Mereka mengatakan pada pertemuan tingkat tinggi PBB bahwa bencana iklim mengancam produksi pangan dan menyebut bahwa perut kosong memicu kerusuhan.
Sekretaris Jenderal Antonio Guterres mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengatasi dampak kekurangan pangan dan kenaikan suhu terhadap perdamaian dan keamanan internasional.
Ini jadi sebuah pandangan yang digaungkan oleh banyak negara, tetapi tidak oleh Rusia.
"Iklim dan konflik adalah dua pendorong utama krisis pangan global," kata Sekretaris Jenderal PBB, dilansir dari Reuters.
"Ketika perang berkecamuk, kelaparan merajalela, baik karena pengungsian penduduk, perusakan pertanian, kerusakan infrastruktur, atau kebijakan penyangkalan yang disengaja," tambahnya.
"Sementara itu, kekacauan iklim merusak produksi pangan di seluruh dunia," katanya.
Guterres mengatakan bahwa dunia penuh dengan contoh-contoh hubungan yang menghancurkan antara kelaparan dan konflik.
Anak-anak Palestina menunggu untuk menerima makanan yang dimasak oleh dapur umum di tengah kekurangan pasokan makanan, saat konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islamis Palestina Hamas terus berlanjut, di Rafah, di Jalur Gaza selatan, Februari lalu.
Di Gaza yang dilanda perang, katanya, tidak ada yang punya cukup makanan dan wilayah kecil itu menyumbang 80 persen dari 700.000 orang yang paling kelaparan di dunia.
Setelah lebih dari satu dekade perang di Suriah, katanya, 13 juta warga Suriah pergi tidur dalam keadaan lapar setiap malam.
Dan di Myanmar, prospek untuk mengakhiri kelaparan telah mengalami kemunduran karena konflik dan ketidakstabilan, katanya.
Simon Stiell, kepala iklim PBB, mengatakan kepada dewan bahwa perubahan iklim berkontribusi terhadap kerawanan pangan dan konflik.
https://www.kompas.com/global/read/2024/02/14/160000470/sekjen-pbb--perut-kosong-memicu-kerusuhan-pengaruhi-perdamaian-global