Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pemanasan Global Sebabkan Tanaman Mekar Lebih Awal, Apa Dampaknya?

LONDON, KOMPAS.com - Para ilmuwan di Inggris pada Rabu (2/2/2022) mengatakan, kenaikan suhu menyebabkan beberapa tanaman mekar lebih awal hampir sebulan sebelumnya, yang menimbulkan risiko kerusakan akibat embun beku dan mengganggu siklus makan hewan.

Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di University of Cambridge mengamati lebih dari 400.000 tanaman mekar dari 406 spesies pohon, semak, herba, dan tanaman merambat di seluruh Inggris. Mereka menemukan rata-rata masa berbunga pertama antara 1987 hingga 2019 adalah 30 hari lebih awal dari tanggal rata-rata 1753 hingga 1986.

Pola berbunga disimpan dalam database yang disebut "Kalender Alam" yang berisi pengamatan oleh para ilmuwan, naturalis, tukang kebun amatir, dan profesional selama lebih dari 200 tahun.

Hasilnya disebut benar-benar mengkhawatirkan karena ancaman ekologis yang ditimbulkan oleh proses berbunga yang lebih awal ini, kata profesor Ulf Buntgen, yang memimpin penelitian.

Buntgen menambahkan bahwa cuaca seperti musim semi di Inggris bisa menjadi lebih umum pada Februari yang dingin, jika suhu global terus meningkat pada tingkat saat ini. Perubahan siklus yang cepat ini dapat berdampak pada hutan, pertanian, dan kebun.

Apa risiko tanaman berbunga lebih awal?

Embun beku yang terlambat dapat membunuh atau merusak tanaman yang mekar terlalu dini. Namun, para peneliti mengatakan, ancaman terbesar adalah satwa liar seperti burung dan serangga yang telah berevolusi, di mana tahap perkembangan mereka selaras dengan pola berbunga tanaman yang mereka andalkan untuk bertahan hidup.

Jika siklus ini tidak lagi dalam fase yang sama, hasilnya disebut sebagai ketidaksesuaian ekologis.

"Tanaman tertentu yang berbunga, menarik jenis serangga tertentu, menarik jenis burung tertentu, dan seterusnya," kata Bentgen dalam siaran pers.

"Namun, jika satu komponen merespons lebih cepat daripada yang lain, ada risiko bahwa mereka tidak sinkron, yang dapat menyebabkan spesies runtuh jika mereka tidak dapat beradaptasi dengan cukup cepat," tambahnya.

Pergeseran terbesar ke pembungaan lebih awal, pada 32 hari, ditemukan pada tumbuhan, yang mampu menjalani adaptasi genetik cepat. Buntgen mengatakan perubahan itu sangat besar.

Buntgen mengatakan, lebih banyak data diperlukan untuk mempelajari dampak pembungaan sebelumnya pada ekosistem yang lebih luas.

Pada Januari, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa tujuh tahun terakhir telah menjadi tahun yang terpanas yang pernah tercatat, dengan suhu global rata-rata pada tahun 2021 sekitar 1,11 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri.

https://www.kompas.com/global/read/2022/02/03/220100370/pemanasan-global-sebabkan-tanaman-mekar-lebih-awal-apa-dampaknya

Terkini Lainnya

Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Internasional
Gelombang Panas India Capai 47,4 Derajat Celsius, Sekolah di New Delhi Tutup

Gelombang Panas India Capai 47,4 Derajat Celsius, Sekolah di New Delhi Tutup

Global
ChatGPT Tangguhkan Suara AI Mirip Scarlett Johansson

ChatGPT Tangguhkan Suara AI Mirip Scarlett Johansson

Global
Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Parah, 1 Penumpang Tewas, 30 Terluka

Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Parah, 1 Penumpang Tewas, 30 Terluka

Global
Rusia Tuduh AS Akan Taruh Senjata di Luar Angkasa

Rusia Tuduh AS Akan Taruh Senjata di Luar Angkasa

Global
Panglima Hamas yang Dalangi Serangan 7 Oktober Diburu di Luar Gaza

Panglima Hamas yang Dalangi Serangan 7 Oktober Diburu di Luar Gaza

Global
Teroris Serang Kantor Polisi Malaysia, Singapura Waspada

Teroris Serang Kantor Polisi Malaysia, Singapura Waspada

Global
Kesal dengan Ulah Turis, Warga Jepang Tutup Pemandangan Gunung Fuji

Kesal dengan Ulah Turis, Warga Jepang Tutup Pemandangan Gunung Fuji

Global
Iran Setelah Presiden Ebrahim Raisi Tewas, Apa yang Akan Berubah?

Iran Setelah Presiden Ebrahim Raisi Tewas, Apa yang Akan Berubah?

Internasional
AS Tak Berencana Kirimkan Pelatih Militer ke Ukraina

AS Tak Berencana Kirimkan Pelatih Militer ke Ukraina

Global
WNI di Singapura Luncurkan 'MISI', Saling Dukung di Bidang Pendidikan dan Pengembangan Profesional

WNI di Singapura Luncurkan "MISI", Saling Dukung di Bidang Pendidikan dan Pengembangan Profesional

Global
Sebelum Tewas, Raisi Diproyeksikan Jadi Kandidat Utama Pemimpin Tertinggi Iran

Sebelum Tewas, Raisi Diproyeksikan Jadi Kandidat Utama Pemimpin Tertinggi Iran

Global
Biden Sebut Serangan Israel Bukan Genosida Saat Korban Tewas di Gaza Capai 35.562 Orang

Biden Sebut Serangan Israel Bukan Genosida Saat Korban Tewas di Gaza Capai 35.562 Orang

Global
Israel: 4 Jenazah Sandera Diambil dari Terowongan Gaza

Israel: 4 Jenazah Sandera Diambil dari Terowongan Gaza

Global
Polandia Tangkap 9 Orang yang Diduga Bantu Rencana Sabotase Rusia

Polandia Tangkap 9 Orang yang Diduga Bantu Rencana Sabotase Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke