Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jenderal Keempat Terbunuh, Taktik Perang Rusia Dipertanyakan, Strategi Ukraina Jadi Sorotan

KYIV, KOMPAS.com - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengeklaim jenderal keempat Rusia tewas dalam serangan Rusia ke Ukraina.

Dia tidak menyebutkan nama perwira itu, tetapi seorang penasihat kementerian dalam negeri Ukraina mengatakan bahwa Mayor Jenderal Oleg Mityaev dibunuh oleh Batalyon Azov yang berhaluan sayap kanan.

Jenderal Mityaev tewas di dekat Mariupol, kata media Ukraina sebagaimana dilansir BBC pada Selasa (16/3/2022).

Oleg Mityaev adalah jenderal keempat Rusia yang dilaporkan tewas dalam serangan Rusia ke Ukraina.

Kondisi ini membuat beberapa orang bertanya mengapa anggota senior militer Rusia ditempatkan begitu dekat dengan garis depan perang.

Analis percaya bahwa sekitar 20 jenderal memimpin operasi Rusia di Ukraina, yang berarti bahwa jika semua kematian yang dilaporkan dikonfirmasi, seperlima jenderal Rusia telah tewas dalam invasi ke Ukraina.

Target terencana

Dengan kerugian yang begitu tinggi, beberapa ahli meyakini para jenderal tidak hanya berada di tempat yang salah pada waktu yang salah, tetapi Ukraina kemungkinan akan menargetkan perwira tinggi Rusia.

"Saya tidak berpikir ini kecelakaan. Satu kecelakaan, tapi ini banyak yang ditargetkan", Rita Konaev dari Universitas Georgetown mengatakan kepada BBC.

Berbicara kepada Wall Street Journal, seseorang di lingkaran dalam Presiden Zelensky mengatakan Ukraina memiliki tim intelijen militer, yang didedikasikan untuk menargetkan kelas perwira Rusia.

"Mereka mencari jenderal, pilot, komandan artileri yang terkenal," kata orang itu kepada surat kabar itu.

Dengan militer Ukraina kalah jumlah, penargetan individu tingkat tinggi bisa menjadi bagian penting dari perang informasi, menurut Konaev.

"Dengan asumsi ada unsur penargetan, ini (kematian jendral Rusia) memberi dorongan moral Ukraina sendiri. Ada unsur kemenangan. Ini menginspirasi."

Agar Ukraina bisa menargetkan perwira Rusia tertentu, ia perlu mengetahui posisi mereka. Analis mengatakan Rusia menggunakan saluran komunikasi terbuka, yang dapat memberikan petunjuk tentang di mana target tertentu berada.

"Jika Rusia menggunakan ponsel atau radio analog untuk berkomunikasi dengan perwira senior, Ukraina memiliki segalanya di pihak mereka," kata analis pertahanan Konrad Muzyka dari Rochan Consulting kepada BBC.

Setelah kematian perwira senior lainnya, Mayor Jenderal Vitaly Gerasimov, Ukraina merilis rekaman yang diklaim sebagai dua petugas keamanan Rusia. Di dalamnya mereka membahas kematian sang jenderal, dan mengeluh bahwa jaringan komunikasi pasukannya tidak aman.

Di garis depan

Penempatan perwira tinggi Rusia yang begitu dekat ke medan perang dinilai tidak biasa mengingat bahaya yang mengintai mereka.

Sumber-sumber barat meyakini militer Rusia melakukan itu untuk mendapatkan kendali atas operasi yang mandek parah di beberapa daerah.

Militer Rusia juga secara tradisional “berat di atas”, dengan perwira sering memimpin kegiatan sehari-hari, kata Muzyka.

Meskipun ini mulai berubah, menurutnya itu bisa menjelaskan mengapa para jenderal merasa perlu untuk mengarahkan operasi dari depan.

"Dalam beberapa tahun terakhir, perubahan besar dilakukan untuk memaksa komandan batalyon berpikir secara independen, dengan memberi mereka kebebasan membuat keputusan", kata Muzyka.

"Tapi ini baru diperkenalkan tiga tahun lalu, jadi mungkin itu belum berdampak baik pada kinerja mereka".

Sementara menurut Konaev, rincian kematian para jenderal Rusia tidak jelas dan sulit mendapatkan fakta yang kuat dari lapangan.

Ada anggapan bahwa mereka semua terjebak dalam pertempuran di garis depan, tetapi itu belum tentu demikian.

"Itu tidak berarti para jenderal berada di garis depan. Mereka bisa saja transit atau memeriksa jalur pasokan misalnya," katanya kepada BBC.

Batalyon Azov sayap kanan Ukraina, mengklaim telah membunuhnya.

Dia adalah komandan divisi senapan mesin ke-150 militer Rusia. Unit ini relatif baru, dibentuk pada 2016, dan berbasis di wilayah Rostov dekat perbatasan Ukraina.

Ukraina mengeklaim unit itu dibuat untuk mengambil bagian dalam konflik di wilayah yang dikuasai separatis di Ukraina timur. Rusia menyangkal militernya terlibat dalam pertempuran di sana.

Sebelumnya, Mayor Jenderal Andrei Kolesnikov, dari tentara gabungan ke-29, dilaporkan tewas dalam pertempuran pada 11 Maret, menurut sumber resmi Ukraina. Keadaan kematiannya tidak diberikan.

Setelah Kolesnikov menjadi jenderal Rusia ketiga yang dilaporkan tewas di Ukraina, seorang pejabat barat mengatakan kepada AP, bahwa militer Rusia mungkin mengalami kemunduran moral. Oleh karena itu perwira militer berpangkat tinggi bergerak lebih dekat ke garis depan.

Mayor Jenderal Vitaly Gerasimov, kepala staf tentara gabungan ke-41 Rusia, tewas pada 7 Maret di luar kota timur Kharkiv, menurut kementerian pertahanan Ukraina.

Kharkiv, yang dekat dengan perbatasan Rusia, mendapat serangan terus menerus dari pasukan Rusia.

Gerasimov terlibat dalam perang Chechnya kedua, operasi militer Rusia di Suriah, dan dalam pencaplokan Krimea oleh Rusia pada 2014.

Mayor Jenderal Andrey Sukhovetsky, seorang wakil komandan di unit yang sama dengan Gerasimov, dilaporkan tewas oleh penembak jitu pada 3 Maret.

Seperti Gerasimov, Sukhovetsky adalah bagian dari operasi militer Rusia di Krimea dan di Suriah.

Berbeda dengan jenderal lainnya, kematian Sukhovetsky dilaporkan di media Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin juga mengonfirmasi dalam pidatonya ketika itu bahwa seorang jenderal telah meninggal di Ukraina.

https://www.kompas.com/global/read/2022/03/17/170000670/jenderal-keempat-terbunuh-taktik-perang-rusia-dipertanyakan-strategi

Terkini Lainnya

Israel Sebut Perang Lawan Hamas di Gaza Bisa sampai Akhir 2024

Israel Sebut Perang Lawan Hamas di Gaza Bisa sampai Akhir 2024

Global
[POPULER GLOBAL] Politisi AS Tulisi Rudal Israel | Taiwan Minta Dukungan Indonesia

[POPULER GLOBAL] Politisi AS Tulisi Rudal Israel | Taiwan Minta Dukungan Indonesia

Global
Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Global
Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Global
Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Global
Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Global
 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Bagaimana Rencana 'The Day After' Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Bagaimana Rencana "The Day After" Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke