Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perlawanan di Kota-kota Ukraina yang Diduduki Rusia Usai Pejabat Pro-Kremlin Coba Dipasang

MELITOPOL, KOMPAS.com - Rusia menghadapi bentuk perlawanan baru di kota-kota yang telah direbutnya di Ukraina, di mana upaya untuk menculik dan mengganti para pemimpin administratif telah mendapat penolakan hukum dan protes publik yang menantang.

Pasukan Rusia telah menahan walikota dari setidaknya dua wilayah, kata pejabat Ukraina, dan menggantikan satu dengan anggota oposisi pro-Kremlin.

Anggota parlemen di kota ketiga yang diduduki Rusia mengatakan Moskwa sedang meletakkan dasar sedang untuk kudeta politik.

Meskipun mengatasi perlawanan militer Ukraina yang signifikan untuk menduduki wilayah tersebut, upaya untuk menggulingkan para pemimpin lokal telah menyebabkan kesulitan baru bagi Moskwa.

Pengkhianatan

Jaksa Agung Ukraina telah membuka penyelidikan pengkhianatan terhadap Galina Danilchenko, Wali Kota baru Melitopol yang diduduki Rusia di Ukraina tenggara, setelah Wali Kota terpilih kota itu, Ivan Fedorov, ditangkap oleh orang-orang bersenjata pada Jumat (11/3/2022).

CNN mewartakan bahwa langkah itu menyusul permohonan pada Minggu (13/3/2022) oleh anggota parlemen kota, untuk penyelidikan kriminal Danilchenko atas apa yang mereka sebut "kejahatan pengkhianatan tingkat tinggi, karena mencoba mendirikan pemerintahan pendudukan di Melitopol."

Dewan kota menuduh Danilchenko membubarkan pemerintah kota dan mengalihkan kekuasaannya kepada Komite Deputi Rakyat.

Danilchenko merupakan mantan anggota dewan kota, menurut situs web administrasi regional Zaporizhzhia. Dia menyatakan dirinya sebagai pemimpin lokal dan segera mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi Minggu (13/3/2022), bahwa "saluran TV Rusia" akan mulai mengudara di kota, yang telah diduduki oleh Rusia sejak hari-hari pertama invasi.

Kenaikannya disambut oleh protes marah warga pada Sabtu (12/3/2022). Beberapa ratus orang berdemonstrasi di luar balai kota, meneriakkan "Kebebasan untuk Walikota" dan "Fedorov."

Jaksa regional Luhansk yang didukung Rusia, wilayah yang dikuasai separatis hampir 300 mil dari Melitopol, mengklaim alasan penangkapan Fedorov adalah bahwa ia telah melakukan pelanggaran terorisme.

Wali Kota kedua - Yevhen Matveyev, pemimpin Dniprorudne, sebuah kota kecil di utara Melitopol - diculik oleh pasukan Rusia pada Minggu (13/3/2022), menurut Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba.

"Hari ini, penjahat perang Rusia menculik Wali Kota Ukraina yang terpilih secara demokratis, kepala Dniprorudne Yevhen Matveyev. Tanpa dukungan lokal, penjajah beralih ke teror. Saya menyerukan semua negara bagian dan organisasi internasional untuk menghentikan teror Rusia terhadap Ukraina dan demokrasi," cuit Kuleba di Twitter.

CNN tidak dapat secara independen mengonfirmasi klaim tersebut.

Upaya mengubah struktur politik

Dan di kota selatan Kherson, pertempuran politik sedang berlangsung untuk mencegah kota yang diduduki berubah menjadi republik pro-Rusia yang memisahkan diri.

Ihor Kolykhaiev, Wali Kota Kherson, mengatakan protes massal menunjukkan bahwa "Kherson adalah Ukraina" dan bersikeras bahwa dia mempertahankan kendali administratif kota.

Berbicara dalam sebuah video yang diunggah di Facebook pada Minggu (13/3/2022), Kolykhaiev mengatakan, "kota ini hidup dalam mode normal, Dewan Kota bekerja, semua deputi sedang bekerja, semua perusahaan utilitas berdiri dan berjalan. Kantor Wali Kota Kherson memiliki bendera melambai di depan. Kherson adalah Ukraina."

Kherson telah diduduki oleh pasukan Rusia sejak Kamis (3/3/2022). Dalam beberapa hari terakhir, setidaknya satu pejabat dewan regional Kherson memperingatkan bahwa pasukan pendudukan sedang meletakkan dasar bagi "Republik Rakyat Kherson."

Minggu (13/3/2022) pagi, ratusan demonstran memadati jalan-jalan kota yang diduduki Rusia untuk memprotes dugaan rencana Rusia.

Wali Kota mengatakan itu adalah "protes damai untuk menunjukkan bahwa posisi warga adalah bahwa Kherson adalah Ukraina."

Menyinggung laporan manuver politik Rusia, Kolykhaiev memperingatkan bahwa "tampaknya ada pembicaraan di belakang layar yang diadakan, dan orang-orang yang ingin mengubah struktur politik negara kita dan selatan Ukraina mencoba mempengaruhi situasi ini."

Ketika pasukan Rusia perlahan-lahan merambah kota-kota besar Ukraina lainnya, tingkat pembangkangan di lokasi yang diduduki dapat menandakan pertempuran yang panjang dan sulit bagi Moskwa untuk mengkonsolidasikan kekuatan politik, jika berhasil dalam tujuan militer langsungnya.

Sementara itu, situasi kemanusiaan bagi warga Ukraina di kota-kota pendudukan terus memburuk.

Kolykhaiev mengatakan kurang dari dua minggu setelah penduduka Rusia, wilayah Kherson telah terputus dari bantuan kemanusiaan dan kehabisan sumber daya.

Dia mengatakan kota itu "tidak dapat menerima kargo kemanusiaan. Makanan sudah habis di toko-toko, kami kehabisan bensin, kami hanya memiliki minyak solar yang tersisa di pompa bensin. Kami kehabisan obat-obatan dan insulin."

“Senjata utama kami adalah persatuan,” katanya.

https://www.kompas.com/global/read/2022/03/15/180000170/perlawanan-di-kota-kota-ukraina-yang-diduduki-rusia-usai-pejabat-pro

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke