WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) menyebutkan, rapid test antigen kurang efektif mendeteksi varian Omicron.
Pada Selasa (28/12/2021) FDA menuturkan bahwa rapid antigen cenderung memberikan false negative pada orang yang terinfeksi varian Omicron.
Pengumuman itu disampaikan setelah FDA bekerja sama dengan National Institutes of Health (NIH) mempelajari kinerja rapid test antigen saat merebaknya Omicron.
Berdasarkan data awal, FDA mengatakan bahwa rapid antigen kurang sensitif dalam mendeteksi kasus positif Omicron.
Kendati demikian, FDA masih akan terus mengizinkan penggunaan rapid test antigen sebagaimana dilansir AFP.
Namun, badan tersebut juga mendesak setiap orang untuk menggunakan rapid antigen sesuai dengan instruksi yang telah diberikan.
Misalnya, beberapa rapid antigen menginstruksikan pengguna untuk mengambil dua tes dengan selang waktu tertentu, untuk mengonfirmasi hasil negatif.
Jika seseorang mendapatkan hasil negatif dari rapid test antigen, namun memiliki gejala atau berkontak dengan orang yang positif, mereka tetap untuk menjalankan tes PCR.
FDA berujar, PCR lebih akurat karena mampu mendeteksi RNA virus meski jumlahnya sangat kecil.
Penelitian FDA tersebut diumumkan ketika “Negeri Paman Sam” mengalami lonjakan kasus Covid-19.
Pada Senin (27/12/2021), AS melaporkan 543.415 kasus Covid-19 baru dalam 24 jam menurut laporan The New York Times.
Di sisi lain, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC) mengumumkan telah mempersingkat masa karantina dan isolasi mandiri.
Mereka yang positif Covid-19 dan yang terpapar hanya perlu menjalani isolasi selama lima hari, lebih singkat dibanding rekomendasi sebelumnya selama 10 hari.
Keputusan juga dipengaruhi oleh lonjakan kasus Covid-19 terbaru akibat merebaknya varian Omicron.
Kajian awal menunjukkan Omicron menyebabkan gejala yang lebih ringan dibandingkan varian sebelumnya sebagaimana dilansir VOA.
https://www.kompas.com/global/read/2021/12/29/073100970/pengawas-obat-as--rapid-antigen-kurang-efektif-deteksi-omicron