaran tersebut. Hamas belum memberikan tanggapan," terang juru bicara Hamas di Doha, Hossam Badran, kepada AFP.

Hamas menginginkan gencatan senjata permanen di Gaza, yang pada saat ini tidak dapat diterima oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang telah berjanji untuk melenyapkan semua batalyon Hamas.

Dia mengatakan empat batalyon terus beroperasi di Rafah, benteng terakhir Hamas di Gaza selatan, tempat sekitar 1,5 juta warga Palestina mengungsi.

Netanyahu telah berjanji untuk melancarkan invasi darat ke Rafah, mengabaikan protes internasional terhadap hal tersebut, termasuk dari Amerika Serikat.

Para analis merasa bahwa Israel akan mendapatkan keuntungan dari gencatan senjata, meskipun itu hanya sebuah langkah taktis, mengingat Israel telah kehilangan 260 tentara di Gaza dan ribuan lainnya terluka.

Pada hari Minggu, Israel mengatakan mereka telah menarik semua pasukannya dari Gaza selatan, namun satu brigade mempertahankan jalur tengah melintasi wilayah tersebut.

Daniel Byman dari Fakultas Dinas Luar Negeri Universitas Georgetown mengatakan penarikan tentara tersebut, termasuk dari kota Khan Yunis, adalah untuk mempersiapkan serangan terhadap Rafah.

Ketika Israel semakin terisolasi secara diplomatis atas tingginya korban sipil di Gaza, kata Abidi, penarikan pasukan tersebut memberikan ruang bernapas yang sangat dibutuhkannya, terutama ketika berurusan dengan AS yang gagal meyakinkan dalam hal strategi perangnya.

Sementara Washington berupaya menghindari eskalasi di Lebanon, Suriah dan Iran. Sebab, serangan 1 April terhadap konsulat Iran di Damaskus yang secara luas disalahkan pada Israel berisiko menghancurkan strategi ini.

Presiden AS Joe Biden yang kesal telah berjanji untuk terus mendukung Israel, namun hal ini bergantung pada pengekangan militernya dan peningkatan bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza.

Meski begitu, Netanyahu juga berada di bawah tekanan besar dari keluarga para sandera yang putus asa dan marah karena keluarganya masih ditahan di Gaza.

Sekitar 250 warga Israel dan orang asing ditangkap dalam serangan 7 Oktober oleh Hamas, 129 di antaranya masih ditahan. Militer Israel mengatakan 34 di antara mereka tewas.

Abidi mengatakan bahwa bagi Hamas, gencatan senjata akan menjadi kemenangan simbolis.

"Hal ini juga akan memungkinkan Hamas untuk mengatur ulang dan melakukan penyergapan terhadap tentara Israel," kata Omer Dostri dari Institut Strategi dan Keamanan Yerusalem.

"Tujuan Hamas adalah untuk menenangkan diri dengan harapan bahwa tekanan internasional pada akhirnya akan mengakhiri perang," tuturnya.

Selain itu, gencatan senjata juga akan membuat Hamas terlihat lebih baik di mata masyarakat Gaza yang terpukul dan kelaparan.

Meskipun Netanyahu menjanjikan masa depan tanpa Hamas di wilayah pesisir kecil tersebut, gerakan militan tersebut sudah bersiap untuk hari berikutnya.

https://www.kompas.com/global/read/2024/04/11/190900470/kenapa-perundingan-gencatan-senjata-di-gaza-selalu-menemui-jalan-buntu-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke