NEW DELHI, KOMPAS.com - Polisi di Kashmir, India membuka kasus anggota keluarga almarhum pemimpin separatis Syed Ali Shah Geelani di bawah undang-undang anti-teror karena diduga mengangkat slogan-slogan anti-India dan membungkus tubuhnya dengan bendera Pakistan.
Geelani yang meninggal pada Rabu (30/8/2021) di usia 91 tahun adalah lambang pembangkangan Kashmir terhadap India dan telah menjadi tahanan rumah selama bertahun-tahun.
Para pejabat mengatakan mereka membuka kasus itu pada Minggu (5/9/2021).
Putranya, Naseem, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pihak berwenang India menguburkan jenazah Geelani di pemakaman lokal tanpa ada anggota keluarga yang hadir setelah polisi mengambil jenazahnya dari rumah.
Polisi membantahnya dan menyebutnya "rumor tak berdasar" oleh "beberapa kepentingan pribadi".
Sebuah video yang dibagikan secara luas di media sosial disebut-sebut menunjukkan kerabat Geelani yang kebanyakan wanita, dengan panik berusaha mencegah polisi bersenjata memaksa masuk ke ruangan tempat jenazah, yang dibungkus dengan bendera Pakistan.
Video itu menunjukkan para wanita meratap dan berteriak ketika polisi mengambil mayat itu dan mengunci keluarga serta kerabat Geelani di dalam ruangan.
Polisi mengatakan pihaknya mendaftarkan kasus terhadap anggota keluarga Geelani pada Sabtu (4/9/2021), dan mulai menyelidiki kasus separtisme tersebut di bawah Undang-Undang (Pencegahan) Kegiatan Melanggar Hukum atau UAPA.
Saat ini, dilaporakan para keluarga Geelani belum ditahan.
Di India, pemesanan kasus oleh polisi mungkin tidak selalu mengarah pada tuntutan formal, tetapi merupakan insiden yang dicatat secara resmi.
Kritikus mengatakan pemesanan di bawah undang-undang UAPA yang samar-samar telah digunakan di seluruh negeri untuk mengintimidasi atau membungkam suara-suara yang menentang, menyebut undang-undang itu kejam.
Undang-undang anti-teror diubah pada 2019 untuk memungkinkan pemerintah menetapkan seseorang sebagai teroris.
Polisi dapat menahan seseorang selama 6 bulan tanpa menunjukkan bukti apa pun, dan terdakwa selanjutnya dapat dipenjara hingga 7 tahun.
Putra Geelani, Naseem, pada Minggu (5/9/2021) mengatakan seorang petugas polisi mengunjungi keluarga itu pada Sabtu (4/9/2021) dan memberi tahu mereka bahwa sebuah kasus telah didaftarkan.
Naseem tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang pertemuan itu, tetapi mengatakan ada bentrokan saat polisi memindahkan jenazah ayahnya.
“Di tengah kekacauan, kami tidak benar-benar tahu apa yang terjadi. Kami berduka,” kata Naseem.
Kashmir telah lama menjadi titik seteru antara India dan Pakistan, yang mengelola sebagian wilayah Himalaya sambil mengklaimnya sepenuhnya.
Geelani mempelopori gerakan separatis Kashmir dan merupakan pendukung gigih untuk menggabungkan satu-satunya wilayah mayoritas Muslim di India dengan Pakistan.
Bagi banyak orang di Kashmir dan sekitarnya, Syed Ali Shah Geelani adalah ikon separatis yang bertahan lama terhadap India.
Dalam sebuah tweet pad Minggu (5/9/2021), Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengecam India yang merebut dan tergesa-gesa menguburkan tubuh Geelani, serta menyebut langkah memperkarakan keluarga, "memalukan".
“Merebut tubuh Syed Ali Geelani yang berusia 92 tahun, salah satu yang paling dihormati dan berprinsip, dan kemudian mendaftarkan kasus terhadap keluarganya hanyalah contoh memalukan lainnya dari turunnya India ke dalam fasisme di bawah RSS yang diilhami Nazi, Pemerintah BJP,” tulis Khan, merujuk pada Partai Bharatiya Janata (BJP) yang memerintah India dan mentor ideologis sayap kanannya, Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS).
India menggambarkan pemberontakan bersenjata sebagai perang proksi Islamabad dan terorisme yang disponsori negara.
Sebagian besar Muslim Kashmir menganggapnya sebagai perjuangan kebebasan yang sah dan mendukung tujuan separatis agar wilayah itu dipersatukan, baik di bawah pemerintahan Pakistan atau sebagai negara merdeka.
Pemberontak telah berperang melawan pemerintahan India sejak 1989. Wilayah Kashmir adalah salah satu yang paling termiliterisasi di dunia.
Puluhan ribu warga sipil, pemberontak, dan pasukan pemerintah tewas dalam konflik yang berkecamuk itu.
https://www.kompas.com/global/read/2021/09/07/000044470/keluarga-almarhum-separatis-kashmir-india-dikasuskan-setelah-diduga