Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Pengungsi Ukraina Memilih Pulang Meski Perang Belum Selesai, Lelah Jadi Tunawisma dan Kelaparan

WARSAWA, KOMPAS.com - Pengungsi Ukraina memilih untuk kembali ke tanah air karena lelah terlunta-lunta mencari suaka, meski masih ada risiko serangan Rusia.

Kepada Insider, Natalia Kulish (34 tahun) mengaku harus membuat pilihan yang menyakitkan.

Dia bisa tinggal di Polandia bersama kedua anaknya, atau menjadi tunawisma sambil menunggu visa Inggris yang ternyata perlu waktu lama untuk dikeluarkan.

Pilihan ketiganya adalah untuk kembali ke Ukraina yang dilanda perang, menyatukan kembali anak-anaknya dengan ayah, namun berisiko menempatkan mereka pada ancaman serangan bom.

Kulish memilih yang terakhir.

Dia salah satu dari beberapa keluarga pengungsi yang terpaksa memutuskan untuk kembali ke Ukraina, daripada menunggu tanpa batas waktu, sampai Inggris memproses dokumen mereka.

Kulish melarikan diri dari Dnipro, di Ukraina barat, bersama anak-anaknya — Mariia (11 tahun), dan Luke (4 tahun) — pada 16 Maret.

Mereka pergi ke Warsawa, di mana seorang pria Polandia setuju untuk sementara menampung mereka di apartemennya, sambil menunggu visa mereka dikeluarkan.

Mereka melamar program Rumah untuk Ukraina pada 18 Maret, hari peluncurannya. Program itu akan mencocokkan orang atau organisasi di Inggris dengan individu yang melarikan diri dari Ukraina dan menawarkan mereka tempat tinggal.

Kulish diberi tahu bahwa dia akan menerima visa dalam waktu empat hari, katanya kepada Insider.

Keluarga Kulish kemudian berencana terbang ke Inggris untuk memulai hidup baru dengan keluarga sponsor di Hampshire, Inggris, atau begitulah harapan mereka.

Dua minggu berlalu, dan visa masih belum dikeluarkan. Pada titik ini, Kulish dan keluarganya tidak bisa lagi tinggal di apartemen Warsawa dengan satu kamar tidur.

"Di Warsawa, ada banyak orang yang datang dari Ukraina, dan tidak ada kesempatan untuk menyewa rumah dengan harga terjangkau," katanya kepada Insider.

Menghadapi kemungkinan menjadi tunawisma, Kulish memutuskan untuk kembali ke rumahnya di Ukraina pada 2 April.

Kembali di Dnipro, Kulish berkata, "malam berlalu dengan kecemasan". Dia dan anak-anaknya harus mendengarkan sirene meraung di Ukraina, sembari menunggu dengan tidak sabar hingga visa mereka disetujui.

Pada Kamis (7/4/2022) malam, keluarga lain kembali ke rumah mereka di zona perang.

Nina (43 tahun), Liliia (21 tahun), dan bayi yang baru lahir, Platon. Mereka melarikan diri ke Polandia dari Ukraina dengan berjalan kaki bulan lalu.

Begitu tiba di Polandia, mereka mengajukan permohonan visa “Homes for Ukraina” (Rumah untuk Ukraina). Leila Majewska, yang berkebangsaan Polandia tetapi tinggal di Derby, Inggris, berpasangan dengan Nina, Liliia, dan Platon di grup Facebook.

Majewska segera mulai mempersiapkan rumahnya untuk keluarga. Dia membeli tempat tidur bayi dan kereta dorong bayi dan dengan sabar menunggu kedatangan mereka.

Tapi ternyata proses aplikasi visa berlarut-larut. Majewska terbang ke Warsawa dan mengunjungi pusat visa bersama mereka. Majewska mengatakan keluarga diberitahu bahwa visa akan memakan waktu lima hari untuk diproses.

Tetapi 17 hari sudah berlalu, kata sponsor mereka. Nina serta Liliia pun menyadari bahwa tinggal di Warsawa tanpa batas waktu tidak lagi layak.

Majewska mengatakan dia frustrasi dengan lamanya proses visa Inggris. "Jika mereka mendapatkan visa tepat waktu, mereka tidak akan berada di sana, dan mereka akan aman dan nyaman," katanya.

Menurutnya hidup di tengah peperangan memiliki efek negatif pada kesehatan mental keluarga. "Ini penangguhan, menunggu sesuatu, tetapi Anda tidak tahu apakah itu akan benar-benar terjadi," katanya.

https://www.kompas.com/global/read/2022/04/10/161147970/cerita-pengungsi-ukraina-memilih-pulang-meski-perang-belum-selesai-lelah

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke