Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cara Italia Tangani Lonjakan Turis di Tempat Wisata

VENESIA, KOMPAS.com - Dengan makin membanjirnya wisatawan, banyak kota dan wilayah di Italia mulai mengatur aliran kedatangan turis dengan menerapkan larangan, peraturan, dan denda.

Venesia sebagai salah satu kota tujuan wisata favorit di Italia, sangat menghargai para wisatawan yang berperilaku baik.

Namun selama bertahun-tahun, kota laguna di Italia utara ini telah berjuang melawan dampak buruk pariwisata massal.

Pada musim panas tahun ini, Venesia mulai memberlakukan aturan ketat untuk wisatawan. Mereka yang melanggar aturan akan dikenai denda yang terbilang mahal.

Di pusat kota, misalnya, ada larangan bagi orang-orang untuk berjalan-jalan sambil bertelanjang dada atau menceburkan diri ke kanal untuk berenang.

Orang juga tidak boleh asal duduk di mana pun mereka suka. Tidak boleh pula duduk dan berbaring di trotoar, di tepian air mancur, tangga, dan jembatan.

Biaya masuk ke Venesia bagi turis tertentu

Misi sebenarnya dari penerapan aturan, Pemerintah Venesia ingin membatasi jumlah wisatawan, terutama mereka tidak menginap di sana, alias pulang pergi.

Jumlah resmi turis yang berkunjung ke Venesia pada 2019 mencapai 5,5 juta. Namun selain itu, ada juga turis harian yang meningkatkan jumlah pengunjung tahunan hingga berkali-kali lipat.

Pariwisata jenis inilah yang agak sulit diregulasi. Pemberlakuan entry fee atau bea masuk bagi turis yang berkunjung harian sudah beberapa kali diumumkan, dan kini ditunda lagi hingga tahun depan.

Seorang juru bicara pemerintah kota mengatakan, bea masuk ini akan diuji untuk diberlakukan selama 20 hari ketika ada kesibukan yang sangat tinggi di kota itu.

"Tapi masalahnya sangat kompleks," lanjutnya. "Kota Venesia adalah yang pertama di Italia yang menerapkan langkah ini. Kami ingin memastikan semuanya dilakukan dengan benar." Dalam hal ini, Venesia tidak punya rujukan untuk dijadikan contoh.

Akses ke pantai diatur dengan ketat

Venesia bukanlah satu-satunya tempat di Italia yang mengambil langkah untuk menertibkan arus wisatawan.

Di Kotamadya Baunei di Sardinia, akses ke beberapa pantai yang populer diatur secara ketat pada musim panas ini, menurut surat kabar harian Il Messaggero.

Hanya ada jatah berkunjung untuk kontingen tertentu per harinya yang dikenakan biaya dan harus dipesan terlebih dahulu.

Memang, musim panas tahun ini gelombang turis yang datang ke Italia jumlahnya jauh melebihi yang diperkirakan.

Menurut lembaga riset pasar Demoskopika, negara itu akan mencetak rekor baru dalam hal kunjungan wisata pada 2023. Jumlah pengunjung tahun ini diperkirakan meningkat menjadi lebih dari 68 juta, atau hampir tiga juta lebih banyak dibandingkan pada tahun 2019 sebelum pecahnya pandemi.

Mobil turis dilarang masuki pulau kecil

Kerumunan besar wisatawan dapat menimbulkan masalah di banyak tempat. Juga di pulau-pulau kecil di negara itu, di mana lalu lintas mobil meningkat tajam di bulan-bulan musim panas.

Karena itu, wisatawan tidak lagi diperbolehkan membawa kendaraan sendiri ke pulau Lampedusa dan Linosa, yang terletak di antara Sisilia dan Afrika Utara. Larangan ini juga berlaku untuk Pulau Procida di Teluk Napoli.

"Ini satu-satunya aturan yang berhasil," ucap Wali Kota Raimondo Ambrosino mengutip harian Il Messaggero.

"Ini adalah pulau terpadat di Eropa dan mobilitas menjadi masalah bagi kami. Setiap tahun, 600.000 turis datang ke pulau yang hanya berukuran empat kilometer persegi ini, yang sejatinya hanya ingin jalan-jalan di sini. Mobil dan sepeda motor hanya akan menyebabkan kekacauan yang tidak perlu."

Pembatasan akses juga berlaku pada musim panas ini untuk wilayah Pragser Wildsee di Taman Alam Fannes-Sennes-Prags di Provinsi Tirol Selatan.

Para wisatawan hanya bisa masuk ke sana jika sudah memesan tiket secara online. Mereka hanya boleh menggunakan transportasi umum, naik sepeda, atau berjalan kaki.

Dengan demikian, jumlah pengunjung yang akhir-akhir ini terus meningkat dapat dibatasi pada tingkat yang bisa ditoleransi. Selain itu, pembatasan jumlah tempat tidur di akomodasi wisata di Tirol Selatan juga dimaksudkan untuk meredam serbuan wisatawan.

Pada hari-hari musim panas, pemandangan ribuan wisatawan berdesak-desakan di jalan-jalan sempit di sekitar pelabuhan kerap terlihat.

Sebelum kekacauan menjadi tidak terkendali di tempat indah yang dulunya adalah desa nelayan ini, peraturan baru akan berlaku di sana musim panas tahun ini

Peraturan ini memungkinkan petugas polisi mendenda wisatawan hingga 275 euro atau sekitar Rp 4,6 juta.

"Peraturan itu melarang adanya kerumunan di daerah tertentu di distrik yang sulit dilalui sehingga polisi harus dipanggil untuk mengendalikan pejalan kaki," kata Wali Kota Portofino Matteo Viacava mengutip portal berita Leggo.

"Ini adalah tindakan keamanan, tindakan (berdasarkan) akal sehat." Operator tur dan pemandu wisata khususnya diwajibkan untuk memastikan bahwa kelompok wisatawan tidak menumpuk di area tertentu.

Terapkan aturan berperilaku

Ada hal lain yang sungguh mengganggu Wali Kota Viacava, yakni wisatawan yang tidak tahu bagaimana bersikap dengan sopan dan baik di kawasan keramaian publik.

Portofino memberlakukan sejumlah peraturan tambahan sejak awal Mei, yang mengatur serangkaian tata tertib bagi pengunjung, seperti dilansir surat kabar harian Il Secolo XIX.

Di seluruh pusat kota, orang-orang tidak lagi diperbolehkan berjalan dengan bertelanjang kaki, mengenakan bikini, atau bertelanjang dada.

Selain itu, duduk di tangga atau di lantai pun dilarang. "Tujuan kami bukan untuk mengusir turis atau menghalangi mereka untuk berkunjung," kata wali kota seperti dikutip oleh surat kabar tersebut.

"Setiap orang harus berkontribusi pada keindahan Portofino dengan berperilaku baik dan sopan."

Artikel ini pernah dimuat di DW Indonesia dengan judul Italia Berjuang Lawan Pariwisata Massal dan Berlebihan.

https://www.kompas.com/global/read/2023/08/14/223600770/cara-italia-tangani-lonjakan-turis-di-tempat-wisata

Terkini Lainnya

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke