Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejak Perang di Ukraina, Rusia Makin Sering "Kompromi" dengan Geng Kriminal

MOSKWA, KOMPAS.com - Perang Rusia melawan Ukraina tentu juga punya dampak bagi Rusia sendiri.

Mark Galeotti, sejarawan berusia 58 tahun dan pakar dinas rahasia Rusia serta kejahatan terorganisir mengatakan, di Rusia terjadi perubahan besar di dunia kriminalitas terorganisir. Dia saat ini adalah profesor kehormatan di University College London, Inggris.

Negara Rusia sekarang makin bergantung pada jasa jaringan kriminal, tulis Mark Galeotti dalam laporannya yang baru saja dirilis untuk proyek Global Initiative against Transnational Organized Crime (GI-TOC) yang berjudul "TIME OF TROUBLES. The Russian underworld since the Ukraine invasion", dikutip dari DW Indonesia pada Rabu (27/12/2023).

Bahkan sebelum invasi besar-besaran ke Ukraina, kejahatan terorganisir di Rusia sudah terkait erat dengan geng-geng di Ukraina. Bersama-sama mereka membentuk sindikat kriminal terbesar di Eropa, yang akhirnya bubar akibat perang.

"Pada Februari 2022, kelompok kriminal Rusia dan Ukraina membentuk ekosistem kriminal terkuat di Eropa dan mengendalikan jalur penyelundupan yang menguntungkan antara Rusia dan Eropa Barat,” tulis Mark Galeotti dalam laporanya.

Setelah Rusia menginvasi Ukraina, tokoh-tokoh terkemuka dunia kriminal Rusia kemudian bergabung dengan kelompok tentara bayaran "Wagner".

Kelompok yang kalah termasuk jaringan transnasional besar seperti Solntsevskaya dan Kelompok Tambovskaya."

Ini adalah dua struktur mafia paling terkenal di Rusia, yang pertama berasal dari Moskwa, yang lain dari St Petersburg.

"Jalur perdagangan alternatif dan penyelundupan, sekarang menjadi sangat penting. Beberapa negara di Timur Tengah, Asia Tengah dan Turki punya peran yang menonjol," kata Galeotti. "Mungkin secara keseluruhan ini bukan perang yang baik bagi gangster Rusia. Tapi itu tidak berlaku untuk semua orang."

"Hubungan antara negara dan dunia kriminal di Rusia secara sinis didasarkan pada prinsip saling membantu," jelasnya.

Misalnya, struktur kriminal semakin terlibat dalam penyediaan microchip dan teknologi lain yang diperlukan untuk industri pertahanan Rusia, yang terkena sanksi berat dari Barat.

Mark Galeotti mengutip seorang pegawai Europol: "Jika Anda membantu menyelundupkan microchip, dinas intelijen dalam negeri Rusia FSB bisa saja menutup mata terhadap perdagangan narkoba atau perdagangan manusia Anda."

Dengan kata lain: Apa yang negara tidak ingin atau tidak bisa lakukan sendiri, akan diserahkan pada kejahatan terorganisir.

"Selain pengiriman barang-barang yang dikenai sanksi, hal ini juga melibatkan spionase sederhana, pembunuhan atau intimidasi terhadap musuh-musuh Kremlin, terutama di luar negeri", katanya.

"Saya khawatir hal ini akan dilakukan lebih banyak lagi untuk memberikan tekanan pada diaspora Rusia."

Fungsi lain dari jaringan kriminal adalah sebagai penjaga "dana gelap” untuk belanja bayangan pemerintah.

Setelah pecahnya perang dan terisolasinya Rusia dari komunitas global, "semakin sulit bagi negara Rusia untuk membiayai operasinya di Eropa,” jelas Mark Galeotti.

Batasan antara dunia kriminal dan negara menjadi kabur dan menjadi kurang penting, jika negara Rusia semakin bergantung pada jasa para penjahat.

Sebagai contoh, dia menunjuk ekspor gandum Ukraina yang "dikendalikan” dari wilayah yang diduduki Rusia, atau distribusi minyak oleh kapal-kapal tanker, yang mematikan transpondernya untuk menghindari embargo Barat.

Kriminalitas meningkat drastis karena kurangnya penindakan

Pada saat yang sama, Mark Galeotti mencatat bahwa jumlah kejahatan di Rusia, khususnya yang melibatkan penggunaan kekerasan, meningkat secara drastis.

Bahkan statistik resmi Kementerian Dalam Negeri Rusia menunjukkan peningkatan sebesar 30 persen pada tahun 2022 saja. Angka statistik resmi itu bisa dipastikan jauh lebih kecil daripada angka sebenarnya.

Dia menunjukkan betapa sulit dipercayanya statistik resmi Rusia, misalnya saja statistik tingkat kejahatan yang sangat rendah di Chechnya dan republik lain di Kaukasus Utara.

Menariknya, Kementerian Dalam Negeri baru-baru ini memutuskan untuk tidak lagi mempublikasikan statistik tersebut.

"Jika Putin memutuskan untuk mengambil tindakan melawan kejahatan terorganisir, dia sebenarnya punya sumber daya untuk melakukannya,” kata Mark Galeotti.

Namun negara Rusia tidak menunjukkan minat itu. Pada saat yang sama, masalah terkait kejahatan terorganisir bahkan semakin meningkat di Rusia.

"Misalnya, jumlah veteran perang yang cenderung terjun ke dunia kriminal semakin meningkat," ujar pakar kejahatan terorganisir itu.

Mark Galeotti mengidentifikasi dua risiko utama yang ia yakini akan terjadi di Rusia: Pertama, "Donbassisasi.” Dia menggunakan istilah ini untuk menggambarkan pelanggaran hukum di wilayah-wilayah Ukrainya yang diduduki Rusia.

Kedua, "nasionalisasi kejahatan”, yaitu transformasi Rusia menjadi negara mafia, walaupun dia menganggap istilah "negara mafia" sebagai klise jurnalistik, karena tidak mencakup "keseluruhan kompleksitas sistem" di Rusia.

Dia menyarankan untuk membandingkan Rusia modern lebih dekat dengan monarki pada abad pertengahan, di mana para bangsawan bersaing untuk mendapatkan dukungan tsar dan di mana "teks undang-undang memiliki nilai yang jauh lebih rendah" dibandingkan saat ini.

Artikel ini pernah dimuat di DW Indonesia dengan judul Negara Rusia Makin Sering “Kompromi” dengan Geng Kriminal.

https://www.kompas.com/global/read/2023/12/27/125324270/sejak-perang-di-ukraina-rusia-makin-sering-kompromi-dengan-geng-kriminal

Terkini Lainnya

Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dan Mengapa ICC Mempertimbangkan Surat Perintah Penangkapan bagi Pemimpin Israel dan Hamas?

Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dan Mengapa ICC Mempertimbangkan Surat Perintah Penangkapan bagi Pemimpin Israel dan Hamas?

Internasional
Pemakaman Presiden Iran Akan Diadakan pada Kamis 23 Mei, Berikut Prosesinya

Pemakaman Presiden Iran Akan Diadakan pada Kamis 23 Mei, Berikut Prosesinya

Global
Rangkuman Hari Ke-817 Serangan Rusia ke Ukraina: 29 Drone Dijatuhkan | Penembakan Rusia Tewaskan 2 Orang

Rangkuman Hari Ke-817 Serangan Rusia ke Ukraina: 29 Drone Dijatuhkan | Penembakan Rusia Tewaskan 2 Orang

Global
Di Iran, Meninggalnya Presiden Disambut Duka dan Perayaan Terselubung

Di Iran, Meninggalnya Presiden Disambut Duka dan Perayaan Terselubung

Global
Israel-Hamas Tolak Rencana ICC untuk Menangkap Para Pemimpinnya

Israel-Hamas Tolak Rencana ICC untuk Menangkap Para Pemimpinnya

Global
Tsai Ing-wen, Mantan Presiden Taiwan yang Dicintai Rakyat

Tsai Ing-wen, Mantan Presiden Taiwan yang Dicintai Rakyat

Internasional
Sebelum Ebrahim Raisi, Ini Deretan Pemimpin Lain yang Tewas dalam Drama Penerbangan

Sebelum Ebrahim Raisi, Ini Deretan Pemimpin Lain yang Tewas dalam Drama Penerbangan

Global
Joe Biden Kecam ICC karena Berupaya Menangkap PM Israel

Joe Biden Kecam ICC karena Berupaya Menangkap PM Israel

Global
[POPULER GLOBAL] Presiden Iran Meninggal Kecelakaan | Kronologi Penemuan Helikopter Raisi

[POPULER GLOBAL] Presiden Iran Meninggal Kecelakaan | Kronologi Penemuan Helikopter Raisi

Global
China: Dinamika Politik Taiwan Tak Akan Ubah Kebijakan 'Satu China'

China: Dinamika Politik Taiwan Tak Akan Ubah Kebijakan "Satu China"

Global
Sejarah Orang Jawa di Kaledonia Baru, Negara yang Sedang Dilanda Kerusuhan

Sejarah Orang Jawa di Kaledonia Baru, Negara yang Sedang Dilanda Kerusuhan

Global
Ketika 706 Orang Bernama Kyle Berkumpul, tapi Gagal Pecahkan Rekor...

Ketika 706 Orang Bernama Kyle Berkumpul, tapi Gagal Pecahkan Rekor...

Global
Meski Alami Luka Bakar, Jenazah Presiden Iran Dapat Dikenali dan Tak Perlu Tes DNA

Meski Alami Luka Bakar, Jenazah Presiden Iran Dapat Dikenali dan Tak Perlu Tes DNA

Global
ICC Ancang-ancang Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Israel dan Pemimpin Hamas

ICC Ancang-ancang Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Israel dan Pemimpin Hamas

Global
Ukraina Jatuhkan 29 Drone Rusia dalam Semalam, Targetkan Barat, Tengah, dan Selatan

Ukraina Jatuhkan 29 Drone Rusia dalam Semalam, Targetkan Barat, Tengah, dan Selatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke