Media Siprus melaporkan penemuan itu pada Sabtu (8/1/2022), menggambarkannya sebagai latar belakang genetik varian Delta bersama dengan beberapa mutasi Omicron.
Meskipun ada kemungkinan menggabungkan virus corona secara genetik, itu jarang terjadi, dan para ilmuwan yang menganalisis penemuan yang disebut "Deltacron" mengatakan, itu tidak mungkin.
"Urutan 'Deltacron' Siprus yang dilaporkan oleh beberapa media besar terlihat jelas merupakan kontaminasi," ujar Tom Peacock, ahli virologi dengan departemen penyakit menular di Imperial College London, dalam twitnya akhir pekan lalu.
"Ini hampir pasti bukan rekombinan biologis dari garis keturunan Delta dan Omicron," katanya pada Senin dikutip dari AFP.
Para ilmuwan sangat ingin melawan banjir disinformasi tentang Covid-19, yang sebagian besar beredar secara online.
Pekan lalu, laporan yang belum diverifikasi muncul tentang virus "florona" atau "flurone" - kombinasi flu dan virus corona - yang ditolak Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin.
"Jangan gunakan kata-kata seperti Deltacron, florona atau flurone. Tolong," tulis Maria van Kerkhove, ahli epidemiologi penyakit menular di WHO, di Twitter.
"Kata-kata tersebut menyiratkan kombinasi virus/varian dan itu tidak terjadi," katanya.
Walaupun orang dapat menderita influenza dan virus corona pada saat yang sama, kedua virus itu tidak dapat bergabung.
Berbeda dengan varian baru Covid-19 seperti Omicron yang sangat berdampak pada jalannya pandemi, kasus infeksi simultan flu dan virus corona bukanlah hal baru.
Sejak awal pandemi, virus corona telah memunculkan belasan varian yang empat di antaranya ditetapkan menjadi perhatian oleh WHO, yakni Alpha, Beta, Delta, dan Omicron.
https://www.kompas.com/global/read/2022/01/11/091500470/pakar-inggris--deltacron-hasil-kesalahan-lab-bukan-varian-baru-covid-19