CHISINAU, KOMPAS.com – Sebagian besar rakyat Moldova menolak untuk bergabung dengan aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Presiden Moldova Maia Sandu pada Selasa (11/4/2023) dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi lokal.
“Kehendak rakyat dibutuhkan untuk merealisasi ide ini mengingat bergabungnya Moldova ke dalam NATO akan mengubah konstitusi yang juga memerlukan proses referendum,” kata Sandu.
“Namun, hasil jajak pendapat hari ini menunjukkan bahwa tidak ada dukungan serius untuk melepaskan sikap netral,” sambungnya, sebagaimana dilansir Antara.
Menurut jajak pendapat terbaru, sekitar 55 persen rakyat Moldova menolak keras rencana untuk bergabung dengan NATO.
Di sisi lain, hanya ada 27 persen rakyat Moldova yang mendukung rencana untuk bergabung dengan NATO.
Kendati demikian, Sandu mengatakan bahwa pihaknya tetap tidak menutup kemungkinan bahwa Moldova mungkin bergabung dengan NATO di tengah krisis yang terjadi di Ukraina.
Letak Moldova diapit oleh Ukraina di sisi timurnya dan Romania di sisi baratnya. Romania telah menjadi anggota NATO sejak 2004.
Sedangkan Ukraina sempat mendesak percepatan keanggotaan NATO selang beberapa bulan setelah Rusia menginvasi negara tersebut tahun lalu.
Sementara itu, dua negara Nordik yaitu Finlandia dan Swedia resmi mendaftar sebagai negara anggota NATO setelah Rusia menginvasi Ukraina.
Setelah sempat ditolak Turkiye, Finlandia resmi diterima menjadi anggota NATO pada awal April usai Ankara menyetujuinya.
Sementara Swedia masih mendapat ganjalan dari Turkiye untuk bergabung menjadi anggota NATO.
https://www.kompas.com/global/read/2023/04/14/122900770/rakyat-molodva-ogah-negaranya-gabung-nato