Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Pilu Remaja dengan “Sindrom Manusia Serigala", Kerap Dirundung hingga Dilempari Batu

NEW DELHI, KOMPAS.com - Seorang remaja India mengungkap pengalaman pilu yang kerap diterimanya karena memiliki kondisi langka "sindrom manusia serigala," yang membuat sekujur tubuhnya dipenuhi rambut lebat.

Lalit Patidar kerap mendapat intimidasi hingga dijuluki sebagai "manusia serigala" oleh orang-orang di sekitarnya, karena hampir semua permukaan kulitnya tertutup rambut yang lebat.

“Ketika saya masih muda, orang-orang melempari saya dengan batu,” kata Patidar (17 tahun) kepada Media Drum World tentang rambut keritingnya yang tebal.

“Anak-anak khawatir saya akan menggigit mereka seperti binatang,” kenangnya.

Berbeda dari sejak kecil

Patidar dilaporkan menderita kondisi itu "sepanjang hidupnya," meski dia sendiri baru sadar ada yang berbeda dari kondisinya saat beranjak remaja.

“Orang tua saya mengatakan bahwa dokter mencukur saya saat lahir, tetapi saya tidak benar-benar menyadari ada yang berbeda pada diri saya sampai saya berusia sekitar 6 atau 7 tahun,” jelas remaja yang masih duduk di sekolah menengah.

“Saat itulah saya pertama kali memperhatikan bahwa rambut tumbuh di sekujur tubuh saya tidak seperti orang lain yang saya kenal.”

Dokter kemudian mendiagnosis Patidar dengan hipertrikosis, yang menurutnya aneh karena tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit tersebut.

Anggota keluarga dan orang tuanya memberikan perhatian khusus karena khawatir akan kondisinya.

“Anak-anak kecil biasanya takut melihat saya, tapi karena saya masih anak-anak saya tidak tahu kenapa mereka begitu.”

Sasaran perundungan

Seiring berjalannya waktu, Patidar semakin menyadari bahwa dirinya berbeda dengan anak-anak lainnya.

“Ketika saya tumbuh dewasa, saya menyadari bahwa seluruh tubuh saya memiliki rambut dan itu tidak seperti orang lain,” kata remaja tersebut.

Dia mengaku menjadi sasaran perundungan karena penampilannya yang tidak biasa. Pengganggu bahkan akan melemparinya dengan batu.

“Teman-teman sekolahku dulu sering menggodaku. Mereka akan meneriaki aku ‘monyet monyet’,” keluh Patidar dilansir dari New York Post.

“Orang-orang juga menggoda saya dengan menyebut saya hantu, mereka mengira saya semacam makhluk mitos.”

Dia menambahkan, “Saya melihat orang tua menjauhkan anak-anak kecil mereka dari saya. Saya sedih karena mereka takut pada saya.”

Merangkul keunikan

Untungnya, bukannya berkecil hati, Patidar sejak itu justru belajar merangkul kondisi tubuhnya yang unik.

Dia tidak membiarkan cemoohan orang menghalanginya untuk menjalani kehidupan yang bahagia dan memuaskan.

“Saya berbeda dari manusia biasa dalam hal yang baik, saya unik,” ujarnya.

“Perlahan semua orang di keluarga saya mulai merasa normal tentang hal itu dan teman-teman saya juga banyak menyemangati saya.”

Patidar kini mulai menceritakan kisah hidupnya melalui blog dan video. Dia pun bermimpi kelak bisa menjadi YouTuber terkenal.

Dia merasa bahwa penampilan fisik seharusnya tidak menghalangi seseorang untuk mengejar impiannya.

"Saya tidak boleh menyerah dan menjalani hidup secara penuh, saya selalu ingin maju dan bahagia."

Apa itu hipertrikosis?

National Library of Medicine mendefinisikan hipertrikosis sebagai kelainan yang membuat "pertumbuhan rambut berlebihan di bagian tubuh mana pun."

Kelainan itu masih terbagi menjadi dua jenis, yaitu hipertrikosis umum (yang terjadi di seluruh tubuh) dan versi lokal (yang terbatas pada bagian tubuh tertentu).

Hipertrikosis dapat muncul saat lahir atau muncul di masa dewasa.

Penyakit yang juga dikenal sebagai "sindrom manusia serigala" ini sangat langka, dengan kurang dari 100 kasus yang tercatat sejak abad pertengahan.

Sampai sekarang, tidak ada obat untuk hipertrikosis. Orang yang memiliki sindrom ini biasanya akan memelihara surai abadi mereka melalui pemangkasan, pencukuran, waxing, laser, dan metode penghilangan rambut lainnya.

https://www.kompas.com/global/read/2022/11/27/213100570/kisah-pilu-remaja-dengan-sindrom-manusia-serigala-kerap-dirundung-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke