Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Elizabeth Holmes, “Miliarder Wanita Termuda Dunia” Divonis atas Penipuan Teknologi Kesehatan

KOMPAS.com - Pendiri Theranos, Elizabeth Holmes, dinyatakan bersalah menipu para investor dalam sidang yang telah berlangsung selama berbulan-bulan di Negara Bagian California, Amerika Serikat.

Jaksa penuntut umum mengatakan Holmes secara sadar berbohong mengenai teknologi, yang dia klaim bisa mendeteksi sejumlah penyakit dengan beberapa tetes darah.

Para juri berkesimpulan Holmes bersalah melakukan konspirasi penipuan terhadap para investor dan tiga dakwaan lainnya soal penipuan yang melibatkan transaksi elektronik.

Holmes membantah semua 11 dakwaan, yang masing-masing punya ancaman hukuman penjara maksimum 20 tahun.

Perempuan itu belum dibawa ke rumah tahanan karena sidang vonis hukuman belum bisa dipastikan tanggalnya.

Holmes sempat dijuluki "perempuan miliarder termuda di dunia" oleh majalah Forbes. Predikat "The next Steve Jobs" disematkan pula oleh Inc, majalah bisnis yang memajang wajahnya di sampul.

Pada 2014, Elizabeth Holmes, yang waktu itu berusia 30 tahun, dipuja-puja. Ia mendirikan perusahaan bernilai 9 miliar dollar AS (Rp128 triliun) yang disebut-sebut akan membawa revolusi dalam diagnosis penyakit.

Hanya dengan beberapa tetes darah, Theranos berjanji bahwa tes ini dapat mendeteksi kondisi kesehatan seperti kanker dan diabetes dengan cepat, tanpa perlu jarum suntik.

Para konglomerat, dari Henry Kissinger sampai Rupert Murdoch, ikut berinvestasi di perusahaan tersebut.

Namun pada 2015, kebohongan mulai terkuak, dan setahun kemudian, Holmes diekspos sebagai penipu. Teknologi yang ia gembar-gemborkan tidak berfungsi sama sekali, dan pada 2018 perusahaan yang ia dirikan pun kolaps.

Tekanan untuk sukses

Masih belum jelas mengapa Holmes mengambil risiko sebesar itu pada teknologi yang ia sendiri tahu tidak berfungsi. Kisahnya telah menjadi topik sebuah buku, dokumenter HBO, dan serial televisi serta film.

Holmes dibesarkan di sebuah keluarga kaya di Washington DC, dan merupakan anak yang sopan namun pemalu, menurut orang-orang yang mengenalnya.

Keluarganya bertahun-tahun hidup bertetangga dengan Holmes, namun mereka menjadi tidak akur ketika Theranos menggugatnya dalam perkara paten pada 2011 (yang sekarang sudah diselesaikan).

Orang tua Holmes menjalani sebagian besar karier mereka sebagai birokrat di pemerintahan AS. Namun "mereka sangat tertarik pada status" dan "hidup untuk menjalin koneksi", ungkapnya kepada BBC.

Pada usia sembilan tahun, Elizabeth muda menulis surat kepada ayahnya yang menyatakan bahwa hal yang "ia inginkan dalam hidup ialah menemukan hal baru, sesuatu yang tidak pernah terbayangkan oleh umat manusia".

Ketika ia masuk ke jurusan teknik kimia Universitas Stanford pada 2002, ia mengembangkan ide tentang plester yang dapat mendeteksi infeksi pada penggunanya dan melepaskan antibiotik sesuai kebutuhan.

Pada usia 18 tahun, ia telah memperlihatkan kekerasan pendirian yang tampaknya terus ia miliki dan mendorong perusahaan yang ia dirikan pada tahun berikutnya.

Phyllis Gardner, pakar farmakologi klinis di Stanford, pernah berdiskusi dengan Holmes tentang ide plesternya dan mengatakan kepadanya bahwa itu "tidak akan berhasil".

"Ia hanya menatap saya," kata Dr Gardner kepada BBC.

"Dan ia tampaknya yakin seratus persen akan kejeniusannya. Ia tidak tertarik dengan kepakaran saya dan itu membuat saya kesal."

Ide yang memikat

Beberapa bulan kemudian Holmes keluar dari Stanford, usianya 19 tahun, dan meluncurkan Theranos, kali ini dengan ide melakukan tes darah lengkap hanya dari setetes sampel - gagasan yang revolusioner, jika terbukti berhasil.

Ide tersebut memikat orang-orang berpengaruh, yang kemudian berinvestasi di Theranos tanpa melihat catatan finansial yang telah diaudit.

Menteri Keuangan AS George Schultz, Jenderal Angkatan Darat terhormat James Mattis (yang belakangan menjadi bagian dalam pemerintahan Presiden Trump), dan keluarga terkaya Amerika, Waltons, termasuk para pendukungnya.

Dukungan itu memberi Holmes kredibilitas, begitu juga tingkah lakunya.

"Saya tahu dia punya ide brilian ini dan dia berhasil meyakinkan semua investor dan ilmuwan ini," kata Dr Jeffrey Flier, mantan dekan Sekolah Kedokteran Harvard, yang makan siang bersama Holmes pada 2015.

"Dia begitu percaya diri, namun ketika saya menanyakan beberapa pertanyaan tentang teknologinya tampaknya dia tidak mengerti," imbuh Dr Flier, yang tidak pernah menilai teknologinya secara formal.

"Kelihatannya sedikit aneh, tapi waktu itu saya tidak berpikir itu penipuan."

Skandal Theranos mulai terkuak pada 2015, ketika seorang pembocor informasi rahasia mengungkapkan kekhawatiran tentang alat tes yang dikembangkan perusahaan tersebut, Edison.

Surat kabar Wall Street Journal menulis seri berita yang nengekspose klaim bahwa hasil tes dari alat Theranos tidak dapat diandalkan.

Perusahaan tersebut justru menggunakan mesin-mesin, yang dibuat oleh perusahaan lain dan tersedia secara komersial sebelumnya, untuk melakukan sebagian besar tesnya.

Gugatan hukum pun menumpuk, para mitra memutus hubungan, dan pada 2016 regulator di AS melarang Holmes mengoperasikan jasa tes darah selama dua tahun.

Pada 2018, Theranos bubar.

Klaim pelecehan

Pada Maret 2018, Holmes menyelesaikan gugatan sipil dari regulator finansial, bahwa ia melakukan penipuan untuk menggalang dana sebesar 700 juta dollar AS (Rp 10 triliun kurs saat ini) dari investor.

Namun tiga bulan kemudian ia ditangkap, bersama mantan pacar sekaligus mitra bisnisnya, Ramesh "Sunny" Balwani.

Balwani, didakwa atas pidana penipuan transaksi elektronik (wire fraud) dan persekongkolan untuk melakukan penipuan transaksi elektronik.

Jaksa penuntut mengeklaim bahwa ia dengan sadar dan sengaja mengecoh pasien tentang tes darah Theranos dan melebih-lebihkan kinerja perusahaan tersebut di hadapan investor.

Holmes dibebaskan dengan jaminan pada 2019 dan menikahi William "Billy" Evans, 27 tahun, pewaris waralaba hotel Evans Hotel Group.

Mereka punya seorang putra pada Juli tahun ini.

"Saya pikir fakta bahwa ia baru menjadi ibu tidak akan berpengaruh pada persidangan namun hakim kemungkinan besar akan mempertimbangkan itu jika ia dinyatakan bersalah," kata Emily D Baker, mantan deputi jaksa wilayah untuk Los Angeles dan pengamat hukum yang tidak terkait dengan kasus ini.

Seiring skandal Theranos mencapai pengadilan, para pengamat mengatakan betapa luar biasanya Holmes berpegang teguh pada ceritanya dan orang-orang yang mengenalnya mengatakan mereka ragu ia telah berubah.

Menurut dokumen pengadilan, para pengacara Holmes siap berargumen bahwa "ia percaya semua dugaan misrepresentasi" tentang Theranos adalah benar, dan bahwa perusahaan itu adalah "bisnis sah yang menghasilkan nilai bagi investor".

Mereka juga kemungkinan besar akan mengeklaim bahwa Balwani telah mengendalikan klien mereka. Dan perilaku itu "menghapus kapasitasnya untuk membuat keputusan", termasuk kemampuannya untuk "menghasut para korbannya".

Mereka berkata mantan chief operating officer Theranos - yang akan diadili secara terpisah tahun depan - mengontrol cara Holmes berpakaian, makanan yang ia makan, dan orang yang ia ajak bicara selama lebih dari satu dekade.

Pengacara Holmes juga akan memanggil seorang psikolog yang berspesialisasi di bidang pelecehan seksual sebagai saksi ahli.

https://www.kompas.com/global/read/2022/01/04/225753470/elizabeth-holmes-miliarder-wanita-termuda-dunia-divonis-atas-penipuan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke