Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Panic Buying Terjadi di Hong Kong, Warga Khawatir Akan Lockdown Ketat Jelang Tes Covid Massal

HONG KONG, KOMPAS.com - Panic buying terjadi di Hong Kong pada Selasa (1/3/2022) jelang tes Covid-19 massal di kota finansial China ini.

Warga Hong Kong melucuti rak-rak toko simpang siurnya informasi dari pemerintah mengenai apakah mereka merencanakan lockdown keras seperti di China bulan ini.

Ketidakpastian atas aturan Covid-19 Hong Kong telah membuat penduduk kota berbondong-bondong ke supermarket, apotek, dan toko sayuran untuk membeli, membuat rak kosong di seluruh kota.

Foto yang beredar di media sosial menunjukkan orang kesulitan menemukan berbagai barang termasuk daging, sayuran, makanan beku, mie, parasetamol, dan alat tes Covid-19.

Pusat keuangan itu berada dalam cengkeraman wabah virus corona terburuk. Covid-19 Hong Kong mencatat puluhan ribu kasus baru setiap hari, membanjiri rumah sakit dan menghancurkan strategi nol-Covid kota.

Pihak berwenang berencana untuk menguji semua 7,4 juta penduduk bulan ini, dan mengisolasi semua infeksi baik di rumah atau di serangkaian kamp yang masih dibangun dengan bantuan China daratan.

Pemimpin kota Carrie Lam pada awalnya mengesampingkan penguncian gaya China daratan di mana orang-orang dikurung di rumah mereka selama periode pengujian.

Tetapi pada Senin (28/2/2022), kepala kesehatan Sophia Chan mengonfirmasi itu masih bahwa opsi itu masih dipertimbangkan. Hal itu disampaikan sehari setelah seorang pejabat kesehatan senior China menggambarkan penanganan itu sebagai pilihan terbaik.

Dilansir dari AFP mengutip media SCMP melaporkan bahwa opsi yang disukai saat ini adalah "penguncian skala besar" sembilan hari, di mana sebagian besar penduduk hanya akan diizinkan keluar untuk membeli makanan.

Sebagai salah satu kota terpadat di Bumi, supermarket Hong Kong memiliki ruang penyimpanan terbatas. Gelombang panic buying hari ini pun mengingatkan akan kejadian serupa pada awal pandemi dua tahun lalu.

Apartemen kota ini juga merupakan salah satu yang terkecil di dunia yang menyisakan sedikit ruang untuk penyimpanan.

Aturan berubah setiap hari

Sebagian besar makanan HongKong diimpor dari daratan China. Krisis pasokan saat ini telah diperburuk oleh pengemudi truk lintas batas yang terinfeksi oleh varian Omicron yang menular dengan cepat.

Lebih dari 190.000 infeksi telah dicatat dalam dua bulan terakhir dibandingkan dengan hanya 12.000 untuk selama masa pandemi sebelumnya.

Pemerintah mengeluarkan pernyataan Senin (28/2/2022) malam yang mengatakan persediaan makanan tetap konstan dan tidak perlu punic buying.

"Anda tidak perlu khawatir tentang makanan dan kebutuhan lainnya, Hong Kong memiliki persediaan barang dan material yang cukup," kata pejabat nomor dua kota itu John Lee kepada wartawan saat ia memimpin pembukaan fasilitas isolasi 3.900 tempat tidur di mana pasien dengan infeksi Covid-19 ringan akan mendapat perawatan.

Namun para analis mengatakan ketidakpastian dan ketidakpercayaan memicu kebiasaan punic buying konsumen.

"Kami memiliki begitu banyak pertanyaan tetapi semua jawaban 'akan dikonfirmasi'," Chan Ka-lok, seorang sarjana politik internasional di Baptist University, menulis di media sosial.

Tom Grundy, editor situs berita Hong Kong Free Press, menggambarkan punic buying sebagai "kegagalan besar komunikasi pemerintah".

"Aturan berubah setiap beberapa hari, perubahan kebijakan, statistik gagal, pengungkapan data yang buruk," tulisnya di Twitter.

Kepercayaan pada jaminan pemerintah rendah di Hong Kong, di mana pihak berwenang telah melakukan tindakan keras selama dua tahun terhadap perbedaan pendapat setelah protes demokrasi besar-besaran dan memiliki sejarah mengingkari janji.

Keputusan untuk menguji penduduk secara massal itu sendiri merupakan perubahan kebijakan Pemimpin Kota Lam, sebelumnya mengesampingkan langkah seperti itu sebelum mendukungnya bulan lalu.

https://www.kompas.com/global/read/2022/03/01/183000370/panic-buying-terjadi-di-hong-kong-warga-khawatir-akan-lockdown-ketat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke