KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Baru-baru ini sepasang suami istri di Malaysia dikagetkan dengan kabar meninggalnya putra mereka yang tinggal terpisah.
Pihak keluarga itu pun lantas menyiapkan prosesi pemakaman.
Tapi, ketika sudah siap untuk memulai kremasi, mereka tiba-tiba menerima telepon dari Departemen Lapas.
Keluarga dari Taman Desa Permai, Tampin, Negeri Sembilan itu diberi tahu bahwa putra mereka masih hidup.
Sang anak disebut masih berada di Penjara Sungai Buloh atau masih dalam tahanan Departemen Lapas.
Sedangkan, jenazah yang hendak dikremasi sebenarnya adalah teman satu selnya.
Kepala keluarga yang hanya ingin dikenal sebagai Chantren (45) bercerita bahwa putra mereka yang sebelumnya tinggal di Selayang telah ditangkap pada 28 Februari dan ditahan di Penjara Sungai Buloh.
Dia menyebut, pihak keluarga telah diberitahu pada 3 Maret bahwa putra mereka jatuh pingsan saat di penjara dan meninggal dalam tahanan sehari sebelumnya.
Pihak keluarga juga diberitahu bahwa mereka dapat mengambil jenazah di Rumah Sakit Sungai Buloh.
“Kami pergi ke rumah sakit pada 3 Maret. Namun, kami tidak diizinkan untuk melihat jenazahnya. Kami juga diberitahu bahwa pemeriksaan post-mortem telah selesai," ungkap Chantren.
Dia menyampaikan, pihak keluarga lalu diminta untuk kembali keesokan harinya pada Sabtu (4/3/2023).
Chantren menyebut, setelah menandatangani dokumen yang diperlukan, pihaknya diizinkan untuk melihat jenazah.
Namun, saat melihat jenazah, kata dia, pihak keluarga ragu karena tidak mirip dengan putra mereka.
"Ada bekas operasi dan jahitan di kepalanya. Kepalanya juga dicukur bersih," ujarnya, sebagaimana diberitakan Straits Times (ST) pada Minggu (5/3/2023).
Meski demikian, dia menuturkan, keluarganya memutsiakn untuk tetap mengeklaim jenazah tersebut. Sebab, pihak keluarga yakin ketidakmiripan itu disebabkan oleh dampak pemeriksaan post-mortem.
Mereka membawa pulang jenazah pada Sabtu malam dan membuat persiapan untuk mengkremasi jenazah pada Minggu pukul 10.00 pagi.
"Seluruh keluarga berduka dan membuat persiapan. Hari ini, saat hendak mengkremasi jenazah di krematorium, kami menerima telepon dari Departemen Lapas. Mereka mengatakan bahwa kami memiliki tubuh yang salah. Tubuh itu teman satu selnya yang meninggal karena gagal paru-paru," jelas Chantren.
Dia mengatakan, petugas Departemen memberi tahu bahwa putranya masih hidup.
Mendapati hal tersebut, dia langsung meminta video call dengan putranya dan benar sang anak masih hidup.
Chantren mengatakan keluarga terkejut dengan berita itu.
“Putra kami ditangkap polisi, kami diberitahu dia sudah meninggal. Ini semua sangat membingungkan," kata dia.
Chantren mengatakan, keluarga telah mengeluarkan sekitar 20.000 ringgit Malaysia untuk menyewa tenda, menyediakan makanan, serta biaya kremasi.
"Bagaimana hal seperti itu bisa terjadi?" keluhnya.
Ibu anak laki-laki tersebut, yang hanya ingin dikenal sebagai Parameiswary (48) mengaku telah mengajukan laporan ke kantor polisi Jinjang terkait masalah tersebut.
Dia ingin pihak berwenang untuk menyelidiki masalah ini.
“Kami tidak hanya menginginkan pernyataan lisan, kami menginginkan ini secara tertulis. Kami juga ingin melihat putra kami untuk memastikan bahwa dia masih hidup. Ini bukan masalah kecil, ini benar-benar masalah hidup dan mati," ucap dia.
https://www.kompas.com/global/read/2023/03/06/204100470/sudah-pasang-tenda-pemakaman-keluarga-ini-ternyata-keliru-terima-jenazah